Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

02 - Satu (B)

???

Target ketiga mereka adalah seorang pemain futsal yang udah digilai oleh Grenda dari empat bulan yang lalu tepatnya. Sebenarnya Grenda itu termasuk playgirl yang putus dan jadian sama cowok baru seperti gonta ganti celana dalem, tetapi entah mengapa sudah empat bulan ini dia begitu terpesona oleh sosok si pemain futsal.

Tidak sulit untuk mencari keberadaan incaran Grenda, mereka hanya perlu pergi ke lapangan futsal. Grenda berlari menuju calon kekasih hatinya itu tanpa memedulikan teriakan para fans Andrian yang sedang berdiri di pinggir lapangan.

"Dri, sini bentar donggg ... Gue mau ngomong sama looo ..." jerit Grenda tanpa malu-malu.

Andrian berlari pelan kearah Grenda dengan seragam futsal yang penuh keringat membasahi seluruh tubuhnya. Namun, tetap saja Grenda menatap Andrian dengan tatapan memuja.

"Ada apa? Lo mau ngomong apa, Gre? Kayaknya penting banget sampe lo nyamperin gue ke sini," ucap Andrian sembari mengacak-acak rambutnya.

"Lo mau nggak jadi pacar gue?" tanya Grenda to the point yang membuat Andrian melotot dan semua orang di sekitar mereka ikut terdiam.

"Lo lagi mengigau, ya? Nggak lucu banget sih lo, Gre!" ucap Andrian yang wajahnya kini telah memerah menahan malu.

"Ck! Emangnya muka gue keliatan becanda apa? Gue serius kali! Masa becanda sih? Sekarang tinggal lo jawab. Mau apa enggak?" ucap Grenda.

Andrian terlihat menggaruk tengguknya yang tidak gatal, memandang ke kanan kiri keadaan sekitarnya yang terlihat sama dengan Grenda yang menanti jawabnya.

"Sorry, Gre. Gue nggak bisa jadi pacar lo. Gue udah punya pacar. Sorry banget ya, Gre? Sorry banget. Lo nggak marah ‘kan sama gue?" ucap Andrian dengan lemah dan penuh rasa bersalah.

"Biasa aja kali. Gue ‘kan cuma nyoba-nyoba aja. Kali aja lo gak punya pacar, terus mau jadi pacar gue. Kalo lo udah punya pacar, yah mau diapain lagi? Semoga langgeng, ya? Gue cabut dulu. Bye, Driii ..." ucap Grenda panjang lebar dan secepat mungkin meninggalkan Andrian dan teman-temannya di lapangan futsal.

Grenda terlihat biasa, tapi ada sedikit raut kekecewaan dalam dirinya karena tidak bisa berhasil memenangkan hati seorang Andrian yang sudah disukainya dalam waktu empat bulan belakang ini.

"Lo kalo mau nangis, ini di bahu gue aja," ucap Gisella pada Grenda.

"Gila apa lo, ya? Gue nggak akan nangis cuma gara-gara ditolak gitu doang. Biasa aja kali, gue kan strong," ucap Grenda santai.

"Tapi mata lo merah banget, Gre. Kalo mau nangis, nggak apa-apa. Jangan ditahan-tahan," ucap Danisha.

"Ya, elahhh ... Kalian ini lebay banget sih! Emang gue nggak mau nangis, kenapa disuruh nangis? Ini soflens gue udah lewat dari lima jam nggak dilepas mangkanya begini. Nggak boleh Neg-Thing sama gue," ucap Grenda.

"Ya, udah deh. Kalo lo nggak kenapa-kenapa, kita ikut tenang, Gre," sahut Clarista.

"Huh, target ketiga gagal. Kita harus kerja keras buat target keempat ini," ucap Gisella.

"Udah tenang aja. Yang keempat ini, jinak kok. Apalagi yang bakal nembak so sweet begini, ya nggak?" ucap Danisha sembari menjawil dagu Clarista.

"Ya, udah. Nggak usah lama-lama lagi. Ayok ke aula. Lo harus check sound dulu, kan? Habis nyanyi baru deh, lo laksanain misi terakhir kita," Grenda menggiring ketiga sahabatnya menuju Aula.

"Tapi gue nggak pede," ucap Clarista lirih.

"Duh, suara lo bagus. Lo itu multitalent, tapi lo terlalu menutup diri. Lo bisa nyanyi, bisa ngedesain baju. Pokoknya lo itu T-O-P banget! Jadi nggak usah sok rendah diri deh, Cla."

"Saatnya lo tunjukkan sama semua isi sekolah yang nggak pernah menganggap lo ada selama tiga tahun ini. Kita selalu dukung lo kok, Cla."

"Iya, Cla. Lo nggak usah banyak mikir ini itu, pokoknya lo nyanyi aja,terus bikin doi meleleh sama suara lo. Kalau nggak sekarang, terus kapan lagi? Udah ini kita ‘kan bakal sibuk sama kuliah masing-masing."

"Makasih ya, girls. Kalian emang sahabat terbaik gue," ucap Clarista.

Gadis itu melambaikan tangannya kepada ketiga sahabatnya, dan menghilang dibalik pintu bertulisan khusus pengisi acara.

???

Gisella, Grenda dan Danisha berdiri paling depan menanti penampilan Clarista. Namun, mata mereka berjelajah mencari target keempat mereka.

Ternyata orang yang mereka cari itu berada tak jauh dari mereka, target keempat ini bernama Josh Nicolas yang biasa dipanggil Nico. Ia salah satu member most wanted di Sekolah ini.

Wajah tampan dan paling kalem diantara ketiga anggota yang lain. Nicolas bukan yang paling tampan diantara mereka, namun Clarista telah jatuh hati padanya. Dia terlihat paling baik di antara ketiga anggota yang lain.

MC sudah bercuap-cuap ria diatas panggung acara perpisahan kelulusan SMA Penabur Bunga. Tepuk tangan hanya sedikit yang terdengar ketika nama Clarista disebut, dikarenakan banyak siswa sekolah yang tidak begitu mengetahui sosok Clarista.

Clarista berdiri dengan canggung menatap ratusan penonton yang juga teman-teman satu sekolahnya. Dia ditunjuk oleh ibu Wati, guru kesenian untuk mengisi acara perpisahan dan memberikan kebebasan pada gadis itu untuk menyanyikan lagu apa pun.

Ketiga sahabat Clarista tampak memberikan semangat pada cewek cantik berambut sebahu, dengan t-shirt pink dan juga jeans biru dongker biasanya itu.

"Hai, semuanyaaa ... Nama gue Clarista dari kelas XII IPA 3. Hari ini gue mau nyanyi sebuah lagu buat seseorang yang juga ada disini. Semoga dia tahu perasaan gue dari lagu ini," sapa Clarista sebelum ia bernyanyi

"I lie awake at night. See things in black and white. I've only got you inside my mind. You know you have made me blind.I lie awake and pray, that you will look my way. I have all this longing in my heart. I knew it right from the start. Oh my pretty pretty boy I love you, like I never ever loved no one before you. Pretty pretty boy of mine, just tell me you love me too..."

Seusai menyanyikan sebuah lagu dari M2M-Pretty Boy, Clarista menolehkan diri ke arah ketiga sahabatnya. Setelah mendapat anggukan dari mereka, Clarista berjalan menuju Josh Nicolas atau yang sering dipanggil Nico.

Nico tampak sedang bercanda gurau dengan kedua sahabatnya, seketika terdiam ketika Clarista berdiri didekat mereka. Arah pandang seisi aula ini menuju ke Clarista.

"Hm.. Nico, gue bisa minta waktu lo sebentar nggak?" tanya Clarista pada Nicolas.

Laki-laki itu hanya menjawab dengan anggukkan kepala, tampak Clarista menarik napas panjang.

"Lagu tadi itu buat lo, Nic," ucap Clarista memberanikan diri.

Nico hanya menatapnya lama dan tersenyum simpul. Maju dua langkah mendekati posisi Clarista berdiri.

"Terus?" tanya Nico.

Clarista terlihat gugup, bahkan peluh sudah membasahi dahinya. Tampak Clarista tengah menggigit bibirnya dalam. Dengan sisa keberanian yang ada, akhirnya ia memberanikan diri bertanya, "hmm- elo, mau nggak jadi pacar gue?" ucap Clarista cepat.

Nico hanya diam tanpa ekspresi, menatap lekat wajah Clarista. Di sana juga tampak kedua teman Nico. Ada Alexander dan Jammie yang tersenyum menggoda di belakangnya. Semua yang sedang berada di Aula, menantikan jawaban Nico mengenai ajakan berpacaran dari salah satu murid yang tidak begitu populer di sekolah mereka.

"Menurut lo, gue harus jawab apa?" tanya Nico pongah pada Clarista yang nampak gugup di depannya.

Clarista hanya diam dan menunduk mendengar pertanyaan yang diajukan Nico padanya. Perasaannya saat ini bercampur aduk, antara malu dan juga gugup.

“Udah gila kali yah gue mau nerima lo. Emangnya lo itu siapa, mau jadi pacar gue? Lo harus ngaca diri lo dulu sebelum nembak gue.”

“Gue seganteng dan sekeren ini, masa iya pacaran sama cewek modelan lo begini. Cupu dan kampungan. Kita sama sekali gak selevel. Lo sukses mempermalukan diri lo sendiri di depan semua orang. Lo itu ...” ucap Nico panjang lebar.

Clarista berlari meninggalkan Aula diiringi oleh riuhnya cemoohan dari semua orang yang berada di dalam aula yang tidak bersimpati padanya. Clarista tidak ingin mendengar lebih banyak lagi ucapan kasar yang dilontarkan Nico untuknya. Sebelum keluar aula, Gisella dan Grenda mengacungkan jari tengahnya lalu berlari mengejar Clarista.

PLAKKK

Bunyi tamparan keras terdengar begitu nyaring di dalam Aula SMA Penabur Bunga, karena ulah salah satu dari sahabat Clarista.

"Lo pantes nerima itu," ucap Danisha pada Nico yang membuat Nico tertegun di tempat.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel