Pustaka
Bahasa Indonesia

Sang Pendekar Wanita

20.0K · Ongoing
Cici Aremanita
35
Bab
4.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Nian sang pembunuh bayaran wanita berpindah tubuh ke zaman kuno, zaman di mana kultivasi berada, tubuh wanita yang saat ini ditempatinya selalu di tindas Nian bertekad akan membalaskan dendamnya. Cover: Pixabay

Pengembara WaktuFantasikultivasipendekarZaman KunoDewasa

Nian Dan Sang Naga

Duuuuuuuuuuaaaar.

Ledakan yang sangat keras menghancurkan markas besar pembunuh bayaran terkenal, Nian salah satu pembunuh bayaran wanita yang berada di dalam mati tanpa tahu bagaimana bisa markas meledak begitu saja.

Tepat setelah membuka mata Nian memperhatikan sekelilingnya, tempat yang dipijaknya saat ini terlihat sangat asing baginya, dirinya seperti sedang berada di tempat yang jauh dari peradaban modern.

"Aku dimana? kenapa di sini berbeda dengan di wilayah ku dan kenapa aku memakai baju kuno seperti ini," ucap Nian yang berdiri dan berjalan terus ke depan dengan langkah sempoyongan.

Nian memperhatikan sekelilingnya yang hanya hutan belantara, di lihatnya tidak ada satupun rumah disana, Nian yang mulai merasa kelelahan setelah berjalan seharian tanpa makan dan minum langsung terduduk.

"Ahhhhhh, kepala ku terasa sangat sakit apa yang sebenarnya terjadi padaku," ucap Nian sambil terus memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa kesakitan.

"Apa ini?" ucap Nian.

Tiba-tiba saja Nian mengingat beberapa kejadian masa lalu dari tubuh yang digunakannya saat ini, semua berbanding terbalik dengan kehidupan aslinya.

"Ternyata begitu," ucap Nian menganggukkan kepalanya.

Banyak sedikitnya Nian sudah mengerti apa yang sedang terjadi padanya, Pemilik tubuh sebelumnya bernama Nian sama seperti namanya tapi pemilik tubuh sebelumnya selalu dikucilkan dan ditindas.

Gadis yang sangat lemah dan kaku semasa hidupnya hanya menjadi hinaan bagi semua orang termasuk keluarganya, bahkan keluarganya sampai mengusirnya dan melepas nama keluarga dari miliknya.

"Kamu yang tenang di alam sana, karena aku yang memakai tubuh mu saat ini aku berjanji akan membalas semua penghinaan yang di berikan untuk mu, aku Nian pembunuh bayaran terkenal! ucap Nian mengepalkan tangannya.

Nian mencoba melatih gerakan beladiri yang dikuasainya di kehidupannya yang dulu tapi tidak berhasil sama sekali, tubuh yang digunakannya sangat lemah bahkan saat ini dirinya tidak kuat untuk melakukan dasar dasar bela diri.

"Tubuh ini terlalu lemah, sampai kapan pun aku tidak bisa menggunakan kekuatan ku sebelumnya," dalam hati Nian.

Nian mulai merasa kecewa dan putus asa, Nian berpikir kalau begini terus dia akan mati untuk ke dua kalinya cepat atau lambat.

Duuuuuuuuuuuuuuaaaarr....

Suara ledakan yang sangat dahsyat terdengar sangat keras hingga membuat tanah bergetar hebat.

Nian yang merasa penasaran dengan suara ledakan itu bergegas mengikuti asal suara ledakan, Nian menghentikan langkahnya sambil melihat ke arah sebuah pedang yang bersinar ke biruan yang terus bergetar.

Nian memberanikan diri berjalan mendekati dan mencoba mencabut pedang di depannya tidak terlintas sedikitpun rasa takut dibenaknya, Nian sedikit terkejut hanya dengan satu tarikan pedang itu terlepas dari tempatnya padahal terlihat jelas pedang masuk sangat dalam ke tempatnya.

"Hahahahaha," terdengar suara tawa yang tidak memiliki wujud.

"Siapa kamu tunjukan dirimu!" ucap Nian.

Nian memutar badannya sambil mencari asal suara tawa yang terus menggema.

"Hentikan kamu membuat kepala ku merasa pusing," ucap suara dari dalam pedang

Nian menuruti suara itu yang langsung berhenti berputar, tapi kenapa suara itu berkata pusing padahal dirinya yang berputar.

"Hei wanita muda, Karena kamu yang berhasil mencabut ku akan ku abdikan kehidupan ku padamu."

"Maksud mu kamu roh yang berada di dalam pedang ini?" ucap Nian sambil memutar kembali pedangnya.

"Bocah, sudah ku bilang jangan kamu putar lagi, sekarang kepala ku terasa sangat pusing," ucap suara pedang itu yang terus menggerutu.

Nian mencoba menenangkan diri sambil meminta penjelasan apa yang sebenarnya terjadi dan suara dari pedang itu menjelaskan keadaan semuanya.

"Wanita muda karena aku sudah menjadi milikmu semua kemampuan ku akan ku ajarkan pada mu," ucap suara dari dalam pedang.

"Kalau begitu bagus, sekarang ayo kita mulai," sahut Nian penuh semangat.

Kebetulan sekali Nian memang tidak suka menjadi lemah, dirinya harus menjadi sangat kuat karena menjadi kuat adalah satu keharusan baginya.

Nian berdiri bersiap berlatih dengan roh pedang miliknya, dari pada mati cepat berlatih adalah cara yang bagus untuk bertahan hidup.

"Tidak semudah itu kamu menggunakan ku, kamu harus menjadikan ku hidup dan mati mu mulai sekarang, dan semua ada cara dasarnya," ucap Roh pedang.

"Baik semua akan ku pertaruhkan hidup dan mati ku untuk mu, sekarang bagaimana cara dasarnya," sahut Nian.

"Berikan darah mu pada mata pedang ku, dan langkahi sebanyak tiga kali."

"Hanya itu saja?" ucap Nian.

"Lakukan saja apa yang ku minta," sahut suara roh pedang Nian.

Nian melakukan apa yang di minta roh pedangnya, tidak lama cahaya biru perlahan menghilang dari pedang itu dan muncul sosok asap berwarna putih di depannya.

"Kamu siapa?" ucap Nian sambil mundur perlahan.

"Kamu tenang dulu, aku roh yang berada di dalam pedang karena kamu sudah bersatu pada ku aku bisa melihat dunia luar kembali walau masih belum sempurna."

"Jadi pedang ini sudah tidak berguna," Nian melempar pedangnya.

"Ambil itu sekarang dan akan ku buka segel mu," ucap roh pedang.

"Segel apa?" tanya Nian tidak mengerti.

"Lakukan saja, nanti aku akan menjelaskannya," sahut roh pedang.

Nian mengambil pedangnya kembali lalu duduk bersila, Nian yang duduk bersila tiba tiba merasa badannya terbakar hingga ke dalam tulangnya.

"Tahan jangan kamu buka mata mu atau kita akan mulai dari awal lagi," ucap suara roh pedang Nian.

Nian berusaha sekuat tenaga menahan hawa panas yang terbakar di dalam tubuhnya, tiba-tiba saja Nian merasa tubuhnya kembali seperti semula.

"Coba kamu keluarkan jurus apa yang kamu bisa," ucap suara roh pedang Nian.

Nian tidak menjawab dia hanya melatih kembali bela diri yang di milikinya dulu, sulit baginya bagaimana mengatakannya pada roh pedang miliknya.

"Akhirnya aku sudah bisa," Nian bernafas lega.

"Dengan gerakan mu itu hanya sekali tendang kamu pasti sudah terlempar jauh, kamu harus banyak berlatih lagi "ucap roh pedang.

"Kalau begitu aku harus memanggil mu apa sekarang, tidak mungkin aku hanya memanggil mu roh pedangkan."

"Panggil saja aku Mon lebih bagus lagi kalau di depannya di tambah guru jadi guru mon."

"Mimpi saja," sahut Nian.

Nian membawa pedang yang baru di dapatnya sambil terus berjalan mencari jalan keluar dari hutan belantara tempatnya sekarang.

Nian yang berjalan dua hari dua malam tidak juga menemukan jalan keluarnya merasa sangat lapar, sudah dua hari dirinya hanya memakan buah yang ada di hutan itu.

"Kenapa kita tidak bisa keluar dari hutan ini " ucap Nian.

Nian yang mulai merasa kelelahan langsung berbaring di atas bebatuan kecil, Nian memegangi perutnya yang terasa sangat lapar.

"Wanita muda ini bukan hutan biasa, hutan ini bernama hutan ilusi. Hutan ini mampu membuat orang mudah masuk ke dalam namun sulit untuk keluar," ucap Mon.

"Jadi maksudmu aku tidak bisa keluar lagi selamanya " sahut Nian.

"Aku tidak bilang begitu, aku bisa membawa mu keluar " ucap Mon roh pedang Nian.

Nian langsung terduduk sambil menatap asap putih di sebelahnya.

"Kenapa kamu tidak bilang dari awal " ucap Nian yang merasa sangat kesal.

"Aak muda kekuatan mu tidak ada bagaimana aku bisa menunjukan jalan pada mu," sahut Mon.

"Kenapa harus memakai kekuatan ku, bukannya kamu sangat kuat kenapa tidak kamu saja," ucap Nian.

"Dari pada kamu banyak bertanya lebih baik kamu fokus dengan tenaga dalam tubuh mu," ucap Mon.

"Tidak bisa, aku tidak memiliki tenaga dalam" sahut Nian.

"Setiap tubuh pasti memilikinya, hanya saja tenaga dalam mu di segel dan sudah ku buka kemarin" ucap Mon.

"Lagi lagi kamu tidak bilang dari awal," sahut Nian yang merasa semakin kesal.

Nian memfokuskan semua tenaga dalamnya sambil menutup matanya.

"Jangan berhenti sebelum berwarna hitam," suara roh pedang masuk dalam fikirannya.

Benar saja pertama hanya garis putih yang mengalir di dalam tubuhnya, tiba tiba warna putih mulai berubah menjadi kuning dan merah tapi tidak juga berwarna hitam.

"Tunggu saja," suara roh pedang masuk lagi dalam fikirannya.

Sudah cukup lama warna hitam akhirnya mengalir di dalam tubuhnya, Nian merasa pergerakan warna hitam sangat lambat berbeda dari warna sebelumnya.

Setelah menunggu lebih lama akhirnya garis berwarna hitam itu mengalir ke seluruh tubuhnya.

Nian yang membuka matanya merasa ada yang berbeda dari sebelumnya, dia masih duduk di tempat yang sama dengan pohon di sekitarnya yang semakin menjulang tinggi dan rimbun.

"Akhirnya kamu berhasil juga," ucap asap putih keluar dari pedangnya.

"Sudah berapa lama aku berlatih? " tanya Nian.

"Tidak lama hanya sekitar dua bulan lebih," jawab Mon

"Hahh."

Nian yang merasa sangat terkejut tidak percaya apa benar dia hanya duduk selama dua bulan.

"Tidak usah bingung, coba kamu gunakan kekuatan mu " ucap Mon.

Nian mengayunkan pedangnya dari jauh dan membuat beberapa pohon langsung tumbang di depannya, Nian yang merasa kurang puas memakai pedang langsung melatih seni bela dirinya.

"Ha ha ha." teriak Nian sambil menggerakkan kaki dan tangannya.

Nian menggelengkan kepala, dirinya tidak menyangka ternyata dia jauh lebih hebat dari sebelumnya.

"Sekarang bagaimana cara kita keluar dari sini?" tanya Nian.

"Ayunkan saja pedangmu kearah barat tiga kali," sahut Mon roh pedang Nian.

Nian tanpa berpikir langsung mengayunkan pedangnya dan membuat pepohanan di sekitarnya tumbang, Nian terdiam sejenak sambil memperhatikan jalan yang sudah ada di depan matanya.

"Kenapa kamu membohongiku," ucap Nian yang berjalan sambil terus marah marah.

"Kalau tidak begitu kamu tidak akan bisa mengeluarkan aura nadi mu," jawab Mon.

"Apa maksudmu? " tanya Nian.

"Garis yang berwarna warni itu adalah aura nadi, warna putih aura nadi terendah."

"Berarti hitam yang tertinggi?" tanya Nian.

"Bukan yang tertinggi berwarna ungu di bawah ungu masih ada hijau, sayangnya kamu masih belum cukup kuat untuk membangkitkan nya."

"Hais, padahal aku ingin menjadi orang terkuat" Nian merasa kecewa.

"Kamu harusnya bersyukur sudah mencapai aura nadi berwarna hitam, Aura nadi berwarna hitam kalau kamu bisa mengembangkannya akan bisa membuka aura nadi hijau dan ungu mu dengan sendirinya."

"Kalau begitu aku harus terus berlatih " sahut Nian.

Roh pedang Nian yang tiba tiba menghilang dan tidak bersuara lagi membuat Nian merasa kebingungan, Nian sangat yakin pasti terjadi sesuatu.

"Roh pedang kamu kenapa, Mon jangan menakuti aku," ucap Nian.

Nian yang merasa roh pedangnya menjadi aneh dan tiba tiba langsung menghilang tiba-tiba berpikir sesuatu akan terjadi.

Wweeeeeeeeeeeessss.

Benar saja sebuah pisau hampir saja menancap di leher Nian jika tidak berhasil menghindar tepat waktu.

"Sialan siapa yang berani membuat ku hampir mati kedua kalinya," dalam hati Nian.

"Hahahahaha, lumayan juga bisa menghindar dari pisau berdarah ku," ucap seorang pria sambil berjalan menghampiri Nian.

"Kenapa kamu mau membunuh ku," Nian menatap pria itu tajam.

Pria itu kembali menyerang Nian dengan pisaunya, Nian yang melihat pisau terbang kembali mengarah padanya dengan sigap langsung menangkis menggunakan pedangnya.

"Tidak tahu diri terima ini,"ucap sang Pria.

Pria itu terus menyerang walau berulang kali serangannya berhasil di tangkis Nian, pria itu yang merasa kelelahan akhirnya berhenti dengan sendirinya.

"Kamu berguru dimana, kenapa aku tidak pernah bertemu dengan mu sebelumnya?" tanya pria itu.

"Aku tidak punya guru dan tidak pernah berguru " ucap Nian yang langsung pergi meninggalkan pria itu.

"Tunggu, nama ku Alang nama mu siapa?" tanya pria itu.

"Nian," jawab Nian sambil berteriak dan terus berjalan.