Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Perempuan Asing

Elsa sampai di depan pintu apartemen yang Mami beritahukan padanya, berikut dengan kata sandi unit tersebut. Sekarang, melihat pintu metal yang tampak sangat kokoh itu, membuat nyali Elsa menciut, pegangan pada tali tas bekalnya semakin erat. Bagaimana dia bisa menyetujui ide maminya ini tanpa berpikir terlebih dahulu? Bagaimana respon Leon nanti? Dia pasti bakal marah besar kalau sampai tahu Elsa datang ke sini.

Kata Mami, Elsa bisa langsung mengetik kata sandi di pintu itu dan membukanya. Tapi Elsa bahkan tidak tahu harus mengetik di mana. Lagipula, jika dia melakukan seperti yang Maminya sarankan, hal itu terkesan tidak sopan sekalipun pemilik apartemen ini adalah suaminya sendiri. Apalagi dengan hubungan pernikahan mereka yang sangat membingungkan ini.

Elsa pun memencet sebuah tombol bel di samping pintu, lalu menunggu beberapa saat sampai pintu terbuka, dan memperlihatkan sosok perempuan cantik berdiri di hadapannya.

Napas Elsa nyaris tercekat dan tubuhnya langsung menegang. Matanya membesar ketika melihat wanita cantik berpakaian seksi yang berdiri di ambang pintu.

Wanita itu juga memperhatikan Elsa, lalu mengernyit. "Maaf, siapa ya?"

Elsa merasakan tenggorokannya kering ketika dia hendak membuka suara. Namun teringat akan perkataan Leon sebelumnya yang tidak ingin orang lain tahu mengenai pernikahan mereka. Elsa pun menjawab dengan suara tegang; "Saya disuruh Ibu Maya untuk nganter makan malam ini ke Pak Leon."

Wanita itu menatapnya dengan angkuh lalu mengulurkan tangan. "Yaudah siniin."

Elsa menggeleng. "Ng... Ibu Maya juga menugaskan saya untuk menghidangkannya langsung ke meja makan pak Leon." Elsa benar-benar tidak yakin akan apa yang baru saja dia ucapkan. Namun dia begitu dibuat penasaran dan ada dorongan yang begitu besar yang menyuruhnya untuk masuk ke dalam sana dan bertemu dengan suaminya.

"Oh, yaudah," sahut wanita itu lalu membuka pintu lebih lebar untuk Elsa masuki.

Wanita cantik nan seksi itu berjalan di hadapannya. Elsa memperhatikan dress merah berlekuk tubuh yang sangat sempurna, dipadu dengan kaki jenjang yang mulus, dan rambut bergelombang yang terurai di punggung. Kalau boleh jujur, Elsa tidak pernah melihat wanita secantik ini sebelumnya. Dan sebuah pertanyaan terngiang-ngiang di kepalanya; Siapa wanita ini? Apa hubungannya dengan Leon? Dan apa yang dilakukannya di sini?

*

Elsa merasakan sebuah teguran di dalam dirinya bahwa dia seharusnya tidak ada di sana. Ketika masuk ke dalam apartemen itu, Elsa dibuat terkagum-kagum oleh kemewahannya, dan kebersihannya. Apartemen itu luas dengan ruang tamu bersofa abu-abu, dapur yang luas, dan beberapa pintu yang mengarah ke ruangan lainnya. Semua furniturnya tampak mahal, lukisan-lukisan di dindingnya juga pasti adalah lukisan asli. Lalu naik satu anak tangga dari ruang tamu, sebuah meja makan besar berada yang bersebelahan dengan dapur yang telah dilengkapi oleh peralatan yang mengilap.

Dan wanita itu membawa Elsa ke sana. Sedikit bingung, sampai wanita itu pun berdehem dan Elsa langsung tersadar. dia mengalihkan pandang dari kegiatan mengagumi interior unit tersebut, lalu beralih ke arah kotak makan yang masih digenggamnya dengan erat.

"Tunggu apa lagi? Cepat sajikan!" perintah wanita itu pada Elsa.

Tersadar lagi, Elsa pun langsung bergerak cepat mengeluarkan segala macam lauk yang ada di dalam kotak makanan yang dibawanya dan menyajikan mereka di atas piring-piring yang tampak elegan yang Elsa temui di dapur. Sedangkan wanita cantik tadi, telah meninggalkan Elsa sendiri dan entah pergi kemana.

Setelah selesai, Elsa menatap meja makan cukup lama sambil berharap bahwa makanan yang telah dimasaknya itu cukup lezat dan cukup hangat untuk selera sang suami dan... bagaimana dia harus memanggil wanita itu? Teman suaminya, mungkin? Ya, mungkin saja. Intinya, semoga mereka suka, batin Elsa.

"Siapa yang datang?"

Tubuh Elsa langsung menegang ketika mendengar suara itu, diikuti dengan langkah kaki yang mendekat.

"Katanya pelayan yang disuruh Mami kamu untuk ngantar makan malam."

Seharusnya tadi dia tidak menghabiskan banyak waktu untuk berpikir dan menyelesaikan tugasnya menyajikan semua makanan itu denga cepat sebelum Leon datang. Tapi sudah terlambat, Leon tepat berdiri di belakangnya dan Elsa jelas merasakan punggungnya panas oleh tatapan lelaki itu. Perlahan, tubuh Elsa pun bergerak, dia sedikit meyeret kakinya menuju dapur.

"Elsa?"

Elsa langsung berhenti dan dengan refleks tubuhnya berbalik, lalu melirik Leon yang menatapnya terkejut. Elsa berdoa semoga Leon tidak marah padanya.

Momen dalam keheningan itu terpecahkan oleh suara wanita yang berdiri di belakang Leon.

"Kenapa, babe? Ayo kita makan, aku tahu kamu dari tadi siang belum makan apapun." Wanita itu menyentuh lengan Leon sehingga mengalihkan fokus Leon dari Elsa. Lalu mereka duduk di meja makan, sedangkan Elsa masih berdiri dengan canggung di ambang pintu dapur.

Aku seharusnya pergi, batin Elsa lagi. Tapi, kenapa dia tidak juga mengangkat kaki dan pergi? Karena suaminya, tentu saja. Karena suaminya berada di dalam satu apartemen dengan seorang wanita cantik nan seksi.

Dan apa tadi kata perempuan itu? Belum makan apapun semenjak siang? Leon pasti kelaparan. Dan dari situ pun Elsa menyadari bahwa hubungan Leon dan perempuan itu pasti sangat dekat.

Leon mendorong kursi dan bangkit, berjalan mendekati Elsa.

Jantung Elsa sudah berdegup tidak karuan ketika lelaki itu kian mendekat, tatapan mereka tidak terlepas. Lalu ketika Leon berdiri tepat di hadapannya, Elsa melihat tatapan itu lagi, tatapan yang membuatnya merinding dan berujung pada Leon menciumnya. Tapi kali ini Elsa cukup yakin bahwa Leon tidak akan melakukan itu.

"Air... minum," ucap Leon.

Elsa pun tersadar bahwa dia belum menyajikan air minum di meja makan, sehingga dengan gerakan cepat dia mengambil dua gelas dan sebuah teko kaca dari dalam rak lalu mengisinya dengan air.

Leon mendekati Elsa dan berdiri di sampingnya, dia menoleh ke arah Kanaya yang asyik memainkan ponsel sambil menunggunya. Mumpung wanita itu sedang teralihkan, Leon pun menatap Elsa lagi.

"Ngapain kamu disini?" bisiknya kasar.

Elsa menggigil ketakutan setelah mendengar suaranya. Mata besar gadis itu mendongak menatap Leon.

"Nga-nganterin makan malam untuk kak Leon," jawab Elsa yang berupa cicitan tertahan.

Leon melirik Kanaya lagi. "Jangan kemana-mana, tunggu aku di kamar." Lalu Leon meraih nampan berisi gelas dan teko itu, dan membawanya sendiri ke meja makan.

Elsa masih sulit mengatur detak jantungnya setelah Leon pergi. Lelaki itu marah! Elsa tidak bisa berbohong bahwa dia takut pada tempramen suaminya yang suka marah seperti ini. 

Bagaimana tidak? Elsa hanyalah gadis biasa berusia 16 tahun, sedangkan Leon sudah nyaris 30. Usia yang terpaut sangat jauh itu membuat Elsa terkadang merasa bahwa dia tidak seharusnya berada di sana, di manapun tempat Leon berada. Karena ketika bersamanya, Elsa benar-benar merasa sangat kecil dan lemah. Dan itu bukanlah sebuah kiasan, karena Elsa memang bertubuh kecil dan lemah sedangkan Leon memiliki tubuh kekar tinggi yang mampu membuat gadis berusia 16 tahun sepertinya menciut dan mudah terintimidasi ketika berdiri bersama-sama dengan lelaki itu.

Elsa menghembuskan napas dengan tenang lagi. sepertinya dia memang harus tinggal lebih lama. Karena Elsa tidak berani membantah Leon dan dia pun dengan segera meninggalkan dapur.

[to be continued] 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel