Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 | Ledakan Gairah

Damien merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, mencoba meredakan gelombang panas yang memenuhi tubuhnya. Bayangan adegan panas di kamar sebelah terus bermain di benaknya, wajah cantik Miranda yang tengah merintih kenikmatan terus memenuhi pikirannya, membuat batang kejantanannya seakan meronta di dalam celana.

“Ah, Tyler… apa kamu bisa sehari saja tanpa melakukan itu?” desis Damien dalam hati sambil menutup mata, mencoba meresapi dan meredakan gairahnya yang memuncak. Dia merasakan denyut-denyut yang tidak bisa dia kendalikan.

Setelah beberapa saat mencoba meredakan diri, Damien akhirnya membuka mata dan bangkit dari tempat tidur. Dia merasa tidak bisa duduk diam, pikirannya terus dipenuhi oleh adegan yang baru saja dia saksikan.

Damien yang awalnya hendak mengajak Tyler makan malam di restoran hotelnya, memutuskan untuk makan malam di kamarnya saja. Dia tahu Tyler pasti tidak akan menyelesaikan pertarungan panasnya dengan Miranda dalam waktu cepat.

Dengan langkah tergesa, Damien beranjak menuju meja kecil yang ada di sudut kamar, lalu mengambil telepon untuk menghubungi resepsionis hotel.

"Selamat malam, Tuan Damien. Ada yang bisa saya bantu?" sapa seorang resepsionis dengan suara ramah.

"Selamat malam, tolong bawa hidangan makan malam ke kamarku. Aku ingin beberapa hidangan spesial," ucap Damien sambil menyebutkan hidangan yang diinginkan.

Beberapa menit kemudian, terdengan suara pintu kamar Damien di ketuk, dia segera bangkit dari duduknya dan membuka pintu kamarnya, Damien sedikit terkejut tatkala mendapati jika Resepsionis yang dia hubungi tadi yang mengantarkan hidangan pesanannya.

Damien mempersilakan resepsionis cantik itu masuk, resepsionis itu tersenyum ramah dan mendorong troli berisi makanan memasuki kamar mewah yang di tempati Damien. Damien berdiri di dekat pintu, memandangi resepsionis yang sedang sibuk mengatur hidangan di atas meja.

Resepsionis itu memiliki paras cantik, kulitnya yang halus dan rambutnya yang terurai panjang menambah pesona. Bentuk tubuhnya terlihat indah, dengan dua bongkahan indah di bagian dadanya yang menonjol membuatnya sulit diabaikan.

Damien tiba-tiba membayangkan resepsionis itu tengah berbaring di atas tempat tidur tanpa sehelai benang pun. Fantasi liar memenuhi pikirannya, merintih kenikmatan seperti Miranda, di mana dirinya menghujam batang kejantanannya berulang kali di liang kenikmatan sang resepsionis. Gairahnya kembali memuncak, dan dia berusaha keras untuk mengendalikannya.

Nafas Damien kian memburu, dia perlahan menutup pintu kamarnya tanpa sang resepsionis sadari dan menguncinya. Dengan langkah ringan, dia mendekati meja di mana resepsionis itu sibuk mengatur hidangan.

Damien tidak bisa lagi menahan desakan gairahnya, dia memegang kedua lengan resepsionis itu dengan lembut. Resepsionis itu menoleh padanya dengan raut muka bingung, namun senyum Damien yang penuh gairah menutupi kebingungannya.

"Pa… Pak Damien," ucapnya resepsionis cantik itu dengan raut wajah gugup.

Resepsionis itu tersentak kaget, namun tidak menolak ketika Damien membalik tubuhnya dan langsung mencium bibirnya. Awalnya, dia terkejut, tetapi segera merespons dengan penuh gairah.

Tangan Damien menjelajahi lembut tubuh resepsionis itu, menyisir setiap lekuk yang memikat. Damien merasakan napas resepsionis itu yang semakin memburu seiring dengan meningkatnya gairah di antara mereka.

Damien memutuskan ciumannya untuk sejenak menatap mata resepsionis itu, "Siapa namamu?" tanyanya dengan napas yang tersengal.

"Lily.. Pak," jawabnya dengan suara lembut dan mata yang penuh hasrat.

"Lily," ulang Damien, melumat bibirnya kembali dalam ciuman yang penuh nafsu, mereka tenggelam dalam kenikmatan. Damien perlahan membimbing tubuh Lily menuju tempat tidur, tangannya menelusuri punggung Lily lalu mencengkram kedua bongkahan pantat Lily yang bersembunyi di balik rok pendek berwarna hitam.

Mereka saling melumat seperti orang yang kelaparan, lidah mereka saling menjelajahi mulut saat tubuh mereka berdua terjatuh ke atas kasur. Damien bisa merasakan tubuh Lily merespons setiap sentuhannya. Dia melepaskan diri dari ciuman penuh gairah mereka, terengah-engah saat dia menatap wajah cantik sang resepsionis.

"Hah… maaf Lily aku sepertinya kelepasan," ucap Damien yang berusaha keras menjaga kesadarannya agar tidak melampaui batas.

Namun, reaksi Lily sontak membuat gairah Damien kembali bangkit, Lily tersenyum nakal dengan wajah kemerahan, lalu berkata, "Pak Damien, a… aku tidak keberatan selama itu bisa membuat Pak Damien senang."

Damien sejenak terlihat ragu sebelum kembali membungkuk dan mencium bibir Lily. Namun, ada sedikit keraguan yang terlintas di pikirannya, tidak yakin apakah dia siap menghadapi apa yang akan terjadi. Lily menyadari hal itu, dia melepaskan ciuman mereka, lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Damien.

"Jangan khawatir,Pak… aku tidak keberatan sama sekali," bisiknya yang langsung menghilangkan semua keraguan Damien. Lily merasakan napas Damien di kulitnya saat sang Presdir mulai mencium dan menggigit pelan lehernya.

Dia mengerang lembut, semakin terangsang oleh sentuhan yang di berikan Damien. Tangan Damien dengan terampil menanggalkan pakaian Lily, jari-jarinya dengan cekatan melepaskan kaitan bra berwarna putih milik Lily, dan wajahnya langsung meluncur ke bawah di mana mulutnya langsung mengisap salah satu pucuk bongkahan indah milik Lily yang berwarna coklat terang.

Lily memegang kepala Damien dengan kedua tangannya, meremas rambut bagian belakang sang Presdir diiringi desahan tipis yang keluar dari mulutnya. Matanya menutup rapat, kepalanya mendongak keatas saat Damien pindah dari pucuk yang satu ke pucuk yang lainnya.

Desahan yang lebih kuat terdengar dari mulut Lily saat Damien memberikan gigitan kecil di pucuk bongkahan coklat terang itu. Lidah sang presdir meliuk-liuk mengitari pucuk Lily yang kini telah mengeras.

Tangan kanan Damien turun dan menyelinap masuk ke dalam rok Lily, mengusap pelan gundukan yang masih tertutup dalaman Lily, jari-jari damien dapat merasakan rambut tipis saat mengusap gundukan itu, Lily membuka kedua pahanya, memberikan ruang jari -jari Damien untuk menari dengan bebas.

Dengan mulut yang terus sibuk mengulum pucuk bongkahan Lily, jari tengah Damien menyelinap masuk melewati dalaman Lily, desahan di mulut Lily semakin terdengar saat jari Damien menyentuh bibir bawah Lily, membukanya dengan lembut dan langsung memainkan tonjolan kecil yang menjadi sumber kenikmatan setiap wanita.

Lily tersentak kenikmatan saat Damien menempel dan membuat gerakan berputar lembut diatas klitnya, Erangannya terdengar kuat begitu jari Damien menerobos masuk ke dalam liang kenikmatannya dan mengenai titik yang tepat.

Damien membuat gerakan lembut berputar di dalam liang kenimatan Lily. Membuat Rintihan Lily semakin dalam, dan semakin terdengar erotis.

Jari tengah Damien berputar-putar di dalam liyang kenikmatan Lily, cairan semakin memenuhi liang kenikmatan Lily. Sang Resepsionis mencengkram erat punggung Damien, meminta lebih dan lebih.

Damien menurut, menggerakkan jarinya semakin cepat, dan memberi gigitan-gigitan kecil di pucuk bongkahan indah Lily, nafas Lily terdengar pendek dan semakin cepat hingga terdengarlah lenguhan panjang dari mulut Lily, disertai gerakan pinggul yang meronta.

Lily mencapai puncak kenikmatan, bersamaan dengan itu cairan kenimatan berwarna bening meluber keluar dari liang kenikmatan Lily. Lily tersenyum puas sembari mengatur nafasnya yang memburu, saat dia berpikir keadaannya tidak akan lebih baik lagi, Damien melepas bibirnya dari pucuk bongkahan Billy, dia melumat bibir Lily sejenak, kepalanya lalu meluncur di antara kedua paha Lily. “Pa.. Pak… Ahh..”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel