Pustaka
Bahasa Indonesia

Spend the rest of my life with You

28.0K · Tamat
Dean Kim
48
Bab
43.0K
View
8.0
Rating

Ringkasan

Sudah Tiga tahun menikah, ketika dia akhirnya menjadi wanita dari pria itu, pria itu malah memutuskan untuk menceraikannya: "Ini aku berikan apa yang kamu inginkan, bercerai."

RomansaPresdirLove after MarriageBaper

Bab 1 Bercerai

Bab 1 Bercerai

Di dalam kegelapan, kedua kakinya dipaksa dibuka.

Panas yang berasal dari telapak tangannya membuat tubuh Song Yue An merinding, "Jin Nian, kamu pelan-pelan."

"Diam!" pria itu memerintahkan dia dengan dingin, tubuhnya dengan sekuat tenaga memasukkannya ke dalam tubuhnya.

Tanpa ciuman, tanpa cinta, tanpa adegan di awal.

Sakit yang mendadak membuat mulut Song Yue an yang tertutup menjadi terbuka, mengeluarkan rintihan.

Terlalu sakit, tubuhnya seperti tiba-tiba sobek, punggungnya seketika mengeluarkan keringat dingin.

Kedua tangannya pun tanpa sadar naik ke leher Mu Jin nian.

"Jin nian, sakit sekali......" Di memohon dengan suara rendah.

Menikah 3 tahun, ini pertama kali ia pulang ke rumah......

"Hah, bukankah ini yang kamu mau?" pria itu mencibirnya, lalu tubuhnya berhenti sejenak, kemudian mempercepat gerakannya.

Song Yue An saking kesakitannya hingga tidak bisa membalas pertanyaannya, ia hanya ingin melepaskan diri dari dia, tapi ia hanya bisa bertahan, hanya bisa menggigit bibirnya menahan penyiksaannya.

Tidak apa, sungguh tidak apa.

Dia menantikan saat-saat seperti ini sudah bertahun-tahun, sakit sedikit ini bukanlah apa-apa.

Hingga seluruh ruangan mengeluarkan aroma amis darah, cairan panas keluar dari bawah tubuhnya, pria itu turun dari ranjang, meninggalkan ruang tidur.

Saat Mu Jin nian masuk lagi ke dalam kamar, langsung membuka lampu kamar.

Cahaya lampu yang silau dan mendadak itu membuat dia mengangkat tangan untuk menutup cahaya lampu, menunggu ia bersiap beradaptasi dengan matanya, pria itu dengan tenang berkata, "Kita cerai."

Seketika Song Yue an terdiam, seperti darah yang keluar itu juga ikut membeku. Ia bertanya dengan tidak percaya, "Jinnian, apa katamu?"

"Yang kamu mau sudah kuberikan. Miao Miao telah hamil, aku harus bertanggung jawab padanya." Dari tatapan matanya, pria ini tampak sedikit kelelahan, ia mengerutkan kening dan menatap ranjang itu, "Makan obat, tanda tangan."

Kakaknya, Song Miao Miao telah hamil? Anaknya?

Song Yue An menolehkan kepala.

"Perjanjian Perceraian" huruf besar di dokumen itu masuk dalam matanya.

Di samping itu, ada segelas air dan sebutir obat berwarna merah muda.

Tadi hatinya berdegup kencang dan panas, seketika seperti ada pisau dingin menusuk dalam tubuhnya, tubuhnya tidak lagi bisa merasakan apa-apa, sakit hingga membuatnya tidak bisa bernafas.

Seperti dari surga masuk ke neraka.

Rasa malu, tidak mengerti, didampingi dengan rasa sakit.

Song Yue An matanya memerah dan bertanya, "Jin Nian, kenapa? Aku ini istrimu, kenapa kamu mau membuat kakakku mengandung anakmu? Kalian ini telah merusak aturan!"

Mu Jin Nian meringkukkan sudut bibirnya dengan kejam, menekan dagunya, acuh tak acuh, "Song Yue An, bukankah karena kamu mencelakai Miao Miao agar dia diperkosa, apa aku akan menikahmi? Sejak aku menikah kemari, kamu seharusnya tahu akhir ceritamu seperti apa!"

Menatap matanya yang penuh dengan keluhan dan kebencian, Song Yue An tertawa dingin, "Mu Jin nian, kamu cukup kejam."

"Dibandingkan dengan aksimu yang menjijikkan itu, aku hanyalah mengembalikan hadiah yang pernah kau beri!" tatapan Mu Jinn Nian seperti penuh dengan strategi, selesai bicara ia mendorongnya dengan kuat, "Makan obat."

"Kamu kira aku mau menikahimu? Jika bukan karena Keluarga Mu yang datang melamar, aku lebih memilih menikah dengan pengemis daripada kamu!"

Song Yue An bicara dengan sangat kesal, ia mengambil obat dan langsung menelannya dengan air.

"Setelah lihat tanda tangan, besok aku akan menyuruh orang untuk mengambilnya." Mu Jin Nian meninggalkan kata yang dingin, ia memutarkan badan dan pergi.

Mendengar suara pintu di kunci dari luar, So Yue An memindahkan selimut dan turun dari ranjang, berlari ke kamar mandi tanpa alas kaki.

Setelah ia batuk kering sekuat tenaga, ia menatap obat yang barusan ia muntahkan, wajahnya yang pucat menunjukkan senyum menyeringai yang pahit.

Saking indahnya membuat orang tidak berani melihat langsung.