Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5. Pertemuan dengan Iblis (2)

Bab 5 :

Pertemuan dengan Iblis (2)

******

TAK lama kemudian, suasana kembali netral. Talitha menoleh ke kiri dan ke kanan…sampai akhirnya tatapannya berhenti lagi di Revan. "Bang, lo dateng ke sini sama siapa?" tanya Talitha dan Revan kembali melihat ke arahnya.

"Sama cewek baru Abang."

"Halah, bagi dia mah, cewek udah jadi kayak ikan asin kepala batu. Gue heran kenapa cewek-cewek bisa nempel sama monyet geblek kayak dia." Kenyinyiran Gavin telah kembali.

Talitha tertawa seperti kesetanan. Revan dan Gavin sama stress-nya. Cocok sekali kalau disatukan.

Revan menjotos kepala Gavin singkat, tetapi ujung-ujungnya pria itu malah cengar-cengir dan mengapit lengan Gavin. "Vin, ke deket ketua direksi lain yok. Mereka nungguin, tuh. Lo lama banget soalnya," ajak Revan.

Gavin mengernyitkan dahi. "Lah, nungguin gue?" Gavin bernapas. "Ya mau gimana lagi. Kan gue datengnya ama Ita. Lo tau sendirilah, Ita nggak bisa dandan. Jadinya, Mama yang bantuin dia. Lagian, gue nggak telat, 'kan? Belum dimulai juga acaranya."

"Ya emang, sih. Tapi, kan...lo tau dah dirut kita kayak gimana. Ayo, deh." Revan menarik Gavin lagi, kemudian Revan menatap Talitha.

"Ta, lo gimana? Mau ikut apa mau ngapain?" tanya Revan dan belum sempat Talitha menjawabnya, pertanyaan itu justru dijawab oleh Gavin duluan.

"Ya jelas ikutlah!! Gue bunuh lo, Van, kalo lo nyuruh gue ninggalin Adek gue di sini. Mati lo di tangan gue."

Talitha menghela napas. Gavin...mulai, deh, overprotective-nya.

Revan terkikik geli. "Iya, deh...Abang Ganteng," ujarnya sembari mengejek Gavin. "Gue juga takut, sih, kalo Ita di sini sendirian. Ntar malah ilang."

Akhirnya, Revan juga menarik Talitha, menyuruh Talitha untuk bergandengan tangan dengan Gavin. Revan tahu kalau Gavin tengah berpura-pura seolah-olah Talitha adalah pasangannya. Revan sudah hafal dengan kebiasaan Gavin.

Tak lama kemudian, mereka bertiga sampai di kerumunan ketua direksi yang lain. Gavin bersalaman dengan akrab sebagai sesama ketua direksi, begitu juga Revan.

"Oh, ini pacar kamu, Vin? Manis, ya..." ujar seorang wanita dengan rambut yang disanggul. Sepertinya, wanita itu berumur tiga puluhan. Talitha hanya mengangguk dengan sopan ketika perempuan itu memujinya dan akhirnya bersalaman dengannya.

"Ah... Iya, Mbak Rei, ini pacar saya," ujar Gavin dengan akrab, kemudian mereka tertawa bersama. Oh, sepertinya wanita itu memang akrab dengan Gavin.

Talitha mendengar pembicaraan mereka, tetapi tidak terlalu menyimaknya. Mereka berbicara tentang perjalanan ke pesta itu, tentang pekerjaan, dan lain-lain. Talitha hanya tersenyum dan bersikap selayaknya apa yang ia perankan saat ini.

Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan yang meriah. Suara tepuk tangan itu mulai memecah suasana. Membuat semua ketua direksi jadi mengalihkan pandangan mereka ke ujung ruangan, di mana ada sebuah panggung yang superbesar di sana. Ada podium dan microphone di tengah-tengah panggungnya. Suasana jadi semakin riuh.

Talitha melihat seorang pria bertubuh tegap yang tengah menaiki panggung dari samping. Pria itu mengenakan setelan jas rapi yang berwarna putih. Sejak pria itu datang, keadaan jadi semakin riuh. Jauh lebih riuh daripada sebelumnya. Talitha melebarkan matanya tatkala melihat pria itu yang luar biasa tampan meskipun baru dilihat dari samping (pria itu masih berjalan ke podium). Dagunya lancip dan hidungnya mancung. Rambutnya tertata rapi dan kulitnya tampak luar biasa halus. Dia terlihat seperti orang asing yang datang ke Indonesia.

Pria itu kini menghadap ke depan; dia memegangi microphone, lalu baru saja mau berbicara di atas sana, tetapi saat itu pula mata Talitha terbelalak. Talitha merasa tubuhnya menegang dan ia spontan berteriak sembari menunjuk ke arah pria yang ada di atas panggung itu.

"MARCO DEON!!"

Talitha berteriak kuat hingga seisi aula itu mendadak terdiam. Suara Talitha menggema ke seluruh sudut ruangan. Mata Gavin kontan terbelalak; pria itu menatap Talitha heran, begitu juga dengan Revan.

Talitha tidak salah, 'kan? Itu Marco Deon, model dari Taiwan!! Mengapa pria itu bisa ada di acara anniversary Abraham Groups?!

"Ita—sssttt, lo kenapa? Pelanin suaranya, Dek! Yang di depan itu Dirut!" bisik Gavin. Demi Tuhan, dia tak mengerti mengapa Talitha tiba-tiba bisa berteriak sekencang itu dan mengapa Talitha bisa tahu nama direktur utama mereka?

Semua orang di aula itu jadi melebarkan mata, melihat betapa beraninya seorang gadis berteriak di tengah-tengah acara. Gadis itu juga dengan tidak sopannya menyebut nama 'Dirut bin Kejam' mereka. Revan mencoba untuk mencairkan suasana, sementara Gavin mencoba untuk menenangkan Talitha.

Mata Talitha memelotot, dia langsung menghadap ke arah Gavin. "Bang, itu Marco Deon, Bang!! Itu model terkenal dari Taiwan yang digilai sama si Basuki!!! Masa Abang nggak inget, sih? SUMPAH, BANG, ITU MODEL TERKENAL!! APA KATA ABANG?! DIA DIRUT DI SINI?! JADI, BENERAN, NIH, DIA KE INDONESIA??? BUSET DAHH, YANG ASLI TERNYATA LEBIH GANTENG DARIPADA YANG DI FOTO, CUWK!!!!" teriak Talitha kencang hingga memekakkan telinga Gavin. Semua orang yang mendengar teriakan Talitha itu ikut memelotot; jantung mereka serasa dipukuli dengan besi hingga berdebum, merasakan takut yang luar biasa apabila Dirut mereka mengamuk saat itu juga.

Namun, selain rasa takut, hal yang saat ini ada di pikiran Gavin dan karyawan lainnya adalah: bos mereka itu model dari Taiwan?

Ini berita yang mengejutkan. Namun, sayangnya sekarang bukan saatnya untuk memedulikan hal itu. Sekarang, yang lebih penting adalah: mengurusi Talitha!

Gavin menutup mulut Talitha, tetapi adiknya itu malah memberontak kuat. Gavin membawa paksa Talitha keluar dari aula pesta itu. Gavin menyeretnya ke luar, sementara Revan mulai kembali tersenyum sana-sini untuk mencairkan suasana dan membiarkan bos besar mereka kembali melanjutkan acara pembukaan. Ketika Gavin berhasil membawa Talitha ke luar hingga pintu besar aula itu tertutup di belakang mereka, Talitha pun melepaskan genggaman tangan Gavin. Talitha tak peduli dengan penjaga pintu yang tengah memperhatikan mereka; Talitha tetap berteriak, "Bang, kita kok ke luar, sih?!! Pestanya belom selesai, Bang!! Gue pengin liat Marco Deon lebih jelas!!!"

Gavin menutup mulut Talitha lagi, membawa Talitha menjauh ketika Gavin mendengar Talitha mengucapkan nama 'Marco Deon' lagi. Ketika sudah agak jauh dari lokasi pintu itu, barulah Gavin melepaskan tangannya dari mulut gila Talitha.

"Ita, please. Iya, gue juga nggak nyangka kalo dia itu model yang digilai si Basuki. Sialnya gue juga baru inget kalo dia itu model yang digilai si Basuki. Tapi di sini dia itu bos gue. Dia itu direktur utama perusahaan gue. Lo bisa dimarahin, Ta, kalo lo nggak sopan kayak tadi. Lo cari mati?"

Talitha terdiam. Ia kontan mengunci mulutnya sendiri. Oh, iya juga, ya.

Duh, mati.

Talitha sampai teriak seperti itu tadi... Aduh, tamatlah riwayat abangnya.

Gavin menghela napas. "Ditahan, oke? Ntar lo juga yang malu, Dek. Gue nggak mau kalo lo diketawain ntar."

Talitha mengembuskan napasnya samar.

"Maaf, Bang. Refleks tadi," ujar Talitha kelewat pelan, sudah seperti berkumur-kumur. Gavin mengernyitkan dahi, merasa tak bisa mendengar suara Talitha.

"Hah?"

"Maaf. Lagian, harusnya lo meduliin diri lo sendiri, Bang. Kan harusnya lo marah ke gue karena otomatis yang malu itu elo,” ujar Talitha dengan penuh penyesalan.

Gavin menghela napas lagi. "Gue nggak malu. Gue takut lo kenapa-napa aja. Lagian, kayaknya salah gue juga, deh, ngajakin lo ke sini. Siapa sangka kalo dirut itu ternyata model terkenal," ujar Gavin. Pria itu lalu mengacak rambut Talitha. Talitha menggeleng cepat, memegangi lengan Gavin.

"Nggak, kok, Bang, nggak. Lo nggak salah kok! Gue yang ngacauin, hehehe. Ya udah, lo balik aja ke pesta. Gue tunggu di sini, oke? Gih!" Talitha menarik-narik Gavin.

Gavin melepaskan tangan Talitha. "Nggak. Lo nggak boleh gue tinggal sendirian. Bahaya."

Talitha berdecak. "Udah sana, ih! Nggak enak sama ketua direksi lain! Udah pergi aja sana, gue tungguin di sini."

"Ita!! Nggak. Pokoknya nggak boleh!" teriak Gavin, mengancam Talitha dengan telunjuknya. Dia tahu bahwa anak ajaib seperti Talitha tidak akan takut dengan kata-kata.

"UDAH SANA!!!!" Akhirnya Talitha berteriak dan mendorong-dorong tubuh Gavin yang jauh lebih besar darinya itu ke pintu aula pesta. Talitha berusaha untuk mendorong Gavin dengan kencang meski berkali-kali Gavin mengomeli Talitha.

Setelah tubuh Gavin berhasil masuk ke dalam, pintu itu pun tertutup dan menyisakan ocehan singkat Gavin di dalam sana. Namun, akhirnya ocehan Gavin berhenti dan itu menghasilkan senyuman yang lebar di wajah Talitha.

Hah, akhirnya berhasil juga. []

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel