Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 6 Ayah Hera sakit

Ternyata yang menghubungi Hera adalah adik tirinya Ewan yang mengabarkan jika ayahnya saat ini berada di rumah sakit dan sedang kritis. Mendengar hal itu Hera buru-buru keluar dari hotel tersebut, setelah sebelumnya ia berkata kepada King, jika ia sedang terburu-buru, King meninggalkan kartu namanya kepada Hera. Dan berkata jika ia akan menunggu jawaban Hera sampai tengah malam nanti.

Sementara itu masih di restoran hotel, King sedang tersenyum sinis, "menarik banget, hahahaha gue akan balas dendam kepada wanita itu," gumamnya dalam hati. Juyan pun bertanya-tanya ada apa dengan tuannya, kok tiba-tiba tersenyum seperti itu.

"Tuan muda, Anda punya rencana apa dengan nona Hera?" King malah menatap Juyan dengan tajam, "wanita itu mau gue jadiin istri guelah! lo tau kan, bokap nyokap gue mau jodohin gue dengan seorang wanita yang gue nggak kenal."

"Tapi Bos, anda kan tidak mengenal nona Hera?" Seru Juyan sengit. "Hahahaha, makanya lo diam! Biar gue yang atur skenarionya, gue mau buat si culun tadi menderita, sepertinya ia juga matre," ujar King lagi. Keduanya pun meninggalkan hotel itu dan beranjak pulang menuju ke apartemen mereka.

Hera berjalan menuju koridor rumah sakit, saat ini ayahnya di rawat di ruang ICU, terlihat Ewan yang berjalan mondar-mandir di depan ruangan itu menunggu Hera datang. Ia segera menghampiri Ewan, dengan berlinang air mata Hera menanyakan lebih rinci kenapa ayahnya bisa sampai di bawa ke rumah sakit. Ewan menceritakan jika tadi ayahnya tiba-tiba merasakan sakit di bagian dadanya lalu jatuh pingsan.

Dokter yang melihat Hera telah datang segera memanggilnya ke ruangannya dan mengatakan jika ayahnya perlu di operasi secepatnya, karena jika tidak, kemungkinan terburuk mungkin akan terjadi. Mendengar hal itu Hera semakin hancur hatinya, ia belum siap kehilangan ayahnya.

Ia pun berkata kepada dokter, agar memberinya waktu sebelum tengah malam, ia sedang mengusahakan uang untuk biaya pengobatan Sang Ayah. Hera keluar dari ruangan dokter itu dan berjalan kembali menuju ruang ICU, masih dengan berlinang air mata, Hera melihat ayahnya yang sedang dirawat, dimana tubuhnya dipasangi benda-benda medis untuk membantu pernafasan Sang Ayah.

Ewan menghampiri Hera lalu berkata, "kak, bagaimana caranya agar Ayah bisa sembuh? uang yang kakak kasi ke aku, sudah aku pakai untuk membayar tunggakkan uang kuliahku," Ewan mendadak lesu setelah mengatakan itu.

"Wan, kakak titip Ayah sebentar, kakak mau pergi ke suatu tempat, setelah itu kakak akan kembali dan Ayah akan di operasi," ujarnya yakin kepada Ewan.

Ewan seketika bingung melihat kakaknya yang berpakaian tidak seperti biasanya, memakai gaun dan berdandan, ia ingin menanyakannya tetapi melihat kakaknya yang terus menangis, ia mengurungkan niatnya untuk bertanya.

Setelah pamit kepada Ewan, Hera kembali melangkah dan menjauh dari ruang ICU dimana ayahnya di rawat. Ia berjalan menuju pintu keluar rumah sakit, sesampainya di luar, ia segera memesan taksi online dengan tujuan apartemen King. Saat itu menunjukkan pukul sebelas malam. Tinggal satu jam lagi waktu yang diberikan King kepadanya.

Tak terasa, taksi sudah sampai di apartemen King. Ia keluar dari dalam taksi dan mengedarkan pandangannya. Begitu banyak gedung gedung pencakar langit di lokasi itu. Ia bingung, apartemen King yang sebelah mana.

Hera mengumpulkan keberaniannya dan berjalan ke pos satpam. Ia bertanya kepada beberapa sekuruti dimana letak apartemen King, dengan menyodorkan kartu nama yang diberikan King kepadanya. Para sekuriti itu berpikir jika ia adalah wanita malam yang menjajakan tubuhnya kepada King, mengingat Hera masih menggunakan gaun yang tadi ia pakai saat bertemu king.

Namun ada salah seorang sekuriti yang baik hati menunjukkan kepada Hera letak apartemen yang akan ia tuju. Setelah mengucapkan terima kasih kepada sekuriti itu, Hera segera menuju ke apartemennya King. Sedangkan di dalam apartemen, sejak dari tadi King merasa gelisah, takut Hera tidak menyetujui permintaannya. Maka ia harus siap-siap pasrah dijodohkan kepada wanita lain. Jika ia menikahi Hera setidaknya ia yang memilih wanita itu, dan ia harus patuh dengan semua aturan yang dibuat oleh King.

Saat ini sudah menunjukkan pukul setengah dua belas lewat lima belas menit dan hampir tengah malam. Tidak ada satu pesan atau panggilan telpon pun dari Hera. Disaat king mulai menyerah menunggu kabar dari Hera, dan hendak tidur. Tiba-tiba bel pintu apartemennya berbunyi. Ia segera menuju pintu dan melihat dari layar kecil yang ada di pintu tersebut. Jika Hera yang datang. Seketika King berjingkrak-jingkrak kesenangan dan menyebut kata "yes! yes! yes!" beberapa kali.

Ia kembali mengontrol emosinya, dan melihat dari layar jika Hera masih berdiri di depan pintu dengan wajah yang berantakan seperti orang yang baru habis menangis, namun King mencoba tidak mempedulikannya. Ia membuka pintu apartemennya, dan mempersilahkannya untuk masuk. Hera segera masuk, king mempersilahkan Hera untuk duduk. Mereka baru saja duduk berhadap hadapan di sofa. Tiba-tiba Hera berkata,

"Tu..tuan, Saya bersedia menjadi istri tuan," ujar Hera terbata-bata. King ingin bicara namun buru-buru Hera bangkit dari sofa dan bersimpuh di hadapan King dan kembali berkata, "saya mohon tuan, jadikan saya istri Anda, sa..saya sangat membutuhkan uang yang tuan tawarkan," kali ini demi ayahnya, Hera merendahkan harga dirinya di depan King.

"Hahahaha, gue sudah duga, lo pasti datang, baiklah.., baiklah, karena lo sudah memohon dengan baik tanpa saya suruh, saya akan mengabulkan permintaanmu," King segera menghubungi Juyan.

Juyan datang ke apartemen King dengan wajah bantal, ia mencoba mengumpulkan kesadarannya ternyata ada Hera di sana. King menjelaskan kepadanya jika Hera setuju menjadi istri bayarannya.

Juyan menyodorkan beberapa lembar kertas di hadapan Hera. Karena waktu yang hampir tengah malam dan perasaannya yang tidak tenang memikirkan ayahnya, Hera dengan segera menandatangani lembaran kertas itu tanpa membacanya lebih dulu. Ia sangat kaget dengan tindakan yang dilakukan Hera, ia menandatangani perjanjian itu tanpa membacanya terlebih dahulu.

Sedangkan di wajah King terbit senyuman misterius. Setelah Hera selesai menandatangi semuanya. King berkata, "sebutkan nomor rekeningmu." Hera menyebutkan nomor rekeningnya kepada King, dan alangkah terkejutnya Hera saat tau jika King mentransfer ke rekeningnya sebanyak dua milyar, itu bisa ia jadikan panjar untuk pengobatan ayahnya.

"Saya transfer segitu dulu, sisanya besok setelah pernikahan kita tercatat di catatan sipil sebagai pernikahan yang sah," seru King tegas.

Saking senangnya Hera, ia langsung berdiri, menghampiri King, ia langsung memegang tangan king dan mencium punggung tangannya sambil mengucapkan terima kasih. King yang mendapatkan serangan tiba-tiba dari Hera, seketika merasa kaget dan tidak dapat berkata apa-apa.

Namun berbeda dengan Juyan, "apa yang sedang anda lakukan nona!" Serunya marah. "Ma..maaf tuan, saya spontan..," Hera kembali membersihkan bekas kecupannya di punggung tangan King dengan jari-jarinya, king hanya melongo, namun Juyan semakin menatap tajam ke arah Hera, ia segera menghentikan tindakannya itu karena takut dengan Juyan yang menatapnya dengan tajam. Juyan tau, jika bossnya tidak suka bagian tubuhnya di sentuh oleh orang lain.

"Besok pagi jam 10 pagi, datang ke alamat ini," King menyodorkan sebuah alamat hotel berbintang. Hera menerima alamat itu, lalu pamit pulang kepada keduanya. Ia harus buru-buru kembali ke rumah sakit.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel