Pustaka
Bahasa Indonesia

SAHABATKU TERNYATA JODOHKU

54.0K · Tamat
Zemira Fortunatus
54
Bab
5.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Novel Dewasa 21 tahun ke atas. Deral Matthew Prins yang biasa dipanggil Al tidak menyangka akan terjebak pernikahan dengan sahabatnya sendiri bernama Airin Vee. Keduanya dijodohkan oleh orang tua mereka yang telah bersahabat sangat lama.  Dengan sekuat tenaga keduanya mencoba menghalangi perjodohan itu. Namun dengan kekuatan para orang tua, keduanya tidak dapat berkutik. Mereka memilih menyerah dan menerima perjodohan itu. Akankah keduanya meraih kebahagiaan? Sedangkan masing-masing dari mereka telah memiliki kekasih.  Ataukah mereka akan saling jatuh cinta dan membina rumah tangga selamanya? Penasaran dengan kisah mereka? Yuk jangan lupa dibaca ya! Plagiarisme melanggar undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Plagiarisme melanggar undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014.

Tuan MudaRomansaSweetPernikahanIstriFlash MarriageLove after MarriageDewasaBaper

BAB. 1 Rencana para orang tua

"Mi, Pi, tumben nih ngajakin aku jalan keluar rumah. Emangnya kita mau kemana nih?" Tanya Deral kepada kedua orang tuanya. Karena tumben-tumbenan mereka mengajaknya untuk pergi bersama. 

Deral Matthew Prins demikian namanya, ia anak sulung dari tiga bersaudara. Darel, kembarannya saat ini berada di Jepang untuk bekerja mengelola perusahaan ayahnya yang ada di negara itu. Sementara Farah si bungsu, menetap di London untuk menyelesaikan kuliahnya, sehingga hanya Deral lah yang tinggal didekat orang tuanya.

Mobil yang membawa mereka akhirnya tiba di sebuah rumah megah.

"Lho-lho, bukannya ini rumahnya Airin? Kita ngapain kesini?" Tanyanya bingung kepada kedua orang tuanya.

"Nanti, kamu juga bakalan tau. Ayo masuk!" Jawab Tuan Zack menatap tajam ke arah Deral.

"Papi kenapa sih, heran deh!" Gumamnya dalam hati.

"Ayo Al, kamu jalan bareng Mami," ucap Nyonya Dira kepada anaknya.

Tuan dan Nyonya Prins serta Deral disambut hangat oleh kedua orang tua Airin yaitu Tuan dan Nyonya Vee.

"Apa kabar Zack?" Sapa Tuan Edi ayahnya Airin.

"Saya dan keluarga baik-baik saja, Bro." Jawab Tuan Zack sambil saling merangkul dengan sahabat lamanya itu.

Tidak lupa kedua istri mereka juga saling menyapa.

"Apa kabar juga, Jeng?" Sapa Nyonya Veni.

"Baik, Jeng. Airin mana Jeng, kok nggak kelihatan?" Tanya Nyonya Dira tidak sabar ingin melihat wajah calon menantunya yang cantik itu.

"Airin lagi dalam perjalanan pulang, Jeng sebentar lagi juga sampai."

Sementara Deral duduk seperti orang bodoh dan masih tidak mengerti maksud para orang tua mereka.

Karena dilanda kebingungan, ia pun mengirim pesan kepada Airin, sahabatnya.

"Woi, nenek Airin! Lo dimana? Buruan lo pulang! Gue lagi mangkal nih di rumah lo!" Pesan di kirim oleh Deral.

Tak berapa lama ponsel Deral bergetar, ada pesan masuk dari Airin.

"Apaan sih lo, kakek tua! Ganggu orang pacaran saja! Gue lagi sama Sean nih! Lagian ngapain lo ke rumah gue? Buang-buang waktu gue saja lo!"

"Hei, nenek sihir! Gue juga nggak bakalan sudi menginjakkan kaki ke rumah lo, jika tidak dipaksa sama Tuan Zack!" Pesan terkirim kepada Airin.

"Hahaha rasain! Derita lo, Bro! Ngapain lo nyangkut pautin, gue?" Deral sedikit kesal membaca pesan dari Airin.

"Woi, nenek tua! Buruan lo pulang, biar sengketa para orang tua cepat kelarnya. Gue ada janji sama cewek gue nih!" 

Belum sempat Airin menjawab pesan menohok dari Deral. Ponselnya berdering dan ada nama maminya di layar ponselnya.

"Halo, Mi." Jawabnya.

"Kamu dimana sih Ai? Dari tadi Om dan Tante Prins tidak sabar menunggumu. Apalagi tuh si Deral wajahnya cemberut terus dari tadi!" Ucap sang Mami dari seberang sana.

"Hahaha, beneran Mi, wajah Deral cemberut?"

"Iya, makanya kamu buruan pulangnya, okay?" Lalu Nyonya Veni mematikan panggilan itu.

Tersisa Airin yang senyum-senyum sendiri.

Telpon dari siapa, Ai?" Tanya Sean heran melihat sang kekasih yang senyum-senyum sendiri sambil menatap layar ponselnya. Ia  baru saja datang membawa pesanan makanan untuk Airin. Saat ini keduanya sedang berada di restoran siap saji.

Ia lalu menceritakannya kepada Sean jika Deral dan keluarganya sedang berkunjung ke rumahnya.

"Sean, sepertinya kita batal nonton nih, soalnya tadi aku di telpon sama Mami, disuruh pulang cepat."

"Memangnya ada acara apa di rumahmu?" Tanya Sean curiga.

"Nggak tau tuh, aku juga kasihan lihat Deral. Dia udah janjian sama pacarnya. Jadinya telat deh mereka ketemuan, gara-gara aku yang belum juga datang dari tadi." Jelasnya panjang lebar.

Terbit senyum misterius di wajah Sean saat tau jika kekasihnya akan cepat pulangnya. 

"Ya sudah Ai, kamu buruan deh perginya," ujarnya tak sabar.

"Ih, Sean! Kok sepertinya, lo ngusir gue sih?" Kesalnya kepada sang kekasih.

"Ya Ai, aku bukannya ngusir kamu, tapi kamu sendiri yang bilang mau membantu Deral? Iya kan?" Seru Sean berharap jika Airin tidak curiga kepadanya.

"Iya juga sih," sergah Airin. 

"Ya sudah, aku pergi dulu!" Pamit Airin kepada kekasihnya, Sean.

Sepeninggal Airin dengan cepat Sean menelpon seseorang.

"Helo Rida kita jadi ya ketemuannya." Ujarnya lalu ia segera berlalu dari tempat itu.

 

Airin sampai di rumahnya. Ia segera masuk ke dalam setelah membayar taksi online yang tadi membawanya pulang.

Sayup-sayup terdengar tawa renyah ayahnya dan ayah Deral yang mungkin sedang bersenda gurau.

"Selamat sore semua," Ucapnya santai menyapa semua orang yang ada di ruang tamu rumahnya. 

"Airin, kami sudah pulang?" Tanya sang mami.

"Bari saja Mi," jawabnya sopan.

"Ayo, ucapkan salam kepada tamu kita," Airin menyapa kedua orang tua Deral. Tidak lupa ia menyalami keduanya.

"Lho kok cuma Om dan Tante Prins yang kamu beri salam Airin?" Tegur sang ayah.

Airin mencibir melihat Deral yang wajahnya ditekuk dari tadi. Bagaimana tidak, Deral baru saja mendapat pesan dari kekasihnya. Karena menunggu terlalu lama, ia pun membatalkan kencan mereka dan semua karena Airin yang terlalu lama datang.

"Om, Tante, saya permisi dulu, ke kamar. Mau ganti baju." Ujar Airin lalu segera berlalu dari situ.

"Airin, jangan lama ya? Kami menunggumu di ruang makan." Tukas sang mami mengingatkan anaknya yang jika mandi sangat lama itu.

Benar saja, hampir sepuluh menit, Airin tidak nongol juga. Deral yang bt, diam-diam meninggalkan para orang tua yang sedang berbincang-bincang hangat tentang masa lalu mereka. Karena keasyikan ngobrol. Keempat orang tua itu tidak menyadari jika Deral sudah tidak berada disitu.

Deral masuk ke dalam kamar Airin, sahabatnya, dan menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Sambil memegang ponselnya dan mencoba menghubungi pacarnya kembali namun ponsel kekasihnya masih tidak dapat dihubungi.

Airin keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai kimono mandi. Ia melihat jika Deral sedang tidur-tiduran di kasurnya.

"Woi! Ngapain lo ke kamar, gue?"

"Elah! Gue numpang tidur bentar juga!" Jawab Deral malas

"Bilang aja lo mau ngintip gue ganti baju!" Ucap Airin ngasal.

"Cih! Nggak sudi gue! Mau lo telanjang di depan gue, gue nggak bakalan napsu!" Seru Deral tak mau kalah.

"Ih dasar genit, lo!" Seru Airin lalu dengan cepat memukul pundak Deral karena ngomong sembarangan.

"Aduh! Sakit tau, Ai..!" Keluh Deral sambil memegang pundaknya yang kesakitan kena pukulan keras dari Airin.

"Hei, lo mau kemana, sudah cantik aja, lo!" 

"Woi kakek tua, emang lo nggak dengar jika tadi gue di suruh ke meja makan?"

"Ya lah, terserah! Gue mau tidur dulu." Serunya lagi.

"Ih, dasar kebo, lo!" Ucapnya lalu membanting pintu dengan keras.

"Airin! Kaget gue!" Teriak Deral dari dalam kamar.

"Hahaha, rasain lo kakek tua!" Seru Airin lalu berjalan menuju ruang makan di lantai bawah.