Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

"Dari mana saja kamu Mas. Jam segini baru pulang?!!"

Zayn menoleh kepada istrinya. Ia tersenyum kecil. Bukannya menjawab Zayn malah bertanya balik.

"Tumben kamu pulang? Masih ingat rumah ternyata kamu." Dengan nada terkekeh. Zayn mengambil segelas air putih dan langsung meminumnya.

Karina menatap tak suka kepada suaminya. "Aku bekerja, Mas. Kamu seharusnya hargain aku dong. Aku itu kerja untuk kalian."

Zayn terkekeh dan mendekat ke arah Karina. Karina istri yang palig ia sayang. Tapi itu dulu sebelum Zayn mengetahui jika istrinya berselingkuh dengan seorang konglomerat.

"Kerja kamu bilang. Untuk kami? Kamu yakin?" Tertawa pelan.

Karina gelagapan. Ia tak ingin memicu pertengkaran mereka lagi.

"Sudahlah, Mas. Aku capek jika harus terus berdebat dengan kamu. Nanti Angela anak kita bangun."

"Wah, kamu memang ibu yang paling baik di dunia. Aku terharu mendengarnya."

Merasa di sindir, Karina menggeram kesal. "Sudahlah. Aku muak denganmu. Muak dengan lelaki tidak berguna seperti kamu. Laki-laki parasit!!!" Dengan nada kesal.

Zayn hanya tersenyum. Sudah banyak hinaan dan cacian yang ia terima dari istrinya itu.

"Ambil ini, aku harus pergi. Kamu harus menandatanginya. Aku harus pergi. Sampai jumpa di pengadilan." Tersenyum meremehkan.

"Oh iya, Angela kamu saja yang merawat. Aku tidak ingin repot nantinya. Dan jangan pernah menemui aku lagi. Dadah suamiku sayang. Selamat tinggal! Mencium sekilas pipi Zayn. Karina pergi dengan senyum kemenangan.

Zayn terduduk lemas. Sudah hampir lima tahun lamanya ia mempertahankan rumah tangganya. Namun, rumah tangganya tetap hancur seperti ini. Ia kalah dengan pria yang memiliki uang.

Istrinya yang dulu begitu sabar dan selalu ada untuknya kini pergi begitu saja karena gelap mata akan harta. Bahkan sang istri tidak peduli kepada anak mereka. Darah dagingnya sendiri.

"Haha .... Aku tidak menyangka kisah kami yang begitu indah harus mengenaskan seperti ini," ucap Zayn pura-pura tegar.

"Harusnya aku yang melemparkan surat ini ke wajahnya? Haha, aku memang benar-benar parasit seperti yang dia katakan."

Zayn berusaha bangkit dan menghapus air matanya yang menetes begitu saja. Ia melangkah ke kamar putrinya Angela yang berusia sepuluh tahun. Entah bagaimana ia akan menjelaskan perihal ini kepada Angela.

"Maafkan Ayah Nak. Ayah tidak bisa menahan Mamamu lagi. Ayah memang lelaki parasit seperti yang Mamamu katakan." Memeluk Angela yang sedang tertidur.

"Ayah harap kamu tidak akan meninggalkan Ayah seperti Mamamu." Mencium pipi Angela.

Zayn menangis dalam diam. Sekuat apapun ia berusaha untuk tidak menangis. Ia tidak bisa melakukannya. Bagaimanapun, ia mempunyai hati yang begitu lembut.

Harga dirinya sudah di injak-injak oleh Karina, istrinya sendiri. Perempuan yang paling ia cintai di dunia ini.

Zayn Pratama adalah seorang pria biasa yang begitu menyayangi keluarga kecilnya. Kehidupan mereka begitu bahagia sebelum Karina mengenal pria itu. Pria yang membuat istrinya terlena akan dunia.

Zayn hanya seorang cleaning servis di sebuah perusahaan besar. Gajinya tidak seberapa di bandingkan dengan pria yang membuat istrinya itu tergila-gila.

Zayn tidak menyangka jika harta bisa mengubah seseorang dengan cepat. Padahal dulunya, Karina adalah sosok yang baik, sabar dan keibuan. Namun, sekarang semua itu hilang entah kemana.

"Sudahlah. Mungkin kami hanya berjodoh sampai di sini. Yang terpenting aku harus membesarkan anakku dengan sebaik-baiknya," batin Zayn.

***

"Kamu yakin dengan keputusanmu Angel? Kamu sudah memikirkannya matang-matang?" tanya Rini sahabat Angel. Mereka sedang berada di rumah Angel yang lama.

"Iya Rin. Aku yakin. Aku sudah tidak sanggup lagi. Dia selalu meremehkan dan menyelingkuhi aku. Bahkan salah satu selingkuhannya mengaku hamil. Hatiku hancur, Rin. Aku tidak kuat lagi." Menangis di pelukan Rini.

Rini menenangkan Angel. Ia memang tidak pernah merasakan seperti apa di khianati dan direndahkan. Namun, hanya dengan melihat Angel ia bisa mengetahuinya.

Rini adalah sahabat Angel dari sejak SMA. Rini masih melajang sampai sekarang karena ia takut akan tersakiti. Rini adalah anak keluarga kaya. Walaupun ia kaya, ia tidak sombong dan mau berteman dengan Angel yang notabenya adalah orang biasa.

"Kamu yang sabar ya. Aku yakin, pasti ada hikmah di balik semua ini." Memeluk Angel.

"Iya, Rin. Terimakasih banyak. Aku beruntung punya sahabat kayak kamu," ucap Angel yang masih menangis. Rini menangis tanpa sadar. Ia tak menyangka sahabatnya akan bernasib malang seperti ini.

"Mama," panggil Zio.

"Eh, Zio sudah pulang sekolah? Gimana sekolah barunya?" tanya Rini antusias. Rini begitu menyayangi Zio dan Zila. Ia sudah menganggap keduanya seperti anak kandungnya sendiri.

"Eh bunda Rini. Sekolahnya asyik juga kok. Zio seneng karena teman-teman Zio baik-baik. Kapan kesininya bun?" tanya balik Zio.

Zio adalah siswa kelas dua SD. Umurnya baru delapan tahun. Zio termasuk anak yang cerdas. Selain itu, ia juga memiliki paras yang tampan, sangat mirip dengan Angel.

Bahkan si bungsu Zila juga sangat mirip dengan Angel. Mungkin tuhan tahu jika Papa mereka adalah Papa yang yang tidak tahu diri maka dari itu tak ada yang mirip satupun.

"Baguslah kalau begitu. Bunda senang mendengarnya. Oh iya, di dapur ada cake strowberry kesukaan Zio."

Mata Zio berbinar. Ia sudah sangat lama tidak memakan cake strowberry.

"Serius Bunda? Wah terimakasih. Bunda baik banget. Zio sayang bunda." Mencium pipi Rini sekilas.

"Ma, Zio ke dapur dulu ya. Zio mau makan Cake Strowberry sepuasnya," celotehnya senang.

"Iya, jangan lupa ganti baju dulu ya, Nak."

"Siip Ma," sahut Zio berlari kecil. Angel tersenyum senang melihat anaknya yang begitu bahagia.

***

"Karina, bagaimana? Kamu sudah resmi bercerai dengan suamimu?"

Karina tersenyum dan memeluk Thomas.

"Sudah dong sayang. Kami sudah resmi berpisah."

"Bagus, kalau begitu. Aku senang mendengarnya," ucap Thomas.

Karina memandang Thomas dengan tatapan manja.

"Kamu bagaiamana Mas? Kamu sudah resmi bercerai dengan istrimu?"

Thomas terdiam dan menggeleng pelan. "Belum, kami belum resmi bercerai. Kami baru sidang tahap pertama?"

Karina menatap sebal kepada Thomas. "Kenapa Mas? Kamu tidak mau menceraikannya. Bukankah dia sudah meminta cerai kepada mu?"

Thomas tersenyum dan memeluk Karina erat dari belakang.

"Bukannya aku tidak mau. Aku takut kehilangan hak asuhku. Aku tidak akan membiarkan dia yang merawat anakku."

"Mas, sudahlah. Kamu tidak usah memikirkan anakmu dengan istrimu itu. Kita sudah memiliki anak sendiri."

Thomas tercengang. "Benarkah?" tanya Thomas tidak percaya.

"Iya Mas. Aku sudah hamil dua bulan. Dan ini anak kamu." Dengan nada bahagia.

"Oh syukurlah kalau begitu. Baiklah, aku akan menceraikan istriku secepatnya," ucap Thomas bersungguh-sungguh.

"Nah, begitu dong Mas. Oh iya, mulai sekarang aku tidak mau kamu berhubungan dengan wanita-wanita itu lagi. Cukup aku saja," ucap Karina tersenyum dan bergelayut manja. Thomas terkekeh dan mengangguk.

"Baiklah. Aku akan melakukannya demi kamu dan anak kita. Aku berjanji tidak akan bermain dengan mereka lagi." Mengeratkan pelukannya.

"Bagus. Aku akan membuat kamu melupakan anak kamu itu. Aku hanya mau anakku ini yang akan menjadi pewaris satu-satunya," batin Karina.

Karina sudah menantikan ini sejak lama. Ia tidak benar-benar mencintai Thomas. Ia hanya mencintai uang pria itu. Karina merasa usahanya tak sia-sia selama ini. Dari awal, memang dirinya sudah membatasi diri untuk tidak terlalu jatuh jauh pada pesona Thomas. Dan hal itu tampaknya sedikit berhasil. Meksi ia akui hatinya tetap sakit.

"Semua berjalan sesuai rencana," batin Karina senang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel