Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#####4

Lany membawa semua dress yang dia pilih ke kasir. Saat hendak mengeluarkan kartu kredit, Sebastian lebih dulu mengeluarkan kartu miliknya dan menyerahkannya pada kasir. Lany tersenyum, tak lupa mengucapkan terima kasih. Matanya berbinar bahagia, saat semua dress yang dia pilih dimasukkan oleh kasir satu persatu ke dalam paperbag.

Lany menerima total tiga paperbag dari kasir. Dia membawanya dengan senyuman yang cerah dan riang. Bagaimana dia tak senang? Saat bisa membeli beberapa baju yang bagus dan sesuai keinginan tanpa harus mengeluarkan uang! Menakjubkan memang. Tak salah dia mau menerima tawaran Sebastian. Ya, walau hanya sebagai simpanan. Tapi, siapa peduli? Yang penting uang ngalir.

"Setelah ini kita akan kemana? Apa langsung pulang saja?" Lany bertanya karena penasaran. Sebastian tak menjawab, namun langkahnya yang berhenti membuat Lany kebingungan. Lany ikut berhenti melangkah, lalu menatap ke depan. Ada seorang pria, yang entah siapa, sedang berjalan mendekati Lany dan Sebastian.

"Selamat siang, Pak Bastian. Wah, tak saya sangka kita akan bertemu di sini." Pria yang mungkin lebih tua beberapa tahun dari Sebastian tersebut menyapa, dengan senyuman mengejek. Lany sadar tentu saja, kalau di antara dua pria itu terjadi hal tak baik.

"Siapa dia? Ah, apakah Anda menemukan pasangan yang baru? Lalu bagaimana dengan Rhita? Sepertinya dia-"

"Tak perlu banyak basa-basi. Aku tak punya waktu untuk orang sepertimu," ucap Sebastian dengan dingin. Namun, pria itu tidak tersinggung. Dia malah tertawa. Sementara Lany yang tak mengerti apa-apa, hanya diam di belakang Sebastian. Pria asing itu tertangkap oleh Lany menatapnya beberapa kali dari ujung kepala sampai ujung kaki. Entah apa maksudnya.

"Sepertinya dia masih sangat muda ya." Pria itu kembali berkomentar. Sebastian mengepalkan tangan, menyadari tatapan nakal dari pria asing itu pada Lany.

"Tak lelah jadi pencuri? Kau ambil saja wanita itu. Aku tak membutuhkannya," desis Sebastian geram. Setelah itu, Sebastian menarik Lany agar segera pergi dari sana. Lany tak banyak protes, dan hanya berusaha mengimbangi langkah panjang Sebastian.

Lany menengok sesaat ke belakang, dan dia melihat pria asing tadi sedang tersenyum misterius.

***

Setelah kejadian bertemu dengan pria asing di mall tadi, sikap Sebastian berubah. Lany menyadarinya, karena dalam tatapan pria itu terlihat sekali ada amarah yang membuncah. Lany tak berani menyapa, karena dia merasa takut. Hingga setelah sampai di apartemen, Lany memilih langsung masuk ke kamar dan membereskan belanjaannya.

Lany bertanya-tanya, siapa pria tadi? Kenapa Sebastian terlihat sangat tak suka? Dan Lany penasaran siapa Rhita? Apa hubungan perempuan bernama Rhita itu dengan Sebastian?

Lany penasaran, tapi tentu tak mungkin dia menanyakan hal itu pada Sebastian. Lany tak mau mencampuri urusan pribadi pria itu. Tapi kalau Sebastian bercerita, maka Lany akan dengan senang hati mendengarkannya.

Selesai beres-beres lemari, Lany pun beranjak keluar dari kamar. Dia mencari-cari keberadaan Sebastian, dan dia menemukan pria itu yang sedang berdiri di ruang tamu, menghadap jendela. Pria itu sedang berbicara dengan seseorang lewat telepon. Dan secara tak sengaja, Lany mendengar perkataan Sebastian.

"Apa masalahmu? Kau pikir hanya dirimu yang bisa melakukannya heh? Jangan besar kepala. Kau tak ada apa-apanya bagi diriku."

"..."

"Kau mengancamku? Kau pikir aku takut? Kesalahanmu bahkan lebih banyak lagi, Rhita. Aku sudah tahu kartu AS-mu."

"..."

"Benarkah? Kau pikir ayahku mau memiliki cucu dari wanita sepertimu?"

"..."

"Terserah kau saja, Rhita. Berani kau macam-macam padaku, maka aku akan bongkar semua kelakuan busukmu."

Sebastian mematikan sambungan telepon dan melemparkan ponselnya asal. Terdengar hembusan nafas kasar darinya, dan Lany hanya diam mematung di belakang pria itu.

Sekarang Lany tahu, dia adalah seorang simpanan. Yap, memang. Dan ternyata, Sebastian memiliki hubungan serius dengan wanita lain. Entah masih pacaran, atau sudah tunangan, atau bahkan mungkin sudah menikah.

Sebastian berbalik, dan dia cukup kaget melihat Lany yang berdiri di belakangnya. Dia tak menyadari kedatangan wanita muda itu.

"Ada apa?" tanya Sebastian. Dia menjatuhkan tubuhnya sendiri di sofa dan terlihat kelelahan. Padahal dia tidak melakukan apapun.

"Tak ada. Apa Anda tidak berangkat kerja, Tuan?" Lany bertanya seraya mendekati pria itu. Sebastian menatap Lany, dan dia baru sadar akan panggilan wanita itu yang belum berubah.

"Jangan panggil aku seperti itu. Panggil namaku saja," ucap Sebastian. Nada suaranya tak menunjukkan amarah, yang berarti kemarahannya tadi sudah tersalurkan.

"Jadi, aku panggilnya apa? Kakak? Atau, Om?" tanya Lany. Sebastian menggeleng cepat mendengar itu. Menggelikan.

"Ehm, bagaimana kalau Mas Tian saja?" tanya Lany lagi. Kening Sebastian mengerut mendengar itu. Cukup aneh di telinganya.

"Tak apa. Itu sepertinya lebih baik," jawab Sebastian. Dia menggerakkan tangannya, memberi kode agar Lany duduk di sampingnya. Lany tak menolak, dan langsung duduk di samping pria itu. Lany cukup kaget saat Sebastian berbaring dan menjadikan pahanya sebagai bantal.

"Jika kamu bertemu dengan laki-laki tadi saat sedang keluar, menghindar lah. Jangan biarkan dia mendekatimu." Sebastian berbicara. Tangan Lany yang mengelus rambut Sebastian terhenti sesaat kala mendengar itu.

"Apakah dia orang jahat?" tanya Lany penasaran.

"Tidak juga. Hanya saja dia cukup berbahaya. Dan aku tidak menyukainya," jawab Sebastian dengan jujur. Dia memejamkan mata, menikmati elusan lembut tangan Lany di rambutnya.

"Baik. Sebisa mungkin aku akan menghindarinya," ujar Lany dengan yakin. Dia tak mau membuat Sebastian marah dan kecewa. Alasan dia melakukan itu, karena dia tak mau kehilangan sumber uangnya. Selama dia menuruti semua perkataan Sebastian, mungkin semuanya akan tetap baik-baik saja.

Ya, mungkin.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel