Pustaka
Bahasa Indonesia

SUGAR DADDY KESAYANGAN

119.0K · Tamat
Zemira Fortunatus
119
Bab
25.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Bacaan 21 tahun ke atas. Fred Levin seorang CEO sebuah perusahaan raksasa di Jakarta, merupakan pria matang yang banyak digilai para wanita. Namun sayangnya di usianya yang hampir menginjak 40 tahun. Ia masih juga belum menemukan jodohnya. Sudah banyak wanita yang dikenali kepadanya namun tak satu pun yang lengket di hatinya.  Sampai suatu ketika, sang ibu memaksanya untuk menikahi seorang wanita muda yang masih duduk di bangku kuliah. Dapatkah Fred membuka hatinya kepada gadis itu? Ataukah ia selamanya tidak akan pernah merasakan cinta? Plagiarisme melanggar undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014.

PresdirTuan MudaRomansaBillionaireSweetPernikahanFlash MarriageLove after MarriageDewasaBaper

BAB. 1 Perjaka tua

Fred Levin, si perjaka tua, pemilik Trend Corp saat ini sedang menuju kantor kebesarannya. Suasana kantor mulai padat pagi ini. Beberapa karyawan menyapanya ramah dan hanya dibalas anggukan oleh Fred. 

Ia terus berjalan masuk ke dalam kantor. Ia berhenti tepat di depan lift utama yang menghubungkannya dengan kantornya di lantai paling atas.

"Selamat pagi, Tuan Fred." Sapa Yana, sekretaris setia yang mendampinginya selama ini. 

Fred hanya mengangguk.

"Saya punya jadwal apa hari ini, Yana?"

"Tidak ada yang mendesak, Bos." Jawab Yana. Hanya saja Tuan dan Nyoya sedang menunggu Anda di ruangan saat ini.

"Papi dan Mami lagi disini?" Tanyanya.

"Sejak tadi pagi, Bos." Jawab Yana

"Baiklah, tolong katakan kepada Joni untuk menyiapkan mobil dengan segera. Saya ingin meninjau lokasi proyek yang ada di Bogor. Setelah berkata begitu, Fred langsung masuk ke dalam ruangan kebesarannya.

"Pagi semua." Sapanya dingin kepada kedua orang tuanya. Lalu ia duduk di kursi kebesarannya.

"Ya ampun Fred! Kamu ini tidak sopan ya? Masa kamu menyapa Papi dan Mami dengan cara seperti itu?' protes Nyonya Rini.

"Aku sibuk Mi," alasannya.

Sesibuk apa sih kamu, sampai-sampai tidak ada waktu untuk mengenal wanita?" Kali ini Tuan Robi yang angkat bicara.

"Kok malah melenceng ke wanita sih, Pi?" Kesal Fred.

"Lho kenapa memangnya? Kamu itu nggak ingat umur apa? Tahun ini kamu genap berumur 40 tahun tetapi kamu belum juga menikah." Tutur sang mami.

"Apa kamu belum juga move on dari wanita itu? Atau jangan-jangan kamu menunggu Hera menjadi janda kah, baru kamu menikahinya?" Cecar sang mami lagi.

Hera adalah wanita yang dulu sangat Fred kagumi. Namun sayangnya, Hera telah lebih dulu menikah dengan pria yang ia cintai dan ia hanya menganggap Fred sebagai teman semata.

"Ini tidak ada hubungannya dengan Hera, Mi! Tolong jangan kait-kaitkan dia lagi denganku! Hera sudah bahagia dengan keluarganya jadi stop membahasnya!" Kesal Fred kepada ibunya.

"Terus jika bukan karena Hera, kenapa kamu masih belum juga menikah? Apakah kamu menunggu Hera punya cucu, baru kamu akan menikahi cucunya? Begitu kah maksud kamu, Fred?" Sergah sang mami, semakin kesal dengan anaknya.

"Mami!" Hardik Fred semakin marah.

"Hei, kamu kok jadi membentak mamimu?" Tukas Tuan Robi membela istrinya.

"Papi dan Mami tidak mau tau! Tahun ini kamu harus menikah! Jika tidak, Papi akan mencopot jabatanmu dan semua fasilitasmu akan Papi sita! Kali ini Papi serius! Tidak ada pengampunan lagi bagimu jika kamu membohongi Papi! Sudah cukup tahun lalu kamu mempermalukan Papi dan Mami dengan lari dihari perjodohanmu!" Tegas Tuan Robi kepada anak semata wayangnya itu.

"Fred, coba kamu berpikir sedikit. Kamu itu anak kami satu-satunya. Umurmu sudah semakin tua. Kapan kamu bisa memberi kami cucu? Apakah kamu tidak pernah berpikir, siapa nantinya yang mewarisi perusahaan kakekmu? Jika kamu masih betah sendiri? Mau sampai kapan kamu seperti ini, Fred?" Isak sang mami yang sungguh sangat menyayat hati setiap orang yang mendengarnya.

Tak terkecuali Fred, yang langsung terdiam dan merasa terenyuh mendengar tangisan ibunya. Ia tidak bisa melihat jika ibunya menangis. 

Fred ingat betul saat ibunya menangisi dirinya yang mabuk-mabukkan saat ia masih belum bisa melupakan Hera.

Ia lalu mendekati ibundanya lalu berkata,

"Mi, berhentilah menangis, aku.., aku akan menuruti perintah Mami kali ini." Ujarnya terbata.

"Kamu pasti akan berbohong lagi! Seperti yang lalu-lalu, iya kan? Jujur saja kamu! 

Kamu itu hanya taunya menyenangkan hati Mami dalam waktu singkat saja." Isaknya semakin menjadi-jadi.

"Nggak, Mi. Kali ini aku akan menuruti perintah Mami." Ujarnya pasrah karena ia juga sudah capek kucing-kucingan dengan kedua orang tuanya perihal jodoh.

"Apakah benar perkataanmu kali ini, Fred?" Tanya Tuan Robi kepada anaknya.

"Iya, Pi. Kali ini aku serius." Serunya lagi.

"Baiklah, kali ini Papi pegang kata-katamu! Tapi ngat, jika kamu berbohong, kamu tau kan ancaman Papi, bukan sekedar ancaman lagi! Tapi papi akan benar-benar melakukannya!" Seru Tuan Robi.

"Oh ya, Pi, Mi. Aku harus ke Bogor mau meninjau proyek disana." Pamit Fred kepada kedua orang tuanya.

Sepeninggal Fred, Tuan dan Nyonya Levin segera menyudahi sandiwara mereka.

"Fred sudah pergi, Pi?" Tanya Nyonya Rini.

"Baru saja pergi, Mi. Semoga kali ini anak itu bisa memegang perkataannya." Seru Tuan Robi.

"Awas saja jika dia berani membohongi kita lagi! Papi sungguh-sungguh kan dengan ancaman papi itu?"

"Ancaman yang mana, Mi?"

"Ya ampun Papi! Belum juga lima menit, Fred pergi Papi malah sudah lupa dengan omongan Papi sendiri." Kesal sang istri.

"Papi mana berani melakukan ancaman itu Mi. Nanti yang anda perusahaan akan bangkrut. Terus kelangsungan hidup anak cucu kita kelak bagaimana dong, Mi?" Tanya Tuan Robi ragu.

"Dasar kamu, Pi! Nggak bisa dipercaya! Kamu sama saja kayak anakmu!" Kali ini Nyonya Rini benar-benar kesal. Ia lalu keluar dari ruangan Fred meninggalkan suaminya sendiri.

"Mi, tunggu Mi." Panggil Tuan Robi kepada istrinya.

"Yana, sekretaris Fred hanya mampu geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua bosnya itu.

Tuan Robi segera menyusul istrinya yang sudah lebih dulu turun ke lobi dan langsung menuju ke parkiran.

"Semoga, aku nggak ditinggal lagi!" Tuan Robi bagai dikejar binatang buas untuk menyusul istrinya.

"Mi, Mi! Jangan tinggalkan Papi, Mi! Teriaknya sesaat setelah sampai di parkiran perusahaan Trend Corp yang dikelola anaknya.

Namun apa daya, teriakannya tidak digubris sama sekali oleh istrinya. 

"Jalan, Pak!" Seru nyonya Rini kepada sopir pribadi mereka.

Alhasil, Tuan Robi tertinggal sendiri di area parkiran.

Ia segera menelpon sopirnya yang lain.

Tidak berapa lama, sopir datang dengan membawa mobil baru. Tuan Robi segera masuk ke dalam mobil lalu berkata, "ikuti kemana mobil istri saya pergi."

"Baik, Tuan." Seru sang sang sopir. Lalu melajukan mobil mengikuti kemana mobil yang membawa majikannya perempuan pergi.

Sementara Fred yang bad mood karena dipaksa menikah oleh kedua orang tuanya. Memilih untuk menghabiskan waktu di sebuah kafe sambil menikmati secangkir kopi di siang itu.

Di sudut sebuah cafe, ia melihat sekelompok mahasiswi yang sedang bercengkrama sambil tertawa lepas. Sepertinya mereka sedang menertawakan salah satu dari teman mereka.

"Hahaha tau nggak, tadi malam Om Danu memberiku kartu baru!" Ujar salah satu dari mereka.

"Wah, enak banget hidup Lo, Shin!" Seru yang lain. 

"Tetapi, ada nggak yang lebih tajir dari sugar Daddy, gue?" Serunya lalu memamerkan sebuah cincin berlian di jari manisnya.

Keempat mahasiswi itu terbelalak, melihat indahnya cincin itu. 

"Gilingan lo, Mona! Ini berapa karat berliannya?" Tanya yang lain.

"Tentunya pasti mahal dong!"

"Oh ya, Nisa. Sugar Daddy lo, yang selalu lo sombongin itu kok nggak pernah keliatan sih?

Jangan-jangan lo bohongin kita-kita ya!"