
Ringkasan
Apa jadinya bila tiba-tiba dirimu di beri perintah untuk menjadi kekasih pura-pura dengan orang berpengaruh di perusahaan tempat kerjamu. Haruskah kamu senang atau merasa keberatan? Ya, kisah itu di alami dengan Sahila Belinda sendiri, yang merupakan seorang staf biasa, pertemuan singkatnya dengan Direktur perusahaannya bekerja, Andre Fardan membuatnya harus terperangkap dengan hubungan penuh kebohongan. "Mulai sekarang, kamu jadi pacar bohongan saya." perintah Andre tegas. "Apa?!" pekik Sahila.
Chapter 1
Cuaca yang tidak mendukung membuat Sahila dan Nayla memilih untuk berteduh di pinggiran toko roti. Sahila menatap sendu jalan raya di depannya. Ini hari ulang tahun mamahnya. Dia mau membuat kejutan di hari ini, tapi rencananya berubah saat hujan turun.
Matanya tak sengaja menangkap sesosok wanita yang tadi ia temui di toko roti bersama Nayla. Wanita yang memiliki fisik sempurna tanpa ada celah sedikit pun.
"Nay, itu cewek yang tadi, kan?" tanya Sahila.
Nayla mengangguk. "Iya, dia. Mau apa ya?"
"Itu dia menghampiri pak Andre loh." Sahila dan Nayla masih fokus memperhatikan kedua orang yang baru saja bertemu di. cafe coffee. Atau...
Memang kebetulan bertemu, karena yang Sahila lihat pria itu, yang tak lain Direktur perusahaannya bekerja yaitu Andre, seakan terlihat tak suka saat bertemu wanita sempurna itu.
"Cewek secantik dia aja di tolak ya, Nay. Apa lagi kayak kita," ujar Sahila pada Nayla. Tapi yang di ajak bicara seakan arwahnya menghilang karena hanya diam terpaku.
Sampai akhirnya sebuah mobil berhenti tepat di hadapan mereka.
"Nay." sontak saja Sahila dan Nayla menoleh pada sumber suara.
Dimas, manajer perusahaan yang juga atasan mereka berdua. Sahila tertegun saat Dimas turun dari mobilnya dan menghampiri mereka.
"Nay, dia mau apa ya?" tanya Sahila.
"Pak." Suara Nayla sedikit tercekat.
"Pak." sapa Sahila. Dimas hanya mengangguk singkat sebagai respons.
Ah.. sudah biasa, pria itu memang terkenal dingin. Dan Nayla merupakan salah satu haters Dimas. Tapi entah kenapa untuk kali ini Sahila melihat kedekatan mereka.
"Dimas." Sahila menoleh lagi pada sumber suara di sebelahnya. Ternyata Andre, dia mendatangi mereka karena Dimas. Tak lupa wanita sempurna itu juga mengejar Andre.
"Andre, tunggu!" serunya, hanya karena ingin mengejar pria, wanita itu rela menerobos hujan. Sahila tidak segila itu untuk melakukan hal rendah kayak gitu. Itu pikir Sahila.
"Udah kayak india-indian ya," celetuk Sahila menatap kedua orang yang baru saja datang ikut nimbrung meneduh di pinggir toko.
Tidak sadar kalau pemilik toko sudah berdecak kesal karena merasa tokonya di tutupi dengan mereka semua.
"Dimas?" panggil wanita sempurna itu. Tidak hampir lebih menyerupai keterkejutan. Itulah yang Sahila tangkap di telinganya.
"Lihat Dimas, aku bawa siapa," ujar Andre. "Amira di sini." Sambungnya.
Dimas menatap Wanita sempurna yang bernama Amira itu sesaat, wajahnya menampakkan ke tidak sukaan.
"Ayo, pulang Nayla, hujannya semakin deras." Dimas mengabaikan ucapan Andre.
"Amira mau bicara denganmu." sergah Andre cepat.
Dima menoleh pada Dimas. "Saya sudah memaafkan kamu. Kamu tenang saja, Amira. Saya tidak bisa lama-lama, karena harus ke rumah calon mertua saya. Benar gitu kan sayang?" tanya Dimas pada Nayla.
Nayla hanya terdiam karena terkejut. "Kalau begitu kami duluan." Dimas menarik tangan Nayla, dia mendorong Nayla memasuki mobilnya, sedangkan Dimas jalan memutar memasuki bagian pengemudi.
Tinggallah Sahila dan kedua pasangan kekasih itu. Atau mantan pasangan kekasih. Entahlah, Sahila tidak begitu paham dengan hubungan kedua manusia itu. Yang jelas saat ini dia ingin pulang saja. Karena perasaan canggung yang sudah menyelimuti dirinya.
"Sayang kamu sudah menunggu lama?" Sahila mengabaikan ucapan Andre yang dia kira di maksudkan pada Amira. Maka dari itu dia memilih arah lain agar tidak terlalu canggung.
Mau romantisan di depan orang, ini Direktur enggak punya malu banget. - batin Sahila.
"Sayang." panggilan itu bersamaan dengan genggaman Andre pada tangan Sahila. Tentu saja Sahila terkejut. Dia menoleh pada Andre cepat, pria itu tersenyum padanya dengan lembut. Hanya sesaat Sahila tertegun melihat ketampanan bos utama di perusahaannya itu. Tapi dia tidak percaya, kenapa Andre begitu kejam mengadu domba dirinya dan Amira, pacarnya.
"Sudah menunggu lama ya? Ayo pulang." Andre mengambil alih paper bag roti di tangan Sahila, tangan yang satunya menuntun Sahila dan membawanya masuk ke dalam mobilnya yang ternyata terparkir tak jauh dari sana.
"Andre! Kamu mau ke mana? Kamu gak bisa kayak gini sama aku! Andre!" panggilan Amira tak gubris sedikit pun dengan Andre. Dia terus menuntun Sahila dan memasukkannya ke dalam mobilnya.
Tak lama kemudian Andre pergi dengan membawa Sahila. Sahila tertegun melihat sikap asli bosnya.
"Pak, itu di panggil," kata Sahila. Sembari menengok ke belakang memperhatikan Amira yang masih menatap mobil Andre.
"Mulai sekarang, kamu jadi pacar pura-pura saya." perintah Andre tegas. Tanpa mengindahkan ucapan Sahila sebelumnya.
"Apa?!" pekik Sahila seraya menoleh ke arah Andre. "Kenapa gitu, Pak? Bahkan saya gak kenal Bapak sebelumnya."
"Kamu yakin enggak kenal saya? Terus siapa yang nafkahi kamu setiap bulannya kalau bukan saya?"
"Nafkah?!" Sahila berseru penuh emosi. "Bapak gaji saya, ya, bukan nafkahi saya."
"Sama aja, kan? Saya kasih uang ke kamu."
"Astagfirullah, Pak! Ya beda, lah, kalau nafkahi itu Bapak memberi uang karena memang sudah kewajiban. Kalau ini Bapak gaji saya, karena upah saya bekerja di kantor Bapak." Sahila bicara dengan nada suara tinggi. Bukan apa, dia hanya tidak pintar mengendalikan emosinya.
"Apa pun itu, kamu tetap menjadi pacar pura-pura saya."
"Saya sudah punya pacar," jawab Sahila singkat.
"Putuskan saja, masalah selesai," sahut Andre enteng.
Mata Sahila membola. "Enggak! Enak aja main putus. Saya udah pacaran sama dia lebih dari tiga tahun." tolak Sahila.
Maksud gue angsuran motor. - batin Sahila.
"Sudah tiga tahun, tapi belum di nikah?!" Seru Andre, kemudian dia tersenyum mencibir. "Cowok kayak gitu kok di pertahankan." gumamnya.
"Pokoknya titik, mulai detik ini kamu harus jadi pacar pura-pura saya, kalau enggak, gaji kamu saya potong." Ancam Andre.
"Apa?!"
Tak lama dari itu, Andre menghentikan mobilnya. "Kamu boleh turun." perintah Andre.
Sahila menatap sekitar. "Ini bukan jalan arah rumah saya," kata Sahila.
"Saya bukan sopir yang harus mengantar kamu sampai rumah," kata Andre. Dia membukan pintu Sahila. "Keluar!"
Sahila mendengus kesal. "Jangan lupa besok kita harus romantis." setelah itu Andre melajukan mobilnya.
"Dasar bajingan banci!" umpat Sahila.
***