Pilihan yang Terlambat
Aisha dan Reza berdiri di tengah taman yang sunyi, jauh dari keramaian pesta yang terus berlangsung di dalam istana keluarga mereka. Angin malam berhembus lembut, seolah membawa sejuta pertanyaan yang membekas di hati Aisha. Meski baru bertemu, ia merasa ada ikatan yang tak terjelaskan dengan Reza. Tatapan mata mereka saling menyatu, dan dalam sekejap, Aisha merasa seperti menemukan seseorang yang benar-benar mengerti dirinya.
Namun, sebelum ia sempat mengungkapkan perasaan yang mulai tumbuh di dalam hatinya, suara keras tiba-tiba menginterupsi keheningan itu.
"Aisha!"
Aisha menoleh dengan cepat, hanya untuk melihat ibunya berjalan tergesa-gesa, diikuti oleh beberapa pelayan dan pengawal istana. Wajah ibunya tampak tegang, ekspresi yang belum pernah terlihat sebelumnya dalam pesta-pesta yang biasa mereka gelar. Aisha merasa ketegangan di udara semakin nyata, sesuatu yang terasa berbeda dari biasanya.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Kamu seharusnya berada di dalam, menyapa tamu-tamu kita!" Suara ibu Aisha terdengar tegas, hampir marah. "Apa yang akan mereka pikirkan kalau mereka tahu kau meninggalkan pesta begitu saja? Kamu tidak bisa membuat keluarga ini malu!"
Aisha terkejut. Ia sudah terbiasa dengan nasihat-nasihat ibunya yang tegas, namun ada sesuatu dalam cara ibunya berbicara kali ini yang membuatnya merasa ada yang sangat salah. Keluarga mereka adalah salah satu keluarga paling berpengaruh dan terkaya di dunia, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan citra dan status sosial harus dijaga dengan sempurna.
"Maafkan aku, Bu," kata Aisha dengan nada pelan, berusaha menenangkan ibunya. "Aku hanya—"
"Jangan coba-coba beralasan! Kau tahu apa yang akan terjadi jika orang-orang tahu tentang ini," potong ibunya dengan cepat, menatapnya tajam. "Kamu terlalu banyak bertanya-tanya tentang kehidupan di luar sana, tapi jangan pernah lupa siapa dirimu, Aisha. Kamu adalah putri dari keluarga ini. Dunia luar tidak akan memberi apa-apa selain kehancuran."
Aisha merasa kaget dengan kata-kata ibunya. Selama ini, ia selalu menjalani kehidupan yang glamor dan serba ada, dikelilingi oleh fasilitas terbaik dan akses ke dunia yang hanya bisa dijangkau oleh sedikit orang. Sebagai pewaris keluarga billioner, ia diperlakukan seperti sosok yang tak bisa melakukan kesalahan. Tapi hatinya yang lelah bertanya-tanya tentang kebahagiaan sejati, mulai meragukan semua yang selama ini ia percayai.
"Baiklah, Bu," jawab Aisha dengan suara lemah, mencoba menenangkan diri. "Aku akan kembali."
Namun, sebelum Aisha melangkah masuk ke dalam istana, ibunya menghentikannya. "Tunggu," kata ibunya dengan suara lebih rendah, penuh tekanan. "Ada sesuatu yang perlu kau ketahui."
Aisha merasa jantungnya berdebar lebih cepat. Ia menoleh, dan ibunya menggenggam sebuah surat yang tertutup rapat. Wajah ibunya tampak lebih serius dari sebelumnya, seperti seseorang yang menyembunyikan rahasia besar.
"Ada tawaran yang datang dari keluarga kerajaan. Mereka ingin mengatur pernikahanmu dengan putra mahkota, Arya." Ibunya menghela napas panjang, seolah mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Ini kesempatan terbaik untuk kita, Aisha."
Aisha terdiam. Tawaran itu? Pernikahan dengan putra mahkota? Sejak kecil, ia selalu diajarkan untuk menghormati hubungan keluarga mereka dengan kerajaan, namun ini adalah kali pertama ia mendengar tentang rencana pernikahan tersebut. Selama ini, ia mengira bahwa semuanya berjalan seperti biasa—dengan pesta dan pertemuan yang memamerkan kekayaan keluarga mereka—tanpa menyadari bahwa kehidupannya telah direncanakan sejak lama.
"Kenapa baru sekarang kamu memberi tahu aku?" tanya Aisha, suaranya bergetar. "Kenapa tidak pernah kau beri aku kesempatan untuk memilih?"
Ibunya menatapnya dengan tatapan dingin, seolah tidak memahami kemarahan anaknya. "Ini untuk kebaikan keluarga kita, Aisha. Ini adalah langkah yang harus kita ambil. Putra mahkota bukan hanya pria yang cocok untukmu, tapi ini adalah langkah yang akan mengamankan masa depan kita semua. Kamu tidak bisa menolaknya."
Aisha merasa dunia sekitarnya runtuh. Semua yang ia yakini tentang kebebasan dan pilihan hidup ternyata hanyalah ilusi belaka. Cinta? Kebahagiaan sejati? Semuanya tidak ada dalam gambaran yang dipaksakan oleh ibunya. Ia merasa terperangkap di dalam dunia yang tidak pernah ia pilih.
"Reza..." kata Aisha perlahan, berbalik melihat pemuda itu yang kini tampak semakin cemas. "Aku—aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan."
Namun, sebelum Reza bisa menjawab, suara langkah kaki lain terdengar mendekat. Kali ini, yang muncul adalah seorang pria tampan berpakaian resmi, dengan rambut gelap dan mata tajam. Aisha langsung mengenali sosok itu—putra mahkota, Arya. Di sampingnya, seorang penjaga kerajaan berdiri tegak, memberikan rasa kewibawaan pada suasana yang semakin tegang.
Arya menatap Aisha dengan senyum terpelihara. "Putri Aisha," sapanya dengan suara lembut namun penuh kekuatan. "Saya ingin berbicara denganmu. Ada hal penting yang perlu kita bahas."
Aisha merasa tubuhnya kaku. Putra mahkota yang tak pernah ia bayangkan bisa hadir di hadapannya kini berdiri dengan senyum penuh harapan, siap membawa hidupnya ke dalam dunia yang lebih besar—dunia yang lebih berbahaya dan lebih penuh intrik daripada yang pernah ia duga.
Namun, ada sesuatu yang lebih mengejutkan lagi. Reza, yang tampaknya sudah tahu tentang kedatangan Arya, mengalihkan pandangannya ke tanah. Aisha bisa merasakan ketegangan di udara. Reza bukanlah sosok biasa. Pemuda yang selama ini ia kira adalah seorang pria biasa dari luar kalangan bangsawan, ternyata memiliki peran yang jauh lebih besar dalam permainan keluarga mereka.
Aisha menatap Reza, mata mereka bertemu untuk sejenak, dan Aisha merasa dunia seakan runtuh di hadapannya. "Kenapa kamu di sini, Reza?" tanyanya dengan suara bergetar.
Reza hanya menatapnya dengan tatapan penuh makna, lalu menghela napas panjang. "Karena aku... sebenarnya datang untuk mengingatkanmu, Aisha. Kamu telah terjebak dalam permainan yang lebih besar dari yang kamu kira."
Aisha merasa tubuhnya lemas. Ia mulai menyadari sesuatu yang lebih mengejutkan—Reza bukanlah orang biasa. Dia adalah bagian dari konspirasi yang lebih besar, bagian dari sebuah permainan yang melibatkan kerajaan dan kekayaan keluarga mereka. Selama ini, ia telah dibutakan oleh kemewahan dunia yang tampaknya sempurna. Namun, kini ia terpaksa menghadapi kenyataan bahwa hidupnya bukan hanya miliknya—ia adalah bagian dari roda kekuasaan yang lebih rumit dan berbahaya.
Aisha berdiri di persimpangan jalan, terjebak dalam pilihan yang tak pernah ia duga. Duniaku yang selama ini kuanggap sempurna, ternyata hanyalah satu bagian dari permainan besar yang lebih gelap.
**
Aisha berdiri terpaku, menyaksikan perubahan ekspresi di wajah Reza. Pemuda yang selama ini ia anggap hanya seorang tamu biasa, kini tampak sangat berbeda. Ada kekosongan yang tersembunyi di balik tatapannya, yang sebelumnya penuh harapan, namun kini dipenuhi dengan rasa kecewa dan rasa bersalah yang tak bisa disembunyikan.
"Reza..." Aisha berkata perlahan, "Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang kau sembunyikan dariku?"
Reza menunduk, matanya tak lagi berani menatapnya. "Aisha, aku tidak ingin kau terjebak dalam dunia ini. Dunia yang penuh dengan permainan politik dan kekuasaan. Aku datang untuk memperingatkan mu, karena aku tahu lebih banyak tentang keluarga kita daripada yang kau bayangkan."
Aisha merasa jantungnya berdegup semakin cepat. Kata-kata Reza menggema di telinganya. Keluarga mereka adalah salah satu konglomerat terkaya di dunia, sebuah kekuatan yang tidak hanya menguasai ekonomi, tetapi juga hubungan dengan kerajaan. Namun, ia tak pernah membayangkan ada hal-hal yang lebih dalam lagi yang melibatkan dirinya.
“Apa maksudmu dengan 'keluarga kita'?” tanya Aisha, suaranya hampir tak terdengar. Hatinya merasa hancur, seolah ada bagian dari hidupnya yang selama ini terlupakan.
Reza menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya mengangkat wajahnya, dan Aisha bisa melihat bahwa ada penyesalan yang mendalam di matanya. "Keluargamu, Aisha... Keluarga kita. Aku bukan hanya seorang pemuda biasa. Aku bagian dari rencana besar yang telah dirancang jauh sebelum kita bertemu. Aku bekerja untuk keluarga kerajaan. Aku—"
"Apa?!" Aisha terkejut, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Jadi... semua ini... semua yang kau katakan selama ini tentang kebebasan dan pilihan, hanya sebuah kebohongan?"
Reza terdiam, kemudian mengangguk perlahan. "Aku datang ke sini dengan tujuan tertentu. Aku mengamati dirimu, Aisha. Aku tahu bahwa hidupmu tidak seindah yang kau bayangkan. Tapi aku tidak bisa membiarkanmu terjerumus lebih dalam lagi. Keluargamu terlibat dalam banyak kesepakatan gelap dengan kerajaan. Dan pernikahanmu dengan putra mahkota Arya... itu bukanlah kebetulan. Semua ini adalah bagian dari rencana yang lebih besar."
Aisha merasa kakinya lemas, dan dunia sekitarnya mulai berputar. Apa yang ia dengar terasa seperti sebuah mimpi buruk yang baru saja dimulai. Selama ini, hidupnya penuh dengan pesta, pertemuan sosial, dan segala kemewahan dunia. Namun di balik semua itu, ia tidak pernah tahu betapa dalamnya permainan yang terjadi di balik layar. Semua orang yang ia percayai, bahkan orang terdekatnya, memiliki agenda mereka sendiri.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya Aisha, suaranya bergetar. "Aku sudah terperangkap dalam dunia ini, bukan? Tidak ada jalan keluar lagi."
Reza menatapnya dengan tatapan penuh penyesalan. "Ada satu pilihan, Aisha. Tapi itu berbahaya. Kau harus memilih, apakah kau akan tetap menjadi bagian dari dunia ini atau berjuang untuk kebebasanmu. Jika kau memilih untuk keluar, kau akan kehilangan semuanya—statusmu, keluargamu, bahkan orang-orang yang kau anggap teman."
Aisha merasa seolah dunia terbelah menjadi dua. Di satu sisi, ia ingin keluar dari kehidupan yang selama ini ia jalani—kehidupan yang penuh dengan kekayaan dan kemewahan, namun juga penuh dengan kebohongan dan manipulasi. Namun, di sisi lain, ia tahu bahwa memilih untuk melawan arus berarti akan kehilangan segalanya.
Suasana semakin tegang ketika Arya, putra mahkota, mendekat. Dia sudah berdiri di sana sejak awal, menyaksikan percakapan mereka, namun kali ini dia tampak lebih serius daripada sebelumnya. Wajahnya tidak lagi menunjukkan senyum yang biasa, dan matanya penuh dengan kewaspadaan.
"Aisha," kata Arya, suara tenang namun penuh kekuatan. "Aku tahu kau mendengar percakapan itu. Aku ingin kau tahu bahwa aku berada di sini bukan hanya sebagai putra mahkota, tetapi sebagai seseorang yang memiliki peran besar dalam keputusan-keputusan yang akan datang. Ini bukan hanya tentangmu dan aku, tapi tentang masa depan kerajaan ini."
Aisha menatap Arya dengan mata penuh pertanyaan. "Apa yang kau maksud dengan masa depan kerajaan?"
Arya menghela napas, dan untuk pertama kalinya, Aisha melihat kilasan ketegangan di mata putra mahkota itu. "Aku juga terlibat dalam permainan ini, Aisha. Semua yang terjadi, termasuk pernikahan kita, sudah direncanakan jauh sebelum kita dilahirkan. Aku bukan hanya memilihmu karena aku ingin, tetapi karena kita berdua memiliki peran dalam sebuah perjanjian yang sudah ditandatangani oleh orang tua kita."
Aisha merasa dunia seakan runtuh di hadapannya. Ia terjebak dalam sebuah permainan yang tidak ia pilih, di mana orang-orang di sekitarnya, termasuk Reza dan Arya, bukanlah siapa yang mereka tampak. Semua ini adalah bagian dari konspirasi yang lebih besar, dan ia hanya sekadar pion dalam permainan mereka.
Namun, di balik kebingungannya, Aisha merasakan sebuah perasaan yang lebih kuat—keinginan untuk membebaskan dirinya dari dunia yang selama ini memenjarakannya. Ia tidak ingin menjadi alat dalam permainan yang dimainkan oleh orang-orang yang tak pernah peduli padanya.
"Jika ini semua sudah direncanakan, jika aku hanya sekadar bagian dari strategi, maka aku memilih untuk keluar," kata Aisha dengan suara tegas. "Aku tidak akan terjebak dalam kehidupan yang tidak kuinginkan. Tidak peduli betapa sulitnya itu, aku akan menemukan jalanku sendiri."
Reza menatapnya dengan mata penuh penyesalan, tetapi ada rasa hormat dalam tatapannya. "Aisha, jika itu yang kau pilih... maka aku akan membantumu. Tapi ingat, jalan ini tidak akan mudah. Kau harus siap untuk kehilangan semuanya."
Aisha mengangguk, meskipun hatinya penuh ketakutan. Ia tahu bahwa langkah yang akan ia ambil adalah langkah yang sangat berisiko. Tetapi hidupnya tidak bisa terus berjalan dalam kebohongan dan penipuan. Ia harus berjuang untuk menemukan kebebasan yang selama ini hilang.
Dengan langkah pasti, Aisha menatap Reza dan Arya. "Aku akan keluar dari dunia ini. Aku akan mencari jalan sendiri, meskipun aku harus melawan keluargaku sendiri. Aku tidak akan menjadi bagian dari permainan ini."
Aisha melangkah menuju jalan yang penuh ketidakpastian, meninggalkan segala kemewahan, kekuasaan, dan aturan yang selama ini mengikatnya. Dunia baru yang menanti di depan adalah dunia yang akan membentuk dirinya menjadi seseorang yang berbeda. Tetapi apakah ia bisa bertahan? Atau justru akan terjerumus lebih dalam lagi dalam konspirasi yang lebih gelap? Waktu yang akan menjawab.
**
