Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

1. Adalah Sebuah Kesalahan

Sudah menjadi kebiasaan Daniella pulang larut malam. Wanita itu selalu sibuk dengan pekerjaannya, mengembangkan wewangian yang diproduksi oleh Shine grup.

Dan sejak hari pernikahan kakaknya telah ditetapkan dia menjadi lebih gila bekerja dari sebelumnya. Meski terkadang pikirannya kacau, dia masih bekerja.

Sudah pukul satu malam, Daniella memiliki sesuatu yang harus didiskusikan dengan kakaknya. Ini bukan pertama kalinya keduanya berdiskusi larut malam. Kakaknya adalah tipe pekerja keras yang akan tidur hanya tiga atau empat jam saja dalam sehari.

Sebelum masuk ke dalam kediamannya, dia melihat mobil kakaknya telah ada di garasi yang artinya pria itu sudah kembali.

Hal itu diperkuat dengan dia berpapasan dengan asisten pribadi kakaknya yang selalu memenani kakaknya ke mana pun hampir selama dua puluh empat jam.

"Apakah Kakakku sudah kembali sejak tadi?" Daniella hanya ingin memastikan. Jika kakaknya sudah kembali lebih lama maka mungkin saat ini kakaknya sedang tidur, jadi dia tidak akan mengganggunya.

"Tuan baru saja kembali."

"Baik, hati-hati di jalan." Daniella kemudian meninggalkan Royce dan pergi menuju ke kamar kakaknya.

Royce ingin mengatakan sesuatu, tapi karena Daniella sudah pergi dia kembali meneruskan langkahnya.

Saat Daniella masuk ke dalam kamar kakaknya, ia melihat kakaknya sedang berjalan keluar dari kamar mandi.

"Kakak, ada yang perlu aku bicarakan mengenai formula parfum." Daniella menghentikan kakaknya.

Siegren menatap Daniella sejenak, wajah pria itu sedikit memerah, dia berjalan tidak stabil seperti biasanya.

Kening Daniella berkerut, dia bisa menilai bahwa saat ini kakaknya pasti sedang mabuk. Saat tubuh Siegren akan terjatuh, Daniella dengan sigap menangkap pria itu.

"Kakak, berapa banyak kau minum?" Daniella mencium aroma alkohol yang kuat dari tubuh kakaknya. Sebelumnya kakaknya tidak pernah mabuk seperti ini karena dia selalu membatasi konsumsi alkohol agar tidak merusak kesehatannya.

Wanita itu berjuang membantu kakaknya agar tidak terjatuh lalu membawanya ke ranjang. Daniella kehilangan keseimbangannya dan akhirnya terjatuh ke ranjang, wanita itu kini berada tepat dibawah tubuh Siegren.

Siegren mengangkat tubuhnya, sedikit menjauh dari tubuh Daniella, tapi pria itu tidak sepenuhnya bangkit. Saat ini dia sedang memperhatikan wajah Daniella dengan matanya yang sedikit merah.

Ditatap seperti itu oleh Siegren membuat jantung Daniella berdegub kencang. Dia tidak tahu harus melakukan apa sekarang.

Daniella tidak ingin kakaknya mengetahui seberapa gila detak jantungnya sekarang, dia membuka mulutnya untuk bicara, tapi detik selanjutnya bibirnya dibungkam oleh bibir Siegren.

Otak Daniella berhenti berfungsi. Wanita itu membeku, hanya sensasi panas mengalir di tubuhnya.

Ini salah, Daniella tahu tentang hal itu. Dia segera kembali ke rasionalitasnya, wanita itu mencoba mendorong Siegren, tapi kedua tangan Siegeran menahan tangan Daniella di atas ranjang. Pria itu tidak ingin melepaskan Daniella sama sekali.

Di luar sana hujan mulai turun, cuaca menjadi dingin, tapi di dalam kamar Siegren kedua tubuh yang ada di atas ranjang terasa panas.

Ciuman Siegren membuat Daniella mabuk padahal dia tidak minum sebelumnya. Pada akhirnya wanita itu menyerah pada sentuhan-sentuhan Siegren.

Malam itu tubuh keduanya terjalin di atas ranjang dengan selimut berwarna hitam di bawah mereka.

Daniella tahu apa yang dia lakukan saat ini adalah sebuah kesalahan, tapi meski itu adalah kesalahan dia masih terus maju. Dia tidak mampu menolak gairah yang dirasakan oleh tubuhnya saat ini.

Rasa sakit cukup menyengat dirasakan oleh Dainella di bawah sana, ini adalah pertama kalinya baginya dan dia tahu bahwa rasanya pasti akan menyakitkan.

Perasaan Daniella campur aduk. Dia telah memiliki fantasi bercinta dengan Siegren, dan malam ini mimpi itu menjadi kenyataan.

Jika bisa, dia ingin waktu berhenti di sini saja. Dia ingin merasakan lebih lama tubuh pria yang tidak akan bisa dia rasakan ketika dalam keadaan sadar.

Apa yang dia lakukan saat ini adalah sesuatu yang tercela, dia memanfaatkan kondisi kakaknya yang mabuk untuk memenuhi fantasinya.

Pergulatan panas itu berakhir dengan waktu yang cukup panjang. Sekarang Siegren sudah terbaring di sebelah Daniella, pria itu tertidur setelah sesi panas mereka yang panjang dan penuh gairah.

Untuk sejenak Daniella menatap ke langit-langit kamar itu. Dia tidak menyesali sama sekali terhadap apa yang terjadi barusan. Hanya saja dia tahu bahwa setelah ini dia pasti akan makin tersiksa. Dia mungkin akan menginginkan tubuh kakaknya lagi.

Daniella memiringkan tubuhnya, menatap lekat wajah Siegren yang damai. Dia benar-benar mencintai pria yang tertidur ini.

Setelah beberapa waktu, Daniella bangkit. Memakai kembali pakaiannya, juga memakaikan kembali pakaian Siegren. Ketika selesai, wanita itu meninggalkan kamar Siegren seolah sebelumnya tidak terjadi apapun.

**

Keesokan paginya Siegren terjaga dengan rasa sakit yang menyerang kepalanya. Pria itu bangkit dari posisi berbaring lalu duduk di tepi ranjang, mencoba menyesuaikan rasa sakit yang dirasakan olehnya.

Pria itu menghela napas pelan. Dia seharusnya tidak minum terlalu banyak semalam, dia menyiksa dirinya sendiri.

Semalam dia dan kedua temannya berkumpul di klub malam, mereka merayakan pesta lajang Siegren. Hanya dalam beberapa waktu lagi Siegren akan segera melepas masa lajangnya dan menyusul kedua sahabatnya yang telah menikah dan memiliki anak.

Setelah rasa sakit di kepalanya sedikit berkurang, Siegren berdiri lalu pergi ke kamar mandi, membasuh dirinya lalu berpakaian.

Seperti hari biasanya, Siegren mengenakan setelan berwarna hitam. Pria ini memiliki lebih dari selusin setelan hitam buatan tangan. Dia memiliki setelan dengan warna lain, tapi dia lebih menyukai hitam. Itulah sebabnya kamarnya juga didonimasi oleh warna hitam.

Usai berpakaian Siegren melangkah menuju ke ruang makan. Pria itu mabuk semalam, tapi dia masih bangun tepat waktu karena sudah sangat disiplin dengan jadwal hariannya.

"Apakah Ella belum bangun?" Siegren duduk di tempatnya, di dekatnya ada ayah dan ibunya yang sudah siap untuk sarapan bersama.

"Ella belum bangun." Jasmine membalas pertanyaan putranya.

"Biarkan saja dia." Richard Shine , ayah Siegren dan Daniella berkata. "Ella bekerja seperti robot dalam beberapa waktu terakhir ini. Dia mungkin lelah. Jadi, mari sarapan tanpa Ella."

"Baik, Ayah."

Ketiga orang itu sarapan tanpa Daniella. Mereka makan dengan sangat tenang.

"Ayah, Ibu, aku akan pergi sekarang." Siegren telah menyelesaikan sarapannya.

"Ya, hati-hati di jalan." Jasmine membalas dengan lembut. Meski Siegren tidak lahir dari rahimnya, tapi dia sangat menyayangi putra sulungnya ini. Sementara Richard hanya memberi anggukan singkat.

Sejak satu tahun lalu Richard sudah tidak aktif lagi di perusahaan, pria itu menyerahkan kepemimpinannya sepenuhnya pada Siegren. Dia hanya akan datang sesekali untuk rapat pemegang saham atau rapat penting lain yang mengharuskan dia datang.

Meski Siegren bukan putra kandungnya, Richard masih tetap memutuskan menjadikan Siegren sebagai penerusnya. Putranya sangat kompeten dan memiliki keahlian yang sangat baik dalam bidang bisnis. Sejak Siegren masuk ke dalam perusahaan delapan tahun lalu, keuntungan perusahaan mengalami peningkatan secara terus menerus.

Selain itu dengan Siegren menjadi penerus keluarga Shine, maka dia tidak perlu membuat putri kesayangannya bekerja keras. Meski pada kenyataannya saat ini Daniella hampir sama seperti Siegren, penggila kerja.

Richard sebenarnya ingin putrinya menikmati hidup seperti Abigail, menghabiskan uang yang dia dan Siegren hasilkan untuk berbelanja dan bersenang-senang. Namun, sayangnya putrinya memiliki pandangannya sendiri. Dia tergila-gila menciptakan aroma parfum. Akibatnya dia menjadi sangat sulit bertemu dengan putrinya sendiri.

Waktu berlalu, Daniella akhirnya terjaga di jam satu siang. Efek tidur terlalu sedikit akhir-akhir ini ditambah dengan kelelahan membuat Daniella bangun sangat terlambat.

Daniella menyeret tubuhnya ke kamar mandi. Bagian bawah tubuhnya masih terasa nyeri yang jelas menunjukan bahwa semalam bukanlah mimpi.

Daniella menenggelamkan tubuh telanjangnya ke dalam bak mandi yang tertutupi oleh busa. Wanita itu memejamkan matanya sekali lagi, dia mencoba untuk menenangkan dirinya.

Sekarang Daniella mulai memikirkan bagaimana cara menghadapi kakaknya. Dia tidak tahu apakah kakaknya mengingat kejadian semalam atau tidak.

Rasa cemas mulai membuat Daniella tertekan. Bagaimana jika kakaknya ingat, apa yang harus dia katakan pada kakaknya. Bagaimana jika kakaknya memandangnya jijik.

Tidak tahan dengan berbagai pikiran buruk di kepalanya Daniella menenggelamkan dirinya. Apapun reaksi kakaknya dia harus menghadapinya. Jika kakaknya membencinya karena kelicikannya semalam maka dia akan menerimanya.

Daniella keluar dari bak mandi setelah beberapa saat. Dia mengenakan jubah mandi lalu kemudian pergi ke ruang pakaiannya.

Wanita itu menatap dirinya di pantulan cermin. Jejak keunguan masih tertinggal di tubuhnya. Dengan mata tertutup dia bisa membayangkan Siegren menyentuh tubuhnya saat ini.

Daniella membuka matanya, menghentikan fantasi liarnya yang terkadang dia sendiri merasa jijik. Dari sekian banyak laki-laki, dia menjadikan kakaknya sebagai pemain utama dalam fantasi liarnya.

Berpakaian lalu keluar dari kamar. Daniella masih memiliki hal yang harus dia bicarakan dengan kakaknya mengenai formula parfum yang sudah dia buat untuk edisi khusus musim berikutnya.

"Sayang, kau sudah bangun." Jasmine mendekati putrinya.

"Selamat siang, Bu." Daniella mengecup wajah ibunya.

"Ayo makan siang terlebih dahulu lalu setelah itu baru berangkat ke kantor."

"Aku sudah sangat terlambat, Bu." Daniella menolak.

Jasmine menghela napas. "Kau seharusnya berhenti bekerja saja. Kau benar-benar sibuk sehingga untuk makan siang bersama keluargamu pun tidak bisa."

Daniella memeluk ibunya dengan hangat. "Bagaimana jika kita pergi berbelanja bersama besok?"

Sebagai seorang putri, Daniella tahu bagaimana cara membujuk orangtuanya dengan baik. Dia akan selalu menggantikan waktu yang tidak bisa dia habiskan dengan ayah dan ibunya dengan hari lain.

"Jangan menarik kembali kata-katamu."

"Aku tidak akan, Bu."

"Kalau begitu kau bisa pergi. Ingat untuk makan siang. Hati-hati dalam mengemudi. Beritahu Ibu jika terjadi sesuatu."

Daniella sudah hapal apa yang akan dikatakan oleh ibunya. Dia benar-benar beruntung karena memiliki ibu yang berhati hangat dan sangat mencintainya. "Aku mengingatnya, Bu. Aku pergi. Aku sangat mencintai, Ibu." Daniella mengecup wajah ibunya lagi lalu kemudian melepaskan pelukannya dan pergi setelah mendengar balasan dari ibunya.

Sejujurnya setiap kali Daniella bersama orangtuanya dia merasa sedikit bersalah. Dia tidak tahu seperti apa ayah dan ibunya akan memandangnya jika mereka tahu bahwa dia mencintai kakaknya sendiri. Mereka mungkin akan kecewa terhadapnya.

tbc

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel