Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Pov Raditya Rama Airlangga 1

Gadis manis itu selalu menampakkan senyum manisnya dihadapanku, sambil menunjukkan deretan gigi putihnya. Dia adalah pelanggan tetap di salah satu coffeshop ku itu, hampir setiap hari dia nongkrong disana bersama teman temannya. Wajahnya mengingatkanku pada seseorang, Siska, cinta sejatiku. Sungguh mereka sangat mirip dalam segala hal, hanya saja gadis ini lebih ceria dibanding Siska.

Suatu malam, dia datang sendiri, dan duduk di pojok dihalaman coffe shop, hingga pukul dua belas malam, dia masih saja disana, sepertinya dia sedang ada masalah, dari tadi kuperhatikan dari jauh dia mengutak atik handphonenya dan terlihat kesal, kemudian dia meletakkan kepalanya diatas meja, lama sekali, aku takut dia ketiduran, lalu aku pun mencoba mendekati mejanya, saat karyawanku sedang beres beres. Karena memang sudah tidak ada pelanggan lain, dan usahaku ini juga tutup pada jam dua belas malam juga.

"Permisi Mbak," kataku saat melihat matanya terpejam waktu itu, sambil berdiri di sampingnya.

"Eh iya Kak. Maaf ya," katanya sambil mengangkat kepala lalu mengusap air mata yang mengalir di pipinya.

"Aku yang minta maaf sudah mengganggu. Boleh aku duduk disini?" tanyaku yang dijawab anggukan olehnya.

"Ku perhatikan dari tadi, kamu seperti sedang ada masalah ya. Ngomong ngomong ini sudah malam lho, apa nggak sebaiknya kamu pulang dulu, pasti orang tuamu pun khawatir anak gadis cantiknya larut malam begini belum sampai rumah," kataku sambil tersenyum.

"Hehehe nggak ada yang bakal marah kalau aku tak pulang Kak, dan tak ada yang khawatir kok, aku kan cuma yatim piatu. Aku hanya punya Kakak, tapi kan dia di luar kota, disini kan aku nge kost, jadi terserah aku mau pulang kapan saja tak ada yang melarang kan," katanya sambil tersemyum.

"Eh maaf ya tentang orangtuamu, maaf juga sudah membuatmu sedih,"

"Ah nggak apa apa kok Kak, nyantai aja. Sudah mau tutup ya Kak Coffeshop nya?"

"Iya, nggak apa apa juga kok, mereka lagi bersih bersih," kataku sambil menunjuk pada para karyawan.

"Jadi Kakak owner disini ya, wah hebat sekali deh Kak. Sukses banget lho usaha Kakak ini. Bagi tips dong, aku kan juga ingin jadi pengusaha sukses seperti Kakak, agar bisa membiayai kuliahku sendiri dan tak merepotkan Kakak ku lagi. Tapi ya uang dari mana untuk modalnya, hehehe. Mimpi aja deh aku ini,"

"Ya Alhmadulillah. Di syukuri saja. Pasti ada jalan ketila kita menginginkan sesuatu secara sungguh sungguh. Biasa ya kamu kan kesini bersama teman temanmu, tumben malam ini sendirian?"

"Iya lagi pingin sendiri aja sih Kak. Kalau gitu aku pulang dulu deh Kak, sudah selesai tuh sepertinya mereka beberes nya," katanya sambil menunjuk para karyawan sudah duduk duduk dan memang jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah satu.

Waktu tak terasa saat ngobrol dengan gadis cantik ini, ramah dan supel, persis seperti Siska juga. Sedikit mengobati rasa kangenku pada dia yang sudah belasan tahun tak bertemu setelah kejadian itu.

"Eh Kak, kok malah bengong sih?" katanya sambil mengibaskan tanganya di depan wajahku.

"Hehehe maaf maaf ya. Kamu tadi kesini naik apa? Kamu pulangnya bareng aku saja ya, nanti aku antar sampai kost, sudah malam banget loh ini," tawarku.

Saat dia sampai disini sekitar pukul delapan tadi, aku sedang duduk diluar, dan aku tahu dia diantar teman laki laki nya kesini, namun kemudian temanya tersebut langsung pergi.

"Nebeng temen sih Kak tadi. Emmm gimana ya, apa nggak merepotkan? Aku bisa naik ojek online kok Kak,"

"Nggak banget lah. Jangan takut padaku, aku tak akan macam macam kok, anggap saja aku juga tukang ojek online," kataku yang disambut dengan tawa cantiknya.

"Hehehehe tukang ojek online ganteng plus tajir. Oke deh Kak kalau begitu."

"Tunggu sebentar ya disini, aku ngomong sama mereka dulu," kataku sambil meninggalkannya dan menuju para karyawan.

Setelah semua selesai akupun mengantarnya menuju kost, jaraknya sekitar tiga puluh menit dari sini, dengan arah yang berbeda dengan rumahku. Dia gadis yang sangat ramah dan sepertinya dia bisa membuka kembali hatiku yang sempat ku kunci rapat ini.

"Terima kasih banyak ya Kak, atas tumpanganya. Oh iya tadi sampai lupa belum bayar ya, berapa tuh Kak?" tanyanya saat berdiru diluar pintu mobil sambil mengambil uang.

"Sama sama, kali ini gratis untuk kamu, anggap saja sebagai traktiran perkenalan, eh tapi bolehkan aku tahu siapa nama kamu? Dan juga minta nomer kamu?,"

"Wah terima kasih banyak ya Kak, sering sering aja deh kalai begini, hehehe. Aku Vania, sini Hp Kakak, biat aku save kontakku disana," katanya, dan aku pun memberikan Hp kupadanya.

Setelahnya aku pun pergi, dan mulai saat itu kami intens berhubungan, dan tepat seminggu setelah perkenalan, aku menembak nya, karena dia mampu mengisi ruang kosong dihatiku ini dan menggeser nama Siska, yang sudah begitu lama terpendam dihati ini. Dan pucuk di cinta ulam pun tiba, dia menerima ku.

Betapa bahagia rasanya hatiku, aku berjanji akan menjaganya hingga saat aku menikahinya nanti, tak ingin aku membuat kesalahan lagi, seperti dulu saat bersama Siska. Tak pernah sekalipun aku berbuat kurang ajar padanya selama tiga bulan itu, hanya sekedar ciuman di pipi dan berpelukan. Meski ku akui dia sering memancingku untuk melakukan perbuatan terlarang itu, namun aku selalu berhasil menahan diriku.

Hingga seminggu yang lalu, petaka itu terjadi setelah aku mengajaknya ke pesta pernikahan temanku, aku benar benar tak tahu apa yang sesungguhnya terjadi malam itu. Dia hanya bilang kalau malam itu aku telah merenggut paksa kegadisannya, dan aku harus bertanggung jawab. Okelah aku akan bertanggung jawab kalau memang benar begitu adanya, dan lagi aku kan sangat mencintainya, jadi tak ada salahnya aku menikahinya sekarang juga. Tinggal minta restu Kakaknya, selesai. Kalau masalah keluargaku itu bisa kuatur nanti.

Tiga hari yang lalu, saat aku mengajaknya liburan ke Malang, dia meletakkan tas tanganya di atas dashboard, karena aku mengerem mendadak, tas tersebut jatuh, dan menjatuhkan dompetnya, karena kebetulan resletingnya terbuka. Vania yang saat itu sedang memakai bedak, mengambil dompet itu dan meletakkan asal diatas handrem. Dompet itu terbuka, dan menampakkan sebuah foto wanita.

Aku mengambil dompet itu, memperhatikan dengan seksama foto itu. Wanita di dalam foto tersebut, sangat lah mirip dengan Vania, atau malah mirip dengan Siska.

"Ini fotomu Yank?" tanyaku sambil menaruh kembali dompet itu.

"Oh itu. Itu foto Kakakku satu satunya, Kak Siska, Siska Prameswari." kata Vania sambil mulai merapikan tasnya.

Aku sungguh sangat kaget, dan spontak kakiku menginjak rem. Hingga kepala Vania pun sedikit terantuk dasboard.

"Apa apaan sih kamu Yank, hati hati dong. Sakit tahu!" gerutunya.

"Maaf maaf sekali ya Yank, tadi kurasa ada kucing yang lewat," alibiku, aku pun kembali melajukan mobilku pelan.

"Wajahnya sangat mirip sekali denganmu Kak Siska itu. Tinggal dimana dia sekarang?" selidikku lagi.

"Dia sekarang tinggal di Sidoarjo dengan suami dan anaknya. Suaminya bekerja di sebuah Koperasi Simpan Pinjam. Ya banyak sekali yang bilang wajab kami mirip, karena memang kan kami berasal dari seorang Ibu, hanya beda Ayah saja Yank. Namun Kak Siska dan suaminya itu sangat menyayangiku, mereka sudah merawatku sejak usiaku sembulan tahun lho. Mereka sudah seperti orang tuaku. Kak Siska dulu juga kuliah di Surabaya kok Yank, dan usianya hampir sama lho denganmu, apa kalian sudah pernah kenal sebelumnya?" tanyanya sambil menyisir rambut panjangnya.

"Ah, tidak. Aku sepertinya tak punya teman seperti dia. Berarti besok kita akan datang kesana, untuk meminta restu ya Yank?" kataku yang hanya di jawab anggukan oleh Vania.

Sungguh sempit sekali dunia ini, orang yang selama ini ingin sekali ku ketahui kabarnya, sekarang sudah sangat dekat denganku keberadaannya. Dan saat aku sudah mulai membuang namanya dalam hatiku, malah sekarang dia hadir sebagai sosok Kakak dari gadis cantik yang kucintai ini dan telah kurenggut juga masa depannya. Sanggupkah aku nanti bertemu denganya lagi, dan mematikan perasaan yang masih tersimpan di dalam hati ini. Ah aku tak tahu, namun aku yakin aku bisa melakukannya, karena saat ini sudah ada Vania, segalanya bagiku, yang wajib aku bahagiakan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel