Pustaka
Bahasa Indonesia

Setelah Suami Selingkuh

102.0K · Tamat
Irma W
99
Bab
28.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Menemukan sang suami berselingkuh tentu membuat dada terasa sakit. Stela merasakan dunianya runtuh melihat dengan mata kepalanya sendiri sang suami bercinta dengan wanita lain. Dia bertahan, tapi bukan untuk tetap bersama, melainkan dia sedang membuat pria itu menyesali perbuatannya dan merasakan sakit yang Stela rasakan.

PerceraianPengkhianatanRomansaBillionaireSweetPernikahanDewasaPerselingkuhanMemanjakan

Bagian 1

Judul sebelumnya: Cinta & Selingkuh

###

Dada ini mendadak terasa panas. Seluruh badan terasa bergetar tatkala suara desahan teratur terdengar dari sebuah kamar dengan pintu berwarna putih. Stela Wen yang merasa penasaran mulai melangkahkan kaki lebih dekat.

Pikiran kacau tangan gemetaran, Stela Wen memutar knop pintu.

"Ah! Teruskan, sayang!"

Desahan itu kini terdengar seperti racauan. Dua bola mata Stela berkedut dan badannya terasa kaku. Sang suami yang sangat ia cintai, kini tengah beradu kekuatan bersama seorang wanita yang sangat tidak asing untuk Stela. Emma, yang tak lain adalah sahabat Stela.

Di balik pintu yang terbuka beberapa senti saja, mereka tidak tahu kalau sedang ada sosok mata tajam yang menatap ke arah mereka. Sosok mata yang kini mulai menitikkan air mata tapi lemah untuk berbuat.

Di dalam sana, sungguh pemandangan membuat raga perih seolah di hantam ombak beberapa kali layaknya karang yang hancur. Suami tercinta tengah bermain cinta begitu nikmatnya dengan wanita lain.

Tidak tahan lagi, Stela berbalik badan lalu berlari menyusuri lorong yang sepi. Matanya yang terus menitikkan air mata, ia usap dengan kasar.

"Tega sekali kau padaku!" maki Stela sambil terus melangkah menjauh.

Bugh!

Tubuh Stela terpental hingga menabrak dinding. Seorang bertubuh kekar sepertinya baru saja menabrak tubuh Stela yang sedang lemah.

"Maaf." Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Stela. Tanpa menoleh, ia langsung berjalan begitu cepat.

Pria berbadan tinggi itu mendecih, lalu melengos. "Dasar wanita, selalu saja tidak hati-hati."

Sampai di lantai dasar, Stela terus saja berjalan dengan cepat hingga dua kakinya menjauh dari kawasan apartemen elit tersebut. Matanya yang semula terus menangis, kini hanya menyisakan ruang sembab dan memerah. Hatinya benar-benar hancur seperti tersayat-sayat benda tajam.

Karena bingung harus pergi ke mana untuk saat ini, Stela memutar langkah lalu melambai pada taksi yang melintas di seberang jalan.

"Antar aku ke kelab terdekat." Begitu kata Stela ketika sudah duduk di jok belakang.

Sampai di tempat yang diinginkan, Stela buru-buru masuk ke dalam sana. Stela menyusuri kerumunan orang-orang yang tengah berjoget ria hingga akhirnya sampai di depan meja bartender.

Stela duduk di kursi berpapan bundar dengan menyilang kaki. "Berikan aku wine," pinta Stela.

Begitu satu gelas wine mengguyur seluruh tenggorokannya, Stela tertunduk sambil mendesah berat. Gelas ia sodorkan, meminta untuk di isi kembali.

Otaknya saat ini tengah terngiang-ngiang membayangkan apa yang sudah suaminya perbuat dengan wanita lain.

Malam yang lalu, Stela masih teringat saat bercinta dengan sang suami, Alex. Percintaan malam yang begitu nikmat sampai Stela Wen bermandikan keringat. Siapa yang sangka ternyata kenikmatan itu dibagi dengan wanita lain.

Malam ini, dengan bola matanya sendiri, Stela menangkap basah Alex bermain cinta dengan Emma yang tak lain adalah sahabat dekatnya. Bagaimana mereka beradu racauan nikmat, kini mulai menusuk ke dalam telinga hingga terasa seperti ada benda yang menyumbat.

"Kalian memang brengsek!" Stela membanting gelas di atas meja, membuat seorang pria yang berada di dekatnya melirik dengan seringaian.

"Halo, Nona." Pria itu menyapa sambil mengamati lekuk tubuh Stela.

Perlu diketahui, hari ini adalah Anniversary pernikahan Stela dan Alex yang ke satu. Stela semula hendak memberi kejutan untuk sang suami di rumah. Namun, sebuah pesan singkat dari nomor tak di kenal membuat acara makan malam romantis batal. Sebuah pesan singkat yang mendorong Stela meninggalkan tempat romantis menuju sebuah alamat yang tertulis pada ponselnya.

(Datang ke apartemen, dan lihat apa yang suamimu tengah perbuat.)

Begitu bunyi pesan yang masuk. Stela mulanya tidak peduli, tapi setelah satu jam menunggu dan Alex tak kunjung datang, Stela mulai gelisah. Pada akhirnya ia memutuskan untuk datang ke apartemen.

Paras cantik dan gaun malam berwarna merah yang melekat di tubuhnya saat ini, pasti akan membuat pria berhidung belang datang menghampiri. Ditambah lagi pengaruh alkohol yang membuat Stela mulai tidak bisa mengontrol diri.

"Pria sialan!" maki Stela di depan pria tak di kenal itu. "Semua pria memang sama saja!"

Riuh suara musik semakin bergema, membuat suasana hati Stela semakin kacau. Sosok pria yang mendapat bentakan, sepertinya tidak tersinggung sama sekali. Dengan berani, ia justru mulai mendaratkan telapak tangan di atas paha Stela yang putih mulus.

"Jangan kurang ajar!" Stela menepis tangan itu dan kemudian melotot.

"Aku tahu kau sedang kesepian. Biar aku menemanimu." Pria itu maju dan ingin merangkul Stela.

Saat Stela Wen hendak menepis lagi, seorang pria lain datang dan langsung mendorong pria hidung belang tersebut. Pria tersebut jatuh tersungkur di hadapan Stela, hingga membuat beberapa pengunjung menoleh ke arah mereka.

"Berani mengganggunya, mati kau!" ancam pria itu sebelum kemudian membawa Stela Wen pergi dari kelab tersebut.

"Siapa kau?" tanya Stela Wen saat dalam gendongan pria yang baru saja menolongnya. "Apa kau Alex?" Stela mendongak lebih tinggi.

Pengaruh alkohol terus menguasai tubuh Stela. Matanya mulai kabur dan sosok pria itu tidak bisa Stela pandang dengan jelas.

Stela Wen kini sudah duduk bersandar pada jok mobil depan sebelah kanan. Meracau tidak jelas, sosok pria tersebut tidak peduli. Di luar mobil ia tengah menelpon seseorang.

"Sudah aku katakan, aku tidak bisa datang. Kalau kau mau, ambil saja."

Sambungan telpon terputus begitu saja. Ponselnya pun ia masukkan kembali ke dalam saku lalu menyusul Stela yang masih meracau di dalam mobil.

"Kenapa kau tega padaku?" Stela menarik lengan kemeja pria itu. "Kau sangat jahat!" Tak lagi menarik kini sudah berubah menjadi sebuah pukulan.

"Tenanglah!" Dia mendorong tubuh Stela hingga ambruk bersandar lagi. "Aku bukan suamimu yang brengsek itu."

Tidak ada racauan yang keluar dari mulut Stela. Wanita itu kini sudah ambruk tertidur, bersandar pada jok yang sudah diturunkan lebih rendah.

"Kenapa kau cantik sekali?" gumam pria yang kini baru saja meletakkan tubuh molek Stela Wen di atas ranjang.

Peter Alinadro begitu terpesona melihat keindahan wanita yang saat ini tergeletak tidak berdaya. Gaunnya yang tinggi hanya di atas lutut, tersingkap begitu saja menampilkan paha mulus tanpa luka.

"Kau membuatku tergoda." Peter pelan-pelan merangkak di atas Stela yang terlelap.

Bertumpu pada kedua lutut yang mengunci tubuh Stela, satu tangan Peter merambat membelai pipi mulus itu. Wajah cantik, membuat pria mana pun pasti akan terpesona.

Tiba-tiba Peter mendecih lalu ambruk terjatuh di samping Stela Wen. "Bagaimana bisa kau mencintai pria brengsek seperti Alex Anderson"

Peter merubah posisi tubuhnya menjadi miring. Tangannya kini menjulur merengkuh tubuh Stela. Selama wanita itu masih terpejam, tidak akan ada yang tahu apa yang akan atau sudah diperbuat oleh Peter.

***