Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

1. RENCANA MAKAR

Langit sangat cerah, bola kuning raksasa di atasnya memancarkan sinar lembut tanpa malu-malu. Awan-awan putih pun bergerak beriringan seperti tarian putri raja, cantik dan indah dipandang.

Hari itu penduduk Kota Raja Xianfeng tidak disibukkan dengan aktivitas harian mereka seperti biasanya.

Hampir semua laki-laki dibantu anak-anak mereka memasang hiasan lampion dan kertas merah bertuliskan “SELAMAT” di setiap pintu rumah.

Sementara para wanita memasak masakan lezat untuk makan malam, meskipun hari itu bukanlah perayaan tahun baru.

Rakyat negeri sedang bersukacita atas kelahiran putra mahkota yang sudah lama dinanti-nantikan, bayi berusia tiga hari itu kelak diharapkan akan menjadi pemimpin bijaksana seperti ayahnya, raja Qi You dan lembut hati seperti ibunya, ratu Xian Lian.

Bukan hanya di Kota Raja, di dalam lingkungan istana juga disibukkan dengan persiapan pesta perayaan kelahiran sang putra mahkota. Tidak main-main, pesta akan diselenggarakan tiga hari tiga malam.

Raja mengundang seluruh menteri, dan pembesar kerajaan untuk hadir dalam pesta tersebut. Hanya satu orang yang tidak ia undang, tak lain adalah Qi Xiang, kakak kandungnya sendiri.

Mereka tidak pernah akur sejak kecil, Qi Xiang berperangai kasar dan pendendam. Sedangkan Qi You lebih lembut dan sabar. Itu sebabnya raja terdahulu menjadikan sang adik sebagai penerus bukannya kakak tertua.

Sejak saat itu Qi Xiang meninggalkan istana kerajaan dan tinggal di perbatasan sebelah barat. Mereka tak pernah lagi berhubungan satu sama lain hingga hari itu.

Sungguh di luar dugaan, tamu tak diundang itu justru datang dengan kereta kuda dan dikawal puluhan tentara.

Qi Xiang berusia 40 tahun, memiliki kumis dan janggut hitam halus tertata rapi, jubah yang dikenakan panjang hingga menyentuh tanah terbuat dari kain sutra mahal.

Meski tampan wajah, namun pangeran sulung ini sangat angkuh dan kasar. Terlihat dari dagunya yang selalu terdongak ke atas dan memandang sebelah mata orang-orang di sekelilingnya.

Saat mendengar kabar dari kepala urusan rumah tangga istana bahwa sang kakak datang berkunjung,

Qi You keluar dari ruang bacanya untuk menemui Qi Xiang. Wajahnya berseri-seri, karena jujur ia merindukan kakak kandungnya itu.

Ia berharap semua perselisihan yang pernah terjadi di antara mereka dapat diselesaikan dengan baik, bagaimanapun mereka adalah saudara seayah dan seibu.

“Kakak Xiang!” Qi You tersenyum lebar sambil merentangkan kedua tangan, menghampiri sang kakak.

Qi Xiang berlutut dengan sebelah kaki menempel ke tanah, memberi hormat pada sang raja.

“Semoga raja Qi You panjang umur!”

Qi You menangkap kedua lengan Qi Xiang, menuntunnya bangkit berdiri.

“Aih Kakak Xiang, jangan terlalu formil padaku. Justru akulah yang harus menghormatimu, karena kau kakakku!” kata Qi You tulus.

“Maafkan kelancanganku karena datang tanpa diundang," Qi Xiang mengepalkan kedua tangan di depan dada, sedikit membungkuk. Sang raja, Xi You merasa seperti tertampar, wajahnya sedikit memerah.

“Maafkan aku, Kak Xiang! Aku khawatir kau akan marah hingga tidak terpikir mengirimkan undangan padamu. Sungguh maafkan!” ucap raja dengan nada penuh penyesalan.

“Tidak apa-apa, Adikku!” Qi Xiang tersenyum. “Tujuanku kemari untuk menghapus semua masalah lama di antara kita, yang lalu biarlah berlalu.”

Qi You terharu, ia tak pernah menyangka kelahiran putranya akan membawa hal-hal baik bagi seluruh negeri.

Dengan berdamainya dirinya dan Qi Xiang, kerajaan akan menjadi semakin kuat, mereka berdua bisa memajukan negeri bersama-sama.

“Aku ingin melihat keponakanku, ia pasti gagah dan tampan seperti pamannya!” canda Qi Xiang.

Qi You tertawa, memerintahkan seorang pengawalnya untuk memanggil ratu Xian Lian dan putra mahkota.

“Kau benar, Kakak Xiang!” mata hitam raja Qi You berpendar penuh semangat saat menceritakan putra tunggalnya. “Anak itu mirip dengan kita, hidung mancung, kulit putih bersih, mata bulat dan bibirnya juga mirip kita.”

Qi Xiang ikut tertawa senang mendengar cerita sang adik, “Apakah dia memiliki ciri-ciri khusus, Adikku?”

Raja Qi You mengelus dagunya saat berpikir lalu menjentikkan jari begitu mengingat sesuatu, “Ah ya, ada yang aneh pada anak itu!”

Qi Xiang mendengarkan dengan penuh perhatian, sedikit mengherankan karena ia belum pernah seperti itu sebelumnya.

“Terdapat sembilan sisik seperti sisik ikan emas di punggungnya, sungguh aneh.”

“Hmm,” Qi Xiang mengelus janggutnya, “Konon kudengar putra mahkota dengan tanda lahir sisik naga kelak akan menjadi penguasa tak tertandingi karena akan dilindungi oleh dewa naga Ying Long.”

“Itu hanyalah sebuah legenda, Kak Xiang!” Qi You terkekeh, “Dia menjadi raja yang adil dan bijaksana saja sudah cukup bagiku.”

Percakapan mereka terhenti ketika ratu Xian Lian muncul dengan menggendong sang putra mahkota.

Wajah ratu Xian Lian nampak ketus dan pandangan matanya penuh kecurigaan. Ia bahkan tak mengizinkan Qi Xiang menggendong putranya dengan alasan bayi itu masih berusia tiga hari.

Setelah Qi Xiang meninggalkan aula untuk beristirahat diantarkan oleh salah seorang kasim istana, barulah Xian Lian berani menyampaikan unek-uneknya.

“Suamiku, mengapa kau undang kakakmu kemari? Bukankah dia sangat membencimu dari dulu?” berondong Xian Lian, wajah cantiknya tak mampu menyembunyikan kecemasan yang terpancar di sana.

“Kak Qi Xiang sudah berubah, ia datang kemari untuk menghapus semua masalah lama di antara kami. Seharusnya kita senang bukan curiga sepertimu, Istriku!” Qi You menyentil hidung istrinya, gemas.

“Aku benar-benar takut kalau dia berniat jahat padamu,” bibir mungil Xian Lian manyun. Ia kesal melihat kepolosan suaminya yang terlalu mudah percaya pada kebaikan seseorang.

“Aku percaya dewa-dewa pasti melindungi kita,” hibur Qi You seraya memeluk istri yang sangat ia kasihi.

Sekian lama menikah mereka tak kunjung dianugerahi keturunan, bahkan ketika Qi You mengambil selir atas saran istrinya, ia tak jua mendapatkan bayi laki-laki.

Sehingga kehadiran putra mahkota merupakan berkat, dan sang raja yakin bahwa setelah ini rejeki dan kebahagiaan terus mengalir tanpa henti.

Sementara itu, pangeran Qi Xiang sedang berada di kamar didampingi ajudan kepercayaannya, Ma Yin.

Sang pangeran tampak geram, terlihat dari giginya yang gemeretak menahan marah.

“Sombong sekali Qi You, mengenakan jubah emas raja untuk menghinaku!” Qi Xiang menggebrak meja sehingga menimbulkan suara keras, menggetarkan pintu dan jendela berukir di sekitarnya.

“Tenanglah, Yang Mulia!” hibur Ma Yin. “Tak lama lagi Yang Mulia akan menggantikan kedudukannya. Kesabaran pasti akan membuahkan hasil.”

“Aku akan membuatnya menderita, tak akan kubiarkan dia mati dengan cepat!” Qi Xiang tertawa licik, membayangkan Qi You berlutut mengemis pengampunan padanya.

“Apakah semua sudah dipersiapkan?” Qi Xiang melirik ajudannya yang dijawab dengan anggukan mantap Ma Yin. “Aku tak ingin rencana malam ini gagal,”

Tiba-tiba Ma Yin mengangkat tangan kanan di depan Qi Xiang, melirik ke arah pintu, memberi kode bahwa ada seseorang sedang mengintai.

Ajudan berusia 30 an itu melangkah tanpa suara ke arah pintu dan membukanya dengan cepat.

Seorang wanita muda berpakaian indah terperanjat karena ketahuan menguping, namun tak ada rona ketakutan di wajah cantiknya.

“Xue Yuan!” seru Qi Xiang kaget, namun tak lama senyum nakal menghiasi bibirnya.

Ia mendekat lalu menarik kekasih rahasianya ini masuk. Ia juga memberi kode pada ajudan Ma Yin untuk meninggalkannya.

Ma YIn membungkuk, meninggalkan mereka berdua setelah sebelumnya menutup pintu kamar.

“Aku sangat merindukanmu, Xue Yuan!” Qi Xiang melingkarkan lengannya di pinggang sang kekasih namun wanita itu melengos, berpura-pura merajuk.

“Kau datang tapi tak mencariku, apa benar ucapanmu itu?” bibir Xue Yuan mengerucut.

“Tentu saja aku bersum …” Qi Xiang mengangkat tangan namun Xue Yuan buru-buru menghentikan sumpah sang kekasih dengan menempelkan jemari lentik ke bibirnya.

Xue Yuan berbisik manja, “Tidakkah kau merindukan putri kita?”

“Tentu saja aku merindukannya,” kata Qi Xiang cepat.

Digenggamnya jemari Xue Yuan, “Malam ini aku akan menghancurkan Qi You dan seluruh pengikutnya, setelah aku menjadi raja maka kau akan menjadi ratu.”

Xue Yuan meremas saputangan sutera di tangan penuh emosi, sudah lama ia menantikan hal ini.

Sebuah rencana makar untuk menggulingkan raja Qi You dan ratu Xian Lian.

Bertahun-tahun menjadi selir raja namun Qi You tak pernah sekalipun memperhatikannya.

Karena sakit hati, ia berselingkuh dengan kakak kandung sang raja hingga mengandung di saat yang sama dengan ratu mengandung putra mahkota.

Bahkan saat putrinya lahir-pun sang raja tak ambil peduli, hingga menimbulkan dendam mendalam di dalam hati.

"Mereka harus membayar mahal untuk penghinaan dan penderitaan yang telah kita terima!" bibir Xue Yuan menyunggingkan senyuman licik.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel