Pustaka
Bahasa Indonesia

Second Husband

35.0K · Tamat
Mrs.F
36
Bab
138
View
9.0
Rating

Ringkasan

Rumah tangga hancur karena di anggap tidak berpendidikan dan tidak bisa menghasilankan uang? Nikita Gabriela Jasmine seorang wanita cantik berusia 25 tahun yang saat ini sedang menyandang status istri tuan muda Isa Jhonson Davidson pengusaha terkaya nomor satu di kota Jakarta. Menjadi istri seorang milyader tidak mudah, apalagi perbedaan status sosial membuat hubungan mereka di ambang keretakan. Selama lima tahun menikah Nikita tidak pernah di anggap menantu oleh keluarga Davidson hanya karena dirinya wanita biasa yang tidak bisa menghasilkan uang. Hidupnya selalu di bandingkan dengan Emilia mantan kekasih Isa yang dulu gagal menikah karena kebangkrutan keluarga Emil. Namun kini kenyataan telah berubah, kekayaan keluarga Emil menyandang kedudukan kedua setelah keluarga Davidson membuat Jihan ibu Isa kembali terpesona oleh wanita cantik itu. Suatu malam yang indah, Nikita memergoki suaminya tengah bercumbu mesra bersama Emil di suatu hotel, hal itu membuatnya murka. Kesabarannya luruh saat ini, ia memutuskan untuk bercerai dengan suaminya. Kehidupan itu di mulai ketika Nikita merubah penampilannya serta mendapatkan tawaran menjadi model produk di suatu perusahaan. Namanya melejit hebat berkat pemuda tampan bernama Yusuf Alengka Buana putra tunggal dari Alengka orang terkaya pertama di kota Jakarta Selatan. Keduanya terlibat dalam hubungan romantis setelah menandatangi kontrak perjanjian perusahaan. Kedekatan keduanya semakin dalam seiring berjalannya waktu, berawal dari ketidaksengajaan menimbulkan rasa cinta yang luar biasa oleh Nikita. Bagaimana kah kisah cinta Nikita dan Yusuf? Apakah mereka memiliki cinta yang sama? Atu justru malah bertepuk sebelah tangan?

RomansaBillionaireDewasaLove after MarriagePerceraianKeluarga

Malam yang kelam

**Bandara Wistasonsmits**

Seorang pria tampan bertubuh tegap tengah duduk di bangku tunggu area bandara. Sudah dua jam ia sibuk dengan ponselnya, sesekali menelepon seseorang. Namun, rasa bosan mulai menghinggapinya. Tanpa berpikir panjang, ia memasukkan ponsel ke dalam saku celananya, lalu menghisap rokok elektrik untuk mengusir kebosanan.

Lelaki itu adalah Isa Jhonson Davidson, seorang miliarder berusia 30 tahun yang memiliki berbagai perusahaan di seluruh Indonesia, termasuk di Jakarta Pusat.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang, namun Isa masih setia duduk di bangku bandara, ditemani rokok elektriknya. Tak lama kemudian, dari kejauhan, ia melihat seorang wanita yang mengenakan pakaian seksi, menyeret koper pink, berlari menghampirinya. Tanpa peduli pandangan orang lain, wanita itu memeluk Isa dengan erat.

"Isa, aku sangat merindukanmu," kata wanita itu dengan suara lembut.

Isa tersenyum sinis. "Ck! Lama sekali kamu? Bukankah pesawat sudah mendarat sejak tadi? Kenapa baru keluar?"

"Maafkan aku, ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan, dan itu berhubungan dengan koper ini. Tolong jangan marah, ya!" pintanya, dengan nada manja.

Isa tak bisa menahan senyum saat melihat ekspresi wajah kekasihnya yang menggemaskan. Hal ini membuatnya tak bisa marah.

"Baiklah, aku memaafkanmu. Tapi kamu harus menuruti semua keinginanku hari ini. Setuju?" tanyanya sambil mengangkat alis.

"Tentu, sepertinya tidak terlalu sulit dilakukan," jawab Emilia dengan tersenyum.

Wanita itu bernama Emilia, kekasih Isa yang merupakan seorang model terkenal di Indonesia dan luar negeri. Tugasnya mengurus perusahaan membuat Emilia sering bolak-balik antara Indonesia dan luar negeri, membuat hubungan mereka menjadi hubungan jarak jauh.

Setelah beberapa waktu, Isa membawa Emilia ke hotel mewah Wilionshon di Jakarta Pusat. Tiga bulan tanpa bertemu bukanlah waktu yang singkat bagi Isa, dan ia sangat ingin menghabiskan waktu dengan Emilia untuk melepaskan rasa rindu mereka.

**Malam Hari**

Setelah sore yang penuh kenangan, malam pun tiba. Sesuai rencana, Isa ingin memberikan kejutan spesial untuk Emilia. Sejak pukul enam sore, ia sudah sibuk mempersiapkan makan malam di restoran hotel yang tak jauh dari kamar mereka. Semuanya disiapkan dengan sempurna untuk memastikan malam ini menjadi sangat istimewa bagi Emilia.

"Akhirnya selesai juga. Malam ini akan menjadi malam yang tak terlupakan bagi Emilia," bisik Isa pelan, sambil menatap tempat makan romantis yang telah ia siapkan.

Beberapa detik kemudian, langkah kaki terdengar mendekat. Emilia datang dengan gaun merah berhias bunga-bunga, rambutnya disanggul sederhana namun tetap terlihat elegan. Kecantikannya begitu natural, perpaduan kulit putih dan wajah yang menawan, membuat Emilia terlihat seperti wanita asing yang memancarkan aura khas.

"Isa, semua ini kamu yang siapkan sendiri?" tanya Emilia, terkesan kagum.

"Tentu saja, sayang. Aku ingin semuanya terasa istimewa. Apa pun akan aku lakukan untuk membahagiakanmu, Emilia," jawab Isa, dengan senyuman hangat.

Emilia tersenyum, lalu berkata, "Oh, aku juga punya sesuatu untukmu. Bolehkah aku menutup matamu sejenak?"

"Baiklah," jawab Isa, penasaran.

Isa menunggu beberapa detik, lalu berkata, "Sekarang buka matamu, semoga kamu suka hadiah ini!"

Emilia meraba lehernya dan merasa ada sesuatu yang menggantung di sana. Ketika ia menundukkan kepala, ia melihat kalung perak dengan liontin mutiara biru asli yang terpasang indah. Kalung tersebut menambah kesan anggun pada leher jenjangnya.

Senyuman bahagia langsung terukir di wajah Emilia. "Cantik! Bagaimana bisa kamu tahu kalau aku sangat suka mutiara biru?" tanyanya, penuh kagum.

Isa tersenyum lembut. "Aku tak sengaja melihat koleksi perhiasanmu yang didominasi oleh mutiara biru. Waktu aku di London kemarin, aku menemukan kalung ini, dan langsung memutuskan untuk membelikannya untukmu. Semua ini untuk wanita cantik di hadapanku," ucapnya dengan rayuan manis.

Emilia merasa tersentuh. Dengan penuh kasih sayang, ia membalas, "Isa, kamu selalu membuatku merasa sangat dihargai. Aku tak akan pernah meninggalkanmu, bahkan jika banyak lelaki lain yang mencoba merebut hatiku."

Isa meraih tangan Emilia, menatap matanya dengan tulus. "Emilia, aku berjanji akan selalu membuatmu bahagia. Kamu adalah nyawaku."

"Aku akan terus berada di sampingmu, Isa. Kita akan bersama sampai maut memisahkan kita," jawab Emilia dengan penuh keyakinan.

Malam yang gelap dan suasana dingin menambah romantisme makan malam mereka. Selama makan, Emilia banyak bercerita tentang keluh kesah dan pengalamannya selama hubungan jarak jauh. Isa mendengarkan dengan sabar, memberikan perhatian penuh pada kekasihnya.

Keduanya terlihat sangat serasi, dan Isa menunjukkan betapa besar rasa cintanya pada Emilia. Selain kalung mutiara biru, Isa juga memberikannya hadiah lainnya. Salah satunya adalah mobil mewah yang selalu diimpikan Emilia, yang pernah ia sebutkan beberapa waktu lalu.

"Emilia, sebenarnya masih ada hadiah lainnya untukmu. Tapi hadiah itu ada di luar. Mau lihat?" tanya Isa dengan penuh semangat.

Emilia sedikit terkejut. "Apa itu?" tanyanya penasaran.

"Mari, aku antar!" kata Isa, sambil mengulurkan tangannya. Emilia tersenyum dan menyambutnya, kemudian mengikuti Isa menuju lantai bawah. Mereka saat ini berada di lantai tiga, menuju lantai satu.

Saat mereka tiba di area parkir hotel, Emilia terbelalak melihat mobil impiannya terparkir di sana. Mobil itu baru, dengan pelat nomor yang dipersonalisasi sesuai namanya.

"Oh my God! Ini untukku, Isa?" tanya Emilia dengan terkejut, suaranya penuh keheranan.

"Yes! Tentu saja mobil ini untukmu. Aku ingat saat kita di London, kamu sangat bersemangat membicarakan mobil ini. Jadi aku berpikir pasti kamu ingin sekali memilikinya. Apa kamu suka?" tanya Isa, menantikan reaksinya.

Emilia tak bisa berkata-kata, hanya memeluk Isa dengan penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, Isa. Kamu selalu berusaha membuatku bahagia."

"Tentu saja," jawab Isa, tersenyum bahagia.

Namun, sebelum mereka sempat melanjutkan obrolan, tiba-tiba terdengar suara keras seorang wanita yang memecah suasana romantis mereka.

"Isa! Apa yang sudah kamu lakukan dengan dia?" teriak wanita itu dengan marah.

Wanita itu datang dengan ekspresi marah, berteriak keras di area hotel hingga menarik perhatian banyak orang. Tak lama kemudian, pelukan Emilia dan Isa pun terlepas karena terkejut dengan teriakan tersebut. Semua mata tertuju pada mereka.

---

**Bersambung...**