Bab.8. Jadikanlah Aku Pacarmu. LIVE!
"KRIIIINGG!" Suara bel tanda istirahat yang berbunyi nyaring membuat siswa-siswi SMA Teruna Negeri berhamburan dari pintu kelas masing-masing.
"Cia, lo lesu amat sih pagi ini!" celetuk Lindsey, bestie-nya yang duduk bersebelahan meja dengan Ciara.
Dengan cepat Ciara mengerem lidahnya agar tidak bocor keliling tentang pernikahan dadakannya dengan Rodrigo kemarin sore. "Ehh ... ohh ... biasa capek aja, Lind!" kelitnya.
Tiba-tiba dari arah lapangan basket terdengar suara laki-laki dengan pengeras suara berkata, "Tolong yang lihat Ciara Eloise Sasmita, anak 10-A, bilangin suruh ke lapangan basket ya!"
"Lho, kayak suara si Billy tuh, Cia. Lo dicariin sama dia di lapangan basket. Sono buruan tengok ada apa!" ujar Lindsey seraya bangkit dari kursinya.
Gadis itu pun berdiri lalu melongok-longok dari kaca jendela kelasnya yang mengarah ke lapangan basket. 'Issh ... ngapain si Billy ya? Kagak biasanya begini!' batin Ciara penasaran.
"Ayo, Cia ... tuh dipanggil lagi!" Lindsey menyeret tangan sobatnya menuju ke lapangan basket untuk mengetahui ada apa gerangan di sana.
Seorang pemuda membawa buket bunga mawar merah besar nan indah berdiri di tengah lapangan. Ada stand mic di depan pemuda bernama Billy, yang tak lain kapten tim basket putra SMA Teruna Negeri.
Musik pengiring lagu Sheila on Seven mulai diperdengarkan. Billy sendiri yang menyanyi dan bukan Duta, vokalis band SO7, "Untaian bunga canda, tempat kau lepaskan tawa, tenang hati terbaca. Kini tiba waktuku untuk puitiskan sayang, untuk katakan cinta. Jadikanlah aku pacarmu 'kan kubingkai selalu indahmu. Jadikanlah aku pacarmu, iringilah kisahku!"
Ciara bengong melihat Billy yang nampaknya ingin menembaknya di depan seantero warga SMA Teruna Negeri. 'Mampus gue! Si Billy kesambet apa pula kagak ada Tsunami apa angin puting beliung kok jadi seteres begini!' batinnya panik.
Pemuda itu menghampiri Ciara sembari membawa buket bunga mawar merah 30 tangkai di tangannya. "Ciara yang cantik dan baik hati, maukah kamu jadi pacar A'a Billy?" ucap Billy dengan wajah penuh harap.
Tak ada seorang pun yang berani berbicara karena ingin mendengar langsung jawaban Ciara. Di sisi lapangan basket itu ada Penelope, ketua tim cheerleader yang gosipnya sejak awal menyukai Billy Chavez, murid kelas 11-A yang berdarah blasteran Indonesia-Perancis itu. Wajah Penelope mendung dengan tatapan mata berkilat-kilat berbahaya bagaikan petir melirik ke arah Ciara.
'Hmm ... awas ya kalau sampai lo terima pernyataan cinta si Billy, bakal gue bejek-bejek bareng genk gue di toilet putri!' batin Penelope bengis.
Dari rooftop lantai enam bangunan utama sekolah, Rodrigo juga memperhatikan adegan romantis yang melibatkan istri barunya di lapangan basket. Dia ingin tahu apa Ciara akan menerima Billy jadi pacarnya setelah memiliki ikatan pernikahan rahasia bersama dia.
"Bangsaatt ... kepedean si Billy!" maki Alex, kakak Ciara tak terima adiknya ditembak anak kelas 11-A.
"Diem lo, Lex! Gue mau denger jawaban adek lo!" sergah Igo serius.
Di tengah lapangan basket, Ciara yang tangannya masih digenggam oleh Billy berdegup kencang jantungnya. Dia merasakan keringat dingin membanjiri tubuhnya karena perhatian semua mata tertuju ke mereka berdua.
"Bill, lo gila ya? Malu tauu!" desisnya seraya menarik tangan Billy agar mendekat ke arahnya.
"Makanya jangan bikin kita berdua malu, jawab aja iya!" desak Billy dengan sengaja memanfaatkan tekanan besar untuk Ciara agar menerima pernyataan cintanya tadi.
Namun, gadis itu merasa tak boleh bila dia menerima Billy. 'Anjrriit ... kenapa hari-hari gue belakangan kagak ada yang bener sih?! HWAAAAA!' jerit Ciara dalam hatinya.
"Cia Sayang, kita jadian ya?" tanya Billy dengan pede maksimal sekali lagi.
Wajah Penelope yang berdiri bersedekap tak jauh dari pasangan itu semakin mendung saja seolah-olah negara api segera menyerang. "Awas aja lo, Cia! Hmm!" desisnya geram.
"Ogah. Bill ... kita cocoknya temenan aja deh!" jawab Ciara yang sontak membuat Billy lesu dengan bahu jatuh terkulai.
"Lo becanda 'kan, Cia?!" tanya Billy meyakinkan dirinya.
Namun, Ciara menggeleng-gelengkan kepalanya dengan yakin. "Gue kagak becanda, Bill. Soalnya gue juga udah punya cowok. Sorry yee, Aak!"
"Siapa cowok itu? Perasaan gue kagak pernah liat lo jalan bareng cowok sebiji pun selama di sekolah ini!" Billy bersedekap defensif. Dia mengira Ciara hanya sekadar mencari alasan untuk menolaknya.
"Ada deh pokoknya. Udahan dulu ya mau ke toilet, kebelet pipis gue. Bye, A'ak Billy!" Ciara mengembalikan buket bunga mawar merah jumbo itu ke tangan Billy lalu menyeret Lindsey kabur ke toilet.
Penelope pun tersenyum sinis melihat pujaan hatinya ditolak mentah-mentah oleh Ciara. Dia melangkah mendekati Billy yang masih termangu-mangu tak mampu menerima kenyataan.
"Hai, Billy. Aku masih single lho. Kamu nggak nembak aku aja nih? Buket mawarnya cantik bingits, aku suka!" rayu Penelope disertai senyuman manis.
Billy mengangkat wajahnya menatap ketua tim cheerleader yang juga digandrungi banyak murid laki-laki di sekolah mereka itu. Dia pun tersenyum lalu berkata, "Boleh. Nih bunganya buat kamu aja, Penny!"
"Wah, makaciiw!" tukas Penelope sok imut seraya menerima buket mawar merah yang besar sekali di pelukannya.
Di roof top bangunan utama sekolah, Alex tertawa puas. "HAHAHA. Kaciaan deh si Billy! Tuh Go, adek gue mah orangnya setia!"
"Ssstt ... awas aja lo bocor keliling, gue hajar lo ntar, Lex!" ancam Igo. Dia menghormati keinginan Ciara untuk tetap merahasiakan pernikahan mereka selama masih sama-sama bersekolah.
"Sowree, Bro!" tukas Alex dengan gerakan mengunci bibirnya.
"Gue mau turun, istirahat sudah kelar bentar lagi!" ujar Igo yang kali ini hanya berdua saja dengan Alex di sana. Kedua member genk exclusive top idol SMA Teruna Negeri sedang sibuk di ruang OSIS karena akan diadakan PORDA yang meminjam lapangan basket, lapangan badminton, lapangan tenis, lapangan atletik, dan kolam renang di sekolah mereka.
"Jacky sama Mike sibuk amat ya?" celetuk Alex sembari masuk ke lift untuk turun ke lantai tiga. Kelas 12 dari A sampai E memang berada di satu lantai yang sama.
Igo menjawab cuek, "Wajarlah mereka 'kan pentolan di OSIS, ketua sama wakil!"
"Hmm ... bener juga lo bilang!" sahut Alex lalu keluar lift menuju ke kelas mereka di 12-A yang berada di samping lift persis.
"Lex, gue turun ke toilet bentar!" pamit Igo tidak ikut keluar lift. Dia menutup kembali pintu lift.
Toilet putra dan putri ada di lantai satu berseberangan dengan kafetaria sekolah. Awalnya memang Rodrigo hanya ingin buang air kecil sebelum pelajaran selanjutnya dimulai. Namun, ketika akan sampai di area toilet siswa, dia mendengar bunyi pertengkaran laki-laki dan perempuan dari dalam toilet putri.
"Kayak suara si Cia!" gumam Igo. Dia membatalkan niatnya menekan gagang pintu toilet putra. Alih-alih dia membalik badan untuk melangkah menuju toilet putri.
"Lepasin, Bill. Gue sudah bilang 'kan tadi—jangan maksa!" seru Ciara yang dipepet oleh Billy di dinding toilet.
Igo yang mendengar penolakan istrinya yang diganggu oleh pria lain segera menghampiri Billy dan menarik bahu adik kelasnya itu. "Lo salah baca keterangan toilet cowok bukan di sini ya?!" sindirnya sengit.
"Tskk ... jangan ikut campur lo!" bantah Billy seraya melepaskan kungkungannya di tubuh Ciara. Dia menghadapi Igo yang nampak siap memasang kuda-kuda kaki untuk bertarung.
"Harus ikut campur ... ini urusan gue!" tegas Igo. Dia suami Ciara dan tak bisa membiarkan istrinya dipepet laki-laki lain di toilet kosong begini.
"Heii ... sudah ... kalian jangan kelahi! Nanti malah jadi heboh karena masuk BP, STOP!" teriak Ciara segera melerai kedua murid laki-laki yang siap bertarung karena dirinya.
"Minggir, Cia!" tolak Igo. Dia menarik Ciara agar berdiri di balik punggungnya. "Lo maju aja, jangan sungkan!" tantang Igo ke Billy.
Dan serangan itu pun tiba, "Hiiyaatt!!"
