Pustaka
Bahasa Indonesia

Terbongkarnya Perselingkuhan Suamiku

104.0K · Tamat
Mom Aish
101
Bab
832
View
9.0
Rating

Ringkasan

Flora harus menelan pil pahit saat melihat suaminya bermain api dengan sekertaris pribadinya. Perceraian pun tidak dapat di hindari. Pada akhirnya mereka berpisah. Akan tetapi, perpisahan ini tidak menyelesaikan masalah. Masalah baru timbul, psikolog kedua anaknya sedang tidak baik-baik saja. Mereka membutuhkan kasih sayang kedua orang tua yang utuh. Akankah Flora rujuk, atau lebih memilih hidup dengan semua tekanan dari sang Anak?

PerceraianPengkhianatanRomansaPernikahanPerselingkuhanDewasa

Bau parfum lain

Flora menatap pantulan wajahnya di cermin, terlihat seutas senyum manis di sana. hari ini adalah hari paling bahagia dalam hidupnya, sudah seharusnya hari ini di rayakan.

Dia sudah siap dengan gaun indah dengan hitam, sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Saat ini dia sudah tampak seperti bintang yang bersinar di tengah langit malam.

Dirinya yakin suaminya, Leo. Pasti melupakan hari yang bersejarah ini. Flora tak pernah mempermasalahkan hal ini karena memang suaminya seorang presidir di sebuah perusahaan ternama.

Tanggung jawabnya bukan pada keluarganya saja, melainkan banyak orang yang bersandar padanya.

Hari ini tepat 7 tahun mereka menikah, dia mendengar kalau 5 tahun awal pernikahan adalah masa yang paling sulit. tapi lihatlah kenyataan ini, Flora sangat bahagia karena mereka dapat melewati masa yang 'sulit' ini dengan bahagia.

Bukankah hal ini perlu di rayakan? Flora sudah memesan kamar hotel untuk merayakan hari bahagia ini.

Saat ini dia sudah siap, wajahnya sangat cantik bahkan jauh lebih muda 10 tahun dari umurnya.

"Mbok jagain anak-anak yaa ... Saya sama Tuan pulang besok agak siangan," ucap Flora sambil menuruni tangga.

Karena saat ini hari sabtu, besok anak-anak juga libur sekolah, jadi Flora bisa sedikit lebih tenang.

Mbok Ranti segera berlarian mendekati flora yang melangkah menuruni tangga. dan segera menganggukkan kepala tanda mengerti.

Flora melangkah keluar rumah dan segera naik ke mobil, mewahnya melaju meninggalkan istana megahnya menuju kantor di mana sang suami sedang berkutat dengan segudang tugasnya.

Di tempat lain, tepat dimana seorang pria dengan postur tubuh tegap dengan deretan otot tertata rapi di perutnya.

Keringat masih membasahi tubuhnya, adegan panas baru saja berakhir. Di sampingnya ada seorang wanita yang sedang terbaring lemas.

Matanya menatap sayup ke arah sang pria, dia menatap punggung kekar dan lebar yang baru saja memberi kehangatan pada tubuhnya.

Telfon kantor berdering kencang, menandakan bahwa ada seorang yang sedang menunggunya dan nunggu persetujuan.

"Halo," ucap Demian, sambil memakai celananya kembali.

"Nyonya Flora mau masuk, apakah rapat Bapak sudah selesai?" tanya sang resepsionis.

Mata Demian terbelalak, dia tak menyangka istrinya akan datang ke kantor. Dia segera melempar pandangan ke arah wanita yang masih berbaring di sofa dengan tubuh polosnya.

"Oke sebentar lagi selesai, suruh Nyonya tunggu 5 menit lagi." Demian segera menutup telepon dan segera menggendong wanita tersebut ke dalam kamar mandi.

Tidak lupa dia membereskan semua pakaian yang berceceran, "pakai ini, Flora ada di bawah," Demian berbisik lirih.

"Apa?" Mata wanita tersebut membulat sempurna, dia segera sadar dan merapikan dirinya. Tidak biasanya wanita itu kemari, kenapa mendadak seperti ini?

Demian segera merapikan diri dan ruangannya. Membereskan kertas yang berserakan dan tisu yang bertebaran di mana-mana.

Saat dirinya selesai, dalam waktu yang bersamaan pintu terbuka. Tubuhnya membeku, nyawanya serasa lepas dari jasad karena terkejut.

Sepasang tangan lembut memeluknya mesra, terasa hawa hangat yang berhembus di punggungnya.

Demian sedikit lega, setidaknya dia aman kali ini. Tidak ada kecurigaan padanya. Dia segera memutar badan dan memeluk mesra wanita di hadapannya.

Mata Flora menatap aneh ke arah kemeja yang di pakai suaminya, kenapa suaminya memasang kancing yang tidak sejajar, sehingga kerah kemeja naik sebelah. Tubuhnya juga berkeringat?

"Kau tidak apa-apa Sayang?" tanya Flora lembut.

"Ti-dak, aku baik-baik saja. Apa ada yang aneh?" jawab Demian yang masih belu sadar dengan kemejanya.

Flora menyapu ruangan dengan mata tajamnya mencoba mencari kejanggalan pada ruang kerja suaminya ini. Pasti ada yang tidak beres.

Matanya tertuju pada suatu benda yang berada di atas sofa, dia segera melangkah mendekatinya. Namun langkanya terhenti karena Demian menghalanginya.

Dia melempar tatapan penuh tanda tanya,

"Kau mau kemana?" tanya Demian gelisah.

"Ke sofa, emang kenapa?" sahut Flora.

Flora mendorong tubuh sang Suami dan meraih remot AC, memastikan suhu ruangan Demian. Alisnya bertaut, sejak kapan suaminya lupa untuk menghidupkan AC.

"Kamu mau uji nyali, kenapa AC nya nggak di hidupin?" Flora tersenyum manis.

Dia merasa bersalah telah mempunyai pemikiran buruk kepada suaminya akibat kemejanya itu. Dia melangkah mendekati sang Suami dan membuka kancing bajunya.

Demian meraih pinggul sempit dan menarik Flora kedalam dekapannya, sebisa mungkin dia untuk bersikap biasa saja agar istrinya tidak curiga.

Semoga dengan seperti ini Flora tidak curiga,

"Apakah aku melupakan sesuatu, sampai kau datang kemari tiba-tiba seperti ini?" tanya Demian sambil mengecup kening Flora.

Tepat seperti dugaan, sang suami sibuk dengan aktifitas kantor yang kian padat. Flora menarik kerah Demian dan mendekatkan bibirnya ke telinga.

"Aku sudah boking kamar di tempat pertama kita bertemu, jadi bisakah kita pergi sekarang?" Flora berbisik dan meninggalkan kecupan mesra.

Baru kali ini sang istri memiliki inisiatif, biasanya dia tak pernah seperti ini. Apa yang terjadi padanya, tetapi Demian menyukai Flora saat ini.

"Sepertinya kau sangat tidak sabar," ucap Demian tersenyum nakal, dia semakin mempererat dekapannya.

Flora membuka kancing kemeja Demian satu persatu, tatapan mata tajamnya menatap paras tampan yang selama ini telah memberikannya cinta tulus dulu.

Sebenarnya Flora ingin segera keluar dari ruangan ini, namun entah mengapa dia ingin memulai permainannya disini.

Jantung berdebar kian cepat, untung saja pengaruh obat perangsang masih bereaksi, kalau tidak. Dia tidak akan tau apa yang akan istrinya pikirkan.

Sementara seorang di dalam kamar mandi sudah menggigil kedinginan, entah kenapa wanita bodoh di luar sana menaikkan suhu AC. Saat ini ruangan ini seperti Kutub Utara, terlebih di kamar mandi.

Yang lebih menyebalkan lagi, kedua orang di luar sedang bercumbu mesra. Mau atau tidak dia harus menunggu mereka sampai selesai bertempur.

"Argh dasar bajingan," ucap wanita itu lirih.

Hanya kurang satu kancing lagi, maka otot kekar Demian terekspos bebas. Semua otot ini bagaikan roti tawar yang siap untuk di santap.

Jemari lentik Flora mulai membuka sisa kancing dan membuang kemeja Demian ke segala arah, perlahan dia membuka kancing pengait yang masih menahan pusaka hebatnya itu.

Terukir senyum nakal di wajah cantik Flora, tangan Demian sudah menari indah di punggung mulus Flora beberapa inci lagi sudah bisa melepas gaun yang melekat pada tubuh indahnya.

"Kau sangat cantik malam ini," ucap Demian mendekatkan wajahnya ke Flora.

Tak ada jawaban, jemari Flora bergerak semakin lincah membuka sabuk yang membentengi banteng yang sudah siap untuk bertempur.

"Sepertinya aku mencium bau betina lain disini," ucap Flora dengan tatapan tajam.

Nyawa Demian terasa benar-benar lepas dari tubuhnya kali ini, dia tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Maksud mu?"