Musuh Dalam Selimut
‘Target ke toilet. Lakukan sesuai rencana. Ingat, aku tidak ingin mendengar kata gagal!’
‘Baik, Nona!’
Mia menatap kepergian Claire yang terlihat sempoyongan. Senyum licik menghiasi wajah wanita itu. Tidak sabar ingin melihat kehancuran sahabatnya sendiri.
Sahabat yang membuat Mia iri dengan segala hal yang Claire miliki. Kecantikan, kecerdasan, kekayaan, popularitas, keberuntungan dan masih banyak hal lainnya.
Hal yang tidak dimiliki oleh Mia.
Tidak heran kalau Mia memendam rasa iri dan benci yang teramat sangat pada Claire sejak lama meski dirinya dapat menutupinya dengan baik hingga Claire yang memiliki sifat naif tidak menyadari kebencian yang Mia pendam selama ini. Tidak sadar kalau sikap baik yang Mia tunjukkan selama ini hanyalah sekedar kepura-puraan.
Tidak sadar kalau wanita yang Claire anggap sebagai sahabat selama ini nyatanya hanyalah musuh di dalam selimut. Musuh yang menunggu waktu kejatuhan Claire dan malam inilah saatnya Mia melihat kejatuhan saingannya!
Sifat naif Claire memudahkan Mia untuk menjalankan rencananya malam ini, tentu saja dengan bantuan orang lain, seperti pria bayaran yang baru saja dihubunginya dan juga bartender yang sengaja memasukkan obat perangsang ke dalam minuman Claire saat gadis itu berada di bar bersamanya.
Sejujurnya Mia merasa sedikit cemas dengan tindakannya karena jika obat perangsang dicampur dengan alkohol bisa membahayakan orang yang meminumnya, setidaknya itulah yang dirinya baca di internet, tapi setelah mencari informasi ke beberapa sumber, akhirnya Mia tetap nekat menjalankan rencananya karena menurut informasi yang dirinya dapatkan, alkohol dan obat perangsang memang berbahaya jika dikonsumsi secara bersamaan dalam jangka waktu yang lama, berarti jika hanya sekali harusnya tidak masalah kan? Maka dari itu Mia tetap melanjutkan rencananya!
Sejak awal, Mia meminta bartender agar memberikan Claire minuman dengan kadar alkohol paling tinggi, setelah terlihat mabuk, barulah sang bartender memasukkan obat perangsang ke dalam minuman non alkohol yang terakhir kali Claire konsumsi. Dan inilah hasilnya, rencana Mia berjalan lancar! Mulus!
Jika Mia hanya menatap kepergian Claire dengan senyum licik tanpa berniat beranjak sedikitpun, lain halnya dengan Levin yang mengikuti Claire dalam jarak aman.
Rasa penasarannya yang terusik membuat Levin enggan mengalihkan pandangan dari gadis itu dan malah mengikutinya bagaikan seorang penguntit! Levin tidak tau bagaimana caranya hingga gadis itu berhasil menarik perhatian Levin sejak pertama kali matanya menatap kehadiran Claire di area dance floor.
Melihat langkah kaki gadis di depannya yang mulai sempoyongan, Levin yakin kalau gadis itu mulai mabuk. Dan lebih yakin lagi saat gadis itu hampir jatuh terjerembab karena langkahnya yang tidak stabil menguatkan dugaan Levin, namun sebelum dirinya sempat menolong, seorang pria asing yang tidak dikenalnya melangkah maju dan menangkap tubuh mungil sang gadis.
Seringai tipis yang muncul di wajah sang pria membuat hati Levin terusik. Entah kenapa hati kecilnya terasa tidak nyaman dan diliputi kecurigaan.
Melihat dari gerak geriknya, seolah pria itu sudah menunggu gadis yang diikutinya dan langsung mengambil kesempatan saat gadis itu hampir terjatuh. Apakah itu hanya kecurigaannya saja? Atau firasat akan hal buruk yang mungkin terjadi?
‘Apapun itu aku harus mencari tau jawabannya!’ tekad Levin dan meneruskan langkah, mengikuti sang gadis dan pria asing tersebut.
Suasana yang ramai memudahkan Levin untuk menjalankan niatnya hingga pria itu tidak curiga sama sekali. Ternyata sang pria melangkah menjauhi bar membuat suasana di sekitar lebih tenang, tidak sebising saat berada di dalam bar. Kenyataan itu membuat Levin sadar kalau dirinya harus lebih berhati-hati agar tidak ketahuan.
Dering ponsel membuat langkah kaki pria asing itu terhenti dan kalimat yang didengar oleh Levin membuat kecurigaannya berubah menjadi keyakinan. Seketika itu juga hati Levin diliputi rasa geram. Entah kenapa.
“Saya sudah bersama dengan gadis ini. Sepertinya dosis obat yang anda berikan terlalu banyak, tidak heran kalau gadis ini hanya bisa pasrah dalam pelukan saya sambil terus meliukkan tubuhnya dengan gelisah karena tidak sabar ingin segera dipuaskan. Tapi hal ini juga memudahkan saya untuk menjalankan rencana selanjutnya.”
Levin tidak tau apa jawaban dari lawan bicara sang pria karena kalimat selanjutnya membuat Levin semakin muak. Jawaban yang membuat Levin ingin segera meninju pria brengsek itu. Hal yang aneh sebenarnya karena bisa dibilang dirinya tidak memiliki urusan atau hubungan apapun dengan gadis yang sedang dijebak itu, tapi kenapa dirinya merasa emosi? Mungkinkah karena rasa kemanusiaan? Bisa saja kan?
Apalagi meski brengsek, tapi Levin tidak pernah menjebak wanita manapun hanya untuk memuaskan gairahnya! Tidak seperti pria yang diikutinya ini!
“Anda tenang saja, malam ini saya akan mengirimkan video tentang aktivitas panas kami berdua agar keinginan anda untuk menghancurkan gadis ini bisa tercapai, Nona Mia,” ucap sang pria sambil tergelak membuat Levin kian geram.
“Rasanya saya juga harus berterima kasih pada anda karena telah memberikan gadis secantik, seseksi dan semulus ini untuk saya nikmati secara cuma-cuma alias gratis,” tambah sang pria dengan raut mesum.
Jika mengikuti emosi, ingin rasanya Levin keluar dari tempat persembunyiannya dan menghajar pria itu habis-habisan. Levin memang bukan pria baik, dirinya sudah sering tidur dengan banyak wanita, tapi mereka melakukannya secara sadar dan atas keinginan masing-masing. Levin tidak pernah memperkosa wanita manapun!
“Siap, Nona. Saya akan menjalankan perintah anda dengan senang hati! Anda hanya tinggal menunggu hasil akhirnya malam ini. Saya akan langsung mengirimkan videonya kepada anda setelah junior saya terpuaskan!” kekeh pria itu. Kekehan yang membuat Levin muak hingga ingin menghajar pria itu sampai babak belur!
***
Setelah itu pembicaraan berakhir. Di waktu yang terbilang cukup sempit, Levin memutar otak, memikirkan cara untuk menyelamatkan gadis itu dari jebakan seseorang yang bernama Mia, jika telinganya tidak salah dengar.
Pria itu terus melangkah yang ternyata menuju ke area hotel. Wajar, pria itu pasti ingin melakukan aksinya di salah satu kamar, apalagi dia perlu merekam aktivitas yang dilakukannya untuk dilaporkan kepada orang yang menyuruhnya!
Kesempatan itu datang tidak lama kemudian karena pria tersebut masuk ke dalam lift hotel, hendak menuju kamar. Kesempatan bagus.
Lift diperuntukkan bagi setiap tamu hotel kan? Jadi Levin bisa masuk tanpa dicurigai!
Lantai 18. Itulah tujuan sang pria. Levin menekan lantai yang lebih tinggi, berpura-pura hendak ke rooftop garden yang berada di lantai paling atas. Levin mengikuti dengan jantung berdebar. Berharap rencananya tidak gagal atau dirinya yang babak belur!
Apalagi tindakannya ini terbilang nekat dan tanpa rencana yang matang, hanya mengikuti hati yang didasarkan atas rasa kemanusiaan, tidak ingin mengabaikan tindak pelecehan yang akan terjadi sebentar lagi. Astaga, pemikiran itu membuat Levin mengerjap. Sejak kapan dirinya jadi pria sebaik ini?
Padahal biasanya Levin tidak pernah mempedulikan apapun atau siapapun, yang Levin pedulikan hanyalah dirinya sendiri. Persetan dengan urusan orang lain, Levin tidak mau ambil pusing, tapi kenapa sekarang malah berlagak mau jadi superhero? Kacau!
‘Sudah terlambat untuk mundur, Levin! Gadis ini sudah terlanjur membuatku penasaran!’ batin Levin, enggan melepaskan gadis yang sudah menarik perhatiannya!
