Pustaka
Bahasa Indonesia

THE MERMAID

49.0K · Tamat
Dewa Amour
40
Bab
956
View
9.0
Rating

Ringkasan

Lin Fangyu adalah seorang putri dari kerajaan Dongjin di Timur. Namun karena suatu kesalahan ia dikutuk oleh Raja Laut menjadi mermaid. Ayah dan kedua saudara laki-lakinya selalu mencari Fangyu tanpa mengetahui jika sang putri telah berubah wujud menjadi sosok mermaid dan tinggal di dunia bawah laut. Fangyu yang malang harus menjalani hidup yang sulit sebagai mermaid. Hingga suatu ketika ia menemukan seorang pemuda yang tenggelam di laut. Fangyu menolong pemuda itu dari kematian. Zhang Su Liang, merupakan seorang pangeran dari kerajaan Tongjiang di Barat. Ia ketakutan melihat sosok manusia setengah ikan Fangyu. Tak berakhir di situ, satu pekan setelah kejadian itu Su Liang kembali ke pantai dimana ia bertemu dengan Fangyu. Dia memerintahkan para pengawal untuk mencari dan menangkap Fangyu yang diduganya adalah siluman. Bagaimanakah kisah selanjutnya? Apakah Su Liang akan tetap menangkap Fangyu yang merupakan penolongnya? Lalu bagaimana nasib Fangyu di tangan Pangeran Su Liang? Ig penulis : @author_dewaamour Blog : dewaamour2806.blogspot.com

Pengembara WaktuSupernaturalFantasiRomansapendekarDewasa

HMT 1 - Kutukan

Pagi itu di istana Dongjin.

Para petinggi istana sedang sibuk mempersiapkan upacara persembahan langit yang akan dilakukan petang ini.

Ritual persembahan langit dilakukan setiap menyambut bulan purnama ke sepuluh. Mereka percaya upacara sakral ini bisa menjauhkan manusia dari gangguan siluman.

Saat para gadis mulai mengenakan hanfu merah terang dengan berbagai asesories dengan warna senada, justru putri dari kerajaan Dongjin yang bernama Lin Fangyu tak terlihat di sekitar istana.

Permaisuri Wen dan para dayang masih berusaha mencarinya, karena Fangyu yang harus memimpin ritual persembahan langit sore ini. Tanpa kehadiran seorang putri maka upacara sakral itu tak bisa berlangsung.

Lin Fangyu merupakan satu-satunya putri dari Raja Lin Jiang Fu dan Permaisuri Wen Xue Ying. Usianya baru 19 tahun dan merupakan seorang gadis yang pembangkang dan sulit mengikuti aturan istana.

Raja Lin sering kali memberikan hukuman pada Fangyu yang sangat gemar melanggar peraturan istana.

Namun, bagi kerajaan Dongjin seorang putri sangatlah dimuliakan, lebih dari seorang pangeran yang sudah jelas akan mewarisi tahta kerajaan.

Bagi dinasti kerajaan Dongjin seorang putri adalah kehormatan dan merupakan simbol agung karajaan. Oleh karena itu Raja Lin sangat mengutamakan kebahagiaan Fangyu.

Namun sikap dan prilaku Fanyu yang seenaknya membuat sang raja sering marah dan memberinya hukuman. Seperti sore ini, seisi istana dibuat gempar karena Fangyu tak nampak dimana-mana sementara ritual persembahan langit harus segera dimulai.

"Dimana Fangyu? Ayo cepat cari dia!" perintah Raja Lin pada kedua putranya, Lin Xuan Yin dan Lin Xuan Jia. Mereka adalah saudara kembar dan merupakan pangeran di istana Dongjin.

Usianya 25 tahun dan memiliki paras yang tampan. Sang raja masih mempertimbangkan keduanya untuk memilih salah satu dari mereka menjadi raja selanjutnya.

"Baik Yang Mulia!" Xuan Yin dan Xuan Jia membungkuk hormat pada Raja Lin sebelum meninggalkan ruangan. Keduanya segera berkuda untuk mencari Fangyu.

"Anak itu merepotkan saja!" gerutu Xuan Yin setelah duduk di atas kudanya. Dia mulai memacu kuda meninggalkan gerbang istana.

Xuan Jia hanya menggelengkan kepalanya mengingat tingkah Fangyu yang selalu menyusahkan mereka.

Dia lantas segera memacu kudanya menyusul Xuan Yin.

"Bagaimana? Apakah kalian sudah menemukan Putri Fangyu?" tanya Permaisuri Wen pada dua orang pengawal yang menghampirinya di kamar.

Rasa cemas dan gelisah sedang menyerbu hati sang permaisuri saat ini. Dia sangat mencemaskan Fangyu. Tentu saja.

"Maaf, Yang Mulia. Kami belum menemukan Putri Fangyu." Satu orang dari mereka menjawabnya dengan menundukkan wajah.

Permaisuri Wen menjatuhkan lututnya putus asa. Dua orang dayang segera membantunya berdiri.

"Fangyu ... dimana dirimu?" Ia menangis didera rasa cemasnya.

...................................................................

Di tepi laut yang letaknya tak begitu jauh dari kerajaan Dongjin. Tampak seorang gadis yang sedang berlarian di tepi pantai.

Hanfu merah terang membalut tubuhnya yang ramping. Rambutnya yang panjang bergelombang tertiup angin sore. Tawanya terdengar sangat riang di sela hari yang mulai gelap dan matahari kian terbenam.

Lin Fangyu, melarikan diri dari istana untuk melihat matahari terbenam di tepi pantai. Dia merasa bosan dan malas mengikuti ritual persembahan langit yang akan dilakukan sore ini.

Sipatnya tak mencerminkan seorang putri raja atau gadis dari keluarga bangsawan yang berwibawa. Meski parasnya teramat cantik, namun dia sangat keras kepala. Fangyu lebih suka hidup bebas tanpa terikat peraturan istana.

Di tepi laut yang sudah gelap, langkah kecilnya berlarian ke sana ke mari dengan tawanya yang riang. Kebebasan yang seperti ini yang dia inginkan. Sebagai seorang putri dirinya merasa terkekam dengan semua peraturan kolot istana. Menyebalkan! Dia berguman saat mengingat suasana di istana.

Setelah bosan mengitari pantai, ia bermaksud untuk mencari gua di sekitar pantai. Bermalam di tepi pantai dan melihat sinar bulan di malam hari sepertinya sangat menyenangkan, pikirnya seraya tersenyum ringan.

Langkah kecilnya tiba di depan sebuah gua. Tak begitu gelap karena sinar sang rembulan memancar begitu terang malam ini. Fangyu menanggah ke lngit.

Bibirnya tersenyum manis melihat sempurnanya bentuk bulan yang menggantung bersinar terang di sana.

Perutnya berbunyi menandakan rasa laparnya. Benar, dia belum memakan apa pun saat kabur dari istana.

Tadi, saat para gadis di istana sedang bersiap-siap dia mengatakan sedang ingin buang air kecil. Alasan yang sebenarnya sudah basi dan sering dirinya gunakan untuk mengecoh semua orang.

Bodohnya para dayang percaya padanya begitu saja. Ah, sudahlah. Sebaiknya dia mencari sesuatu yang bisa dirinya makan sore ini. Apa yang harus dirinya cari? Apakah seekor ikan?

Ya, pasti hanya ada ikan di laut seperti ini. Namun, bagaimana caranya untuk mendapatkan ikan? Entahlah. Fangyu menggigit telunjuk tampak berpikir.

........................................................

Mengurungkan niatnya untuk memasuki gua akhirnya ia berjalan di sekitar pantai berharap menemukan ikan atau apa saja yang bisa mengganjal perutnya.

Setelah berjalan cukup jauh Fangyu mengeluh lelah dan lesu. Rasa lapar semakin menyiksa disertai dahaganya yang juga tiba-tiba muncul.

Astaga, apa yang bisa dirinya makan di tepi laut sunyi seperti ini?

'Bodoh sekali! Kenapa tidak membawa bekal makanan yang banyak sebelum kabur dari istana,' rutuknya dalam hati seraya meremas perutnya yang semakin perih menahan lapar.

Setelah berjalan cukup jauh Fangyu putuskan untuk berhenti sesaat. Dihela napas lesu. Dia menyapu pandangan ke sekitar. Gelap dimana-mana. Kepalanya menjadi pusing karena dehidrasi. Sepertinya dia tak tahu lagi kemana arah menuju istana Dongjin.

Fangyu menjatuhkan kedua lututnya yang sudah lemas bagai jely dan menyerah untuk diayunkan berjalan lagi. Kembali menghela napas putus asa dan meratapi kebodohannya.

Kemudian ia melihat seekor ikan yang cukup besar sedang menggelepar di sampingnya. Sepasang manik hitam itu membulat kaget sekaligus senang melihatnya.

"Ikan?!" pekik Fangyu segera menghampiri ikan yang sedang menggelepar kehabisan air.

Sepertinya ikan itu sedang sekarat, pikirnya seraya tersenyum miring. Bagus sekali. Dengan begitu ia tak perlu bersusah payah untuk membunuhnya.

Tanpa ragu disertai rasa lapar yang kian mendera, tangannya segera meraih ikan itu. Mencengkeram bagian perut besar ikan yang membuncit.

Diambilnya batu sebesar genggaman, lalu dengan brutal ia menghantam kepala ikan itu. Fangyu tersenyum puas melihat ikan itu menggelepar kesakitan sampai akhirnya tak bergerak lagi.

Api unggun segera ia nyalakan. Ikan besar tadi ia panggang menggunakan ranting yang ditemukannya di tepi pantai. Aroma lezat mulai menyeruak indera penciumannya.

Dia berkali-kali menelan ludah sudah tak tahan ingin menyantap ikan bakarnya. Baru setengah matang, tapi aroma lezat yang ditimbulkan dari ikan itu membuatnya tak tahan. Dengan lahap Fangyu segera menyantap ikan itu.

"Dasar manusia setengah siluman! Beraninya kau memangsa ikan yang sudah tak berdaya!"

Fangyu sangat tersentak mendengar suara orang yang menghardiknya. Lehernya berputar mencari sumber suara tersebut.

Sepasang matanya terbelalak melihat Raja Laut sedang berdiri di hadapannya kini. Wajah sang raja terlihat sangat murka padanya. Fangyu segera melempar ikan bakar yang sedang dipegangnya.

"Ra-Raja Laut?" Dia mundur ketakutan.

"Putri Lin Fangyu, aku sudah banyak mendengar cerita tentang dirimu. Kau memang tak pantas menjadi seorang putri dan lebih pantas menjadi seorang siluman!" Sesumbar Raja Laut sambil menunjuk pada Fangyu yang masih duduk di hadapannya.

"A-apa maksudmu? Aku mohon maafkan aku atas kesalahanku.

Aku sangat kelaparan, oleh karena itu aku memakan ikan ini," lirih Fangyu dengan tatapan nanar pada pria paruh baya di hadapannya.

"Kelaparan itu kau buat dengan sendirinya, lalu apa salah ikan tak berdaya itu? Kau bahkan menyantapnya sebelum matang! Perilaku burukmu itu tak mencerminkan seorang putri kerajaan yang masyur, melainkan seorang siluman yang bengis dan haus darah!"

"Tidakk!"

"Alam semesta menjadi saksi. Karena kesalahanmu itu, aku Raja Laut Minghao mengutukmu! Jadilah kau manusia setengah ikan!"

Awan hitam berkumpul dan berputar-putar di atas langit.

Laut yang tadinya tenang mulai bergemuruh disertai ombak besar.

Petir bersahutan seolah merestui kutukan Raja Laut terhadap Fangyu.

Sementara Fangyu hanya terdiam gemetaran ketakutan. Ucapan Raja Laut membuat semua bulu kuduknya berdiri.

"Lin Fangyu, hiduplah di dunia laut dan rasakan bagaimana menjadi makhluk yang tak berdaya dan diburu oleh banyak manusia." Raja Laut mengakhiri ucapan bertuahnya.

Dia lantas menghilang dari hadapan Fangyu.

Fangyu menggeliat merasakan sesuatu yang aneh sedang terjadi pada sekujur tubuhnya. Matanya membulat penuh melihat sepasang tungkai perlahan berubah bersisik dan menjadi ekor ikan yang sempurna.

Fangyu menjerit, menangis dan berusaha bangkit sekuat tenaga. Dia sangat ketakutan melihat perubahan tubuh yang sangat mengerikan.

Dia tak bisa menerima semua ini. Tubuhnya berubah seketika menjadi sosok mermaid. Seperti kutukan yang dilontarkan oleh Raja Laut padanya.