Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Termotivasi

"Bangg... Pelan-pelan.. ini terlalu besar.."

"Tenang sayang... Abang pasti akan lembut. Pasti tidak akan sakit nanti. Tahan ya.."

"Ah.. bang sakit!"

"Tahan sayang.. ini baru setengah, belum semuanya. Jika semuanya, pasti akan terasa enak."

"Ahhhh.....bang...itu terlalu dalam.. bang.. bang.. sakit.."

"Tahan sayang...ini pertama kalinya bagimu... Nanti pasti akan segera enakan.... Percaya... sama Abang..."

Pada malam hari, musik yang Renita dengarkan telah mati, dan suara dari kamar sebelahnya terdengar di telinganya.

Suara ini pasti adalah suara Gilang yang sedang menjebol kesucian wanita barusan.

"Sialan! Berisik amat dua pasangan menjijikkan ini. Tidak tahu apa kalau aku disini!?" Renita bergumam kesal ketika mendengar suaranya.

"Bang.....tubuhku menjadi aneh... Ahh... Tunggu... lebih lambat... aku merasa ingin pipis... Tunggu! Ahh... Itu akan dataanggg..."

"Haha....enak, kan? Hahaha...aku tidak bisa berhenti.. ini... Sangat enak..."

"Bang...."

"Sayaaanggg....."

....

Sayang sekali, suara mereka tidak berhenti, tapi malah menjadi semakin keras. Renita yang mendengar itu mau tak mau merasa tubuhnya sedikit termotivasi, dan secara tak sadar menggerayangi tubuhnya sendiri.

"Abang.... Aku tidak lagi tahan..."

"Mawar, sayang... Berteriaklah lebih keras... lepaskan semuanya.... Ayo, ayo kita lepaskan... bersama-sama..."

"Sebentar lagi Bang... Terus...bang... Sedikit lagi.. ya itu... Mawar akan keluar..."

"Ahh..."

"Ahhh...."

"Ummhh..." Bersamaan dengan dua orang itu mencapai teriakan kenikmatan, Renita juga merasa bocor dan akhirnya ikut mendesah.

Bedanya, Renita menahan suaranya, dan hanya mengeluarkan suara pelan dari bibirnya. Yang akhirnya membuat tubuhnya tidak merasa puas, dan menggeliat sendiri.

"Aku pengen... Sialan mereka. Ah.. aku tidak tahan lagi."

Renita merasa tubuhnya semakin panas, yang akhirnya hanya bisa segera mengirim pesan ke seseorang dengan nama Revan di teleponnya.

Setelah mengirim pesan, Renita tidak menunggu balasan, dan segera keluar dari kamarnya.

Keluar dari rumahnya, dan meninggalkan dua orang yang masih bersenang-senang di rumahnya sendiri. Mengendarai mobil sendiri, dan pergi ke sebuah hotel.

Sesampainya di kamar hotel nomer 69, Renita segera masuk dan seorang pria muda sudah ada disana menunggunya.

"Tante, ada apa?" Pria muda itu bertanya ketika melihat Renita masuk.

"Revan, kamu bilang kamu ingin belajar bagaimana bercinta' kan? Sekarang, Tante akan mengajarimu."

"Benarkah?" Revan, pria muda itu terkejut dan bertanya.

"Ya!" Renita mengangguk dan berjalan ke arah Revan.

Saat berjalan ke arah Revan, Renita juga berjalan dengan langkah kaki yang glamor. Dia melemparkan tas kecil di tangannya, dan secara perlahan membuka setiap set pakaian di tubuhnya.

Wajah Revan merah, mulutnya terbuka, dan matanya terbelalak saat melihat kemolekan tubuh Renita yang hanya menyisakan pakaian dalam di tubuhnya.

Revan, pria muda yang masih berumur 19 tahun, pria muda yang belum pernah melihat tubuh wanita, sekarang menjadi tergila-gila melihat Renita seperti ini.

Renita merasa sangat bangga pada pandangan Revan terhadap tubuhnya, dia juga sangat senang melihat reaksi adik Revan.

Melihat wajahnya yang malu, dan adiknya yang telah bangun, Renita tersenyum menggoda, dan duduk di pangkuannya.

Memegang wajah Revan yang bodoh, Renita berkata: "Anak muda, aku akan membuatmu bahagia malam ini. Tapi, kamu tidak boleh melawan, dan harus aku yang memimpin. Apakah kamu mau?"

Revan hanya mengangguk, karena dia sudah tidak tahan. Dia juga secara spontan menggerakkan tangannya untuk menyentuh dada Renita yang menggiurkan di depannya.

"Auh..."

Tapi, Renita segera menepisnya, yang segera membuatnya berteriak kesakitan.

"Bukankah aku sudah bilang kamu harus nurut!"

"Ta-tante, ka-kamu sangat cantik dan menggoda. A-aku tidak tahan, maaf."

"Sabar sayang.." Renita tersenyum, dan membelai wajah Revan dengan jari-jarinya.

Sebelum Revan ingin mengatakan sesuatu lagi, Renita segera menutup mulut Revan dengan jari-jarinya, memintanya untuk tidak terus berbicara.

Revan patuh, selanjutnya Renita mendorong tubuhnya ke belakang, dan membuat tubuh Revan jatuh terlentang.

"Diam, dan biarkan Tante yang memimpin."

Revan mengangguk dengan patuh, dan membuat Renita senang.

Karena tujuan Renita sekarang adalah untuk menyenangkan dirinya sendiri. Dia tidak akan menyerahkan tubuhnya dengan mudah kepada pria malang ini secara cuma-cuma.

Renita ingin mengibaratkan pria muda ini sebagai suaminya, dan menjadi suami yang penurut pada dirinya.

Ya! Renita ingin membayangkan suaminya tunduk padanya. Oleh karena itu, dia memilih pria muda ini, karena biasanya, pria muda yang belum berpengalaman lebih nurut.

Karena dia ingin mendominasi, bukan di dominasi! Bisa dibilang, ini adalah pelampiasan!

Kemudian.

"Ah.." Dua teriakan kepuasan dari dua orang terdengar di ruangan.

Renita memasukkan sendiri adik Revan ke tubuhnya dan berteriak puas saat merasakan panasnya.

Dia tidak segera menggerakkan tubuhnya.

Dia terlebih dahulu membuka bra yang menutupi dadanya, menarik tangan Revan untuk memegangnya dan berkata: "Apa kamu ingin aku bergerak."

"Ya, ya. Aku ingin Tante. Bilang Tante, apa selanjutnya." Revan menjawab dengan cepat.

"Lihat ini. Disini ada tonjolan kecil berwarna merah. Kamu gunakan tanganmu untuk memainkannya, dan aku akan bergerak."

Revan melihat yang di tunjukkan oleh Renita, dan menekannya.

"Ummm. Benar, mainkan terus." Renita mulai merasa nikmat, dan memerintahkan Revan untuk terus melakukannya. Sedangkan dia mulai menggerakkan pinggulnya perlahan.

"Ahh.... Tante, ini sangat nikmat."

Ketika Renita bergerak di atas tubuh Revan, suara teriakan Revan terdengar di seluruh ruangan.

Renita juga merasakan hal yang sama, karena adik Revan cukup besar, dan panjang. Ini sangat penuh di dalam, dan Renita tidak tahan untuk tidak terus menggerakkan pinggulnya dengan lebih cepat.

"Tante, Tante, berhenti, berhenti! Revan merasa ingin kencing."

Setelah sepuluh menit, Revan tidak tahan lagi dengan kenikmatan yang di berikan oleh Renita, dan berteriak secara panik.

Renita juga merasa hal yang sama, tapi dia tidak menghentikan goyangannya.

"Revan, baby, jangan tahan baby.... Keluarkan.. aku juga ingin datang..."

"Ahhh.... Tante..."

"Ahh Revan.." bersamaan dengan panas di perutnya, Renita juga berteriak dan tubuhnya kejang.

Tubuhnya ambruk di tubuh Revan, dan membuat kepala Revan ada di dadanya.

Mereka terengah-engah, dan kelelahan. Lalu, nafas panas Revan yang ada di dadanya membuat tubuh Renita kembali bersemangat.

"Baby... Kamu ingin melakukannya lagi?" Renita sedikit mengangkat kepalanya, melihat wajah Revan, dan bertanya sambil tersenyum centil.

Wajah Revan terlihat kelelahan, dan dia tidak menjawab pertanyaan Renita.

Malangnya Revan, pria polos berumur 18 tahun, yang masih perjaka, harus di ambil oleh Renita yang telah berumur 30 tahun.

"Tante, Revan baru saja kencing di tubuh Tante. Maaf.." Tapi dia tidak menyadarinya, dan malah khawatir karena habis kencing di tubuh Renita.

Renita senang mendengar itu, tapi dia tidak menunjukkannya, karena kencing ini adalah obat untuk awet muda.

'Haha.. betapa beruntungnya aku mendapat berondong yang polos' Batin Renita.

"Baby, jangan khawatir. Bukankah tadi enak? Apakah kamu ingin yang lebih enak lagi?" Tanya Renita dengan senyum menggoda.

"Tapi-- aku baru saja kencing, Tante!"

"Haha... tidak apa-apa baby... Sekarang, aku akan membuat kamu lebih enak. Coba kamu mainkan ini dengan lidahmu. Yang tadi kamu mainin dengan tanganmu. Ahhh... Ya begitu... Mainin seperti kamu sedang ngemut permen...Ahhh, terus... Kamu boleh menghisapnya... Ya begitu.. ahhhh, terus... Lebih kencang...ahh...kamu anak pintar..."

Dengan begitu, Renita mulai menggerakkan pinggulnya lagi, dan sampai waktu yang tidak di ketahui, erangan Renita dan Revan terdengar sepanjang malam.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel