5. Terjebak
Bagas bernafas lega karena bisa lepas dari Nana dan rasa sialan itu. Rupanya air mendinginkan hasratnya. Mawar pun sudah duduk dan tidak lagi berpura-pura pingsan.
"Kita langsung ke mana Cin?" tanya Bara.
"Jangan ke apartemen aku Bang, kita ke rumah aku aja. Aku takut Kevin masih nyari aku."
"Anda mau saya antar kemana?" Bara menanyai Bagas.
"Kost saya di daerah Patimuan," jawab Bagas pendek.
"Ckckck. Jauh itu sudah turunkan saja dia disini," ketus Mawar.
"Enak saja. Kamu harusnya berterima kasih sama aku yang udah menyelamatkan akting kamu. Kalau enggak. Beneran mati kamu."
"Apa kamu bilang?"
Mawar sangat marah pada Bagas, dia memukul Bagas tanpa ampun. Bagas pun mencoba menghindari amukan Mawar. Dengan mencengkeram kedua lengan Mawar.
Ciiittttt. Brukk.
"Aw." Bagas dan Mawar refleks bertubrukan dan posisi Mawar berada di atas Bagas.
"Kalian gak papa?" Bara menoleh ke belakang. Pemandangan dihadapannya membuatnya tersenyum.
"Ekhem."
Refleks Mawar dan Bagas saling menjauh dan duduk tenang.
"Cepat kalian pergi ke arah pepohonan disana. Kalau kalian tidak tersesat, nanti kalian akan ketemu desa Bernai. Kalian sembunyi dulu di sana. Aku merasa kita diikuti. Cepat!" perintah Bara.
Mawar dan Bagas segera turun dan bersembunyi terlebih dahulu diantara pepohonan. Bara langsung melaju kencang dan benar saja, lima menit kemudian 3 mobil mengikuti Bara dari belakang.
"Ayok jalan!" ajak Bagas.
Entah refleks atau karena takut Mawar menggenggam tangan Bagas. Bagas kaget tapi membiarkannya karena dia pun takut terpisah dan wanita itu terluka. Setelah menempuh perjalanan cukup lama mereka sampai di sebuah pedesaan. Suasana telah sepi, Bagas melihat sebuah rumah yang masih terang oleh cahaya petromaks. Dia pun mengetuknya.
"Permisi. Permisi."
Seorang nenek renta membukakan pintunya.
"Siapa?"
"Maaf Nek, kami tersesat boleh minta ijin kami menginap semalam saja," pinta Mawar dengan wajah memelas.
"Kalian pasangan yang kawin lari?"
"Bukan Nek," jawab keduanya serempak.
"Sudah-sudah jangan malu-malu. Ayo masuk."
Sang nenek membawa mereka berdua ke sebuah kamar.
"Ini kamar untuk kalian berdua. Untuk sementara sembunyilah disini. Nenek juga pernah muda tahu rasanya kalau cinta tak direstui."
"Tapi Nek ...." Mawar ingin menginterupsi.
"Sudah nenek tinggal dulu. Istirahat ya."
Sang nenek pun pergi meninggalkan mereka berdua.
***
Prang.
"Kalian bodoh, bisa-bisanya kalian kehilangan jejaknya."
"Maaf Bos, kami mengejar mobil itu sampai ke sebuah pengisian BBM tapi pas kami cegat ternyata gak ada siapa pun kecuali si Bara," terang salah satu anak buah Kevin.
"Apa? Bodoh kalian. Lalu kemana lelaki yang bersamanya?"
"Kami tidak tahu Bos."
Prang. Bruk. Bruk.
Kevin membanting semua benda yang ada di dekatnya. Ia menyuruh anak buahnya pergi. Saat ini ia berada di bar milik cafe tempat diadakannya peringatan ulang tahun PT. Nusa Bahtera. Ia pun meminum minuman beralkohol sekali teguk. Netranya memincingkan mata mengitari ruangan bar. Bar tampak sepi hanya ada beberapa pengunjung. Rupanya sudah pukul sebelas malam.
Netranya menangkap seorang wanita mabuk yang ternyata adalah Nana. Kevin mendekatinya, daripada tidak ada sama sekali. Ia harus tidur dengan wanita manapun malam ini. Siapapun. Karena saat ini dia sangat marah, hasratnya sungguh menggelora.
Nana membiarkan Kevin menemaninya karena dia sedang patah hati, marah dan kecewa karena usahanya untuk mendapatkan Bagas gagal total malam ini. Entah karena sama-sama mabuk atau karena mereka memang tipe penyuka seks bebas. Mereka tahu-tahu sudah berciuman panas dan mereka memutuskan menuju ke hotel untuk menuntaskan hasrat mereka. Tanpa mereka ketahui ada seseorang yang sengaja memotret mereka.
***
Bagas dan Mawar berusaha membuka mata mereka, karena takut tertidur. Suasana canggung terjadi diantara keduanya. Hawa dingin menembus kamar yang terbuat dari bilik bambu.
Bagas yang sudah merasa tak kuat melepaskan bajunya hingga tersisa kaus oblong. Karena dia terbiasa memakai kaos oblong saat tidur. Ditambah lagi dia masih merasakan sedikit efek obat yang diminumnya tadi. Benar-benar sialan. Rupanya Bang Feri berusaha ikut menghancurkannya. Bagas mengumpati Feri dan Nana dalam hati.
Sedangkan Mawar, dia benar-benar sudah tak sadar. Rupanya jenis obat per*ngs*ng yang diminum olehnya adalah tipe dengan dosis tinggi. Gejala yang ia alami baru terasa setelah beberapa lama. Tanpa ia sadari dia sudah membuka semua pakaiannya. Hanya menyisakan dalaman saja.
Karena mereka duduk saling memunggungi Bagas tidak tahu menahu apa yang dialami oleh Mawar. Bahkan desahan keluar dari bibir Mawar.
Bagas refleks memutar kepalanya dan kaget melihat Mawar yang sudah hampir telanjang dan sedang mencari kepuasan sendiri.
"Hei ... kamu sedang apa?" Bagas sangat syok.
"Berhenti gak, atau ... atau ...." Bagas tidak mampu mengeluarkan kata-kata karena diapun merasakan efek yang sama. Bagian bawah tubuhnya mendadak tegang. Ah, efek obat sialan itu masih terasa.
Mereka saling pandang penuh hasrat. Entah siapa yang memulai, mereka sudah saling melumat dengan ganas. Walau ini yang pertama kali, Bagas mampu memainkan insting alaminya. bibirnya dengan agresif mencumbu bibir sexy dan penuh didepannya. Sesekali dia menggigitinya dengan gigitan kecil. Lidahnya ia sapukan pada permukaan bibir sang wanita bahkan menelusup masuk ke rongga mulut Mawar. Menggodanya dengan sepenuh hasrat. Mawar tak kalah antusias. Dia membalas setiap gairah Bagas.
Mereka benar-benar sudah tak mampu mengendalikan diri. Mereka saling meraba, mencium dan memeluk. Hingga bunyi desahan keduanya begitu nyata terdengar. Lama mereka bergumul hingga saat puncak asmara mereka refleks Mawar menjerit, tapi Bagas tak mendengarnya. Hasrat pria itu sudah di ubun-ubun kepalanya. Bagas terus mencoba masuk hingga tak menyadari Mawar yang kesakitan. Akhirnya Mawar pun tampak menikmati permainan mereka setelah beradaptasi dengan milik Bagas. Bahkan desahan-desahan erotis selalu keluar dari bibirnya hingga mereka benar-benar menuntaskan hasrat mereka.
Bagas tergolek di samping Mawar, ini benar-benar pengalaman pertamanya. Rasanya sungguh luar biasa, ia menoleh ke arah Mawar. Mawar pun memandang Bagas, ia tak pernah tahu bahwa lelaki yang dingin dan arogan itu benar-benar lembut tapi ganas saat mencumbunya.
Keduanya benar-benar tak menyangka akan seranjang seperti ini. Bagas menghampiri Mawar memeluknya dan membenamkan kepala Mawar di dadanya. Mereka tertidur pulas setelah bermandikan peluh kemesraan.
***
Keesokan harinya, Bagas terbangun, menggeliat dan duduk. Matanya belum fokus dengan keadaan sekitar. Mawar yang merasakan ada gerakan di dekatnya pun terbangun. Ia memandang ke sekeliling, matanya menubruk mata Bagas. Hening hingga mereka menyadari mereka dalam keadaan polos.
"Aaaaaaa." Mawar refleks mendorong Bagas hingga Bagas terjungkal dari ranjang.
Gedebuk.
"Aduh sakit tahu!" omel Bagas.
Mawar berusaha duduk tapi dia merasa kesakitan pada inti tubuhnya. Sakit sekali.
"Awh. Sakit," rintih Mawar.
Bagas mendengar rintihan Mawar mereka berdua berpandangan kemudian menoleh kearah kasur dan terpampanglah bercak darah keperawanan disana.
"Mawar ...." Bagas berusaha memanggilnya.
Mawar hanya terdiam bahkan mulai terdengar isakan dari mulutnya. Hartanya, mahkotanya, oh tidak? Mawar mengutuk dirinya dalam hati.
Tak lama terdengar keributan di luar. Bagas dan Mawar refleks memakai pakaian mereka dengan tergesa.
"Keluar kalian!" Sebuah suara lantang disertai gedoran.
Bagas membuka pintu setelah memastikan mereka berpakaian.
Sekumpulan warga tengah memandang kedua manusia itu dengan tatapan marah.
"Kalian harus dihukum sesuai adat daerah kami atau dinikahkan," seru salah seorang dari mereka.
