Bab 2 Pelayan Jahat, Mati Saja
Gadis dalam cermin itu mengenakan pakaian merah, meski telah compang-camping, kulit yang terbuka tampak bening, halus, dan begitu lembut hingga seakan bisa pecah hanya dengan hembusan napas, namun justru membuat bekas-bekas memar kebiruan dan lebam ungu kemerahan akibat penganiayaan tadi malam terlihat semakin mengerikan.
Tubuhnya indah, lekukannya memesona. Dia memiliki sebuah postur yang semestinya sangat memikat, namun wajahnya... sebuah bercak ungu kemerahan membentang dari ujung alis kirinya hingga menjalar ke sudut bibir, tampak begitu mengerikan dan buruk rupa!
Benar-benar wanita buruk rupa!
Sudut bibir Yun Ranfeng sedikit berkedut.
Dengan wajah seperti ini, dari mana pemilik tubuh berani mati-matian mengejar-ngejar Xiao Jinming? Memang, lelaki itu layak disebut laknat—tapi wajahnya benar-benar sempurna tanpa cela. Apalagi ditambah sifat buruk pemilik tubuh yang keras kepala dan sembrono, tak heran Xiao Jinming sama sekali tak memandangnya!
Namun, yang membuat Yun Ranfeng naik darah adalah pemilik tubuh itu dengan sengaja merendahkan diri menjadi orang ketiga, lalu meninggal begitu saja dan kini meninggalkan segunung masalah padanya. Sialan sekali!
Dia mendekat ke cermin, memeriksa lebih teliti. Menurut ingatan, bercak merah ini sejak lahir sudah ada dan sebagai ilmuwan virus sekaligus doktor kedokteran, dia langsung bisa mendiagnosis, itu adalah tanda lahir berupa hemangioma akibat kelainan pembuluh darah, yang di dunia modern bisa diatasi dengan terapi laser.
Sayangnya, ini zaman kuno, bahkan flu biasa saja bisa berujung kematian, apalagi memikirkan perawatan tanda lahir?
Namun, saat memandang sekeliling ke alat-alat medis yang begitu familiar, Yun Ranfeng merasa lega. Laboratoriumnya ikut menembus waktu. Tanda lahir semacam ini? Pasti bisa diatasi dengan mudah.
Baru saja dia hendak memeriksa lebih lanjut, tiba-tiba terdengar dentuman keras dari luar. Sorot matanya langsung mengeras. Jangan-jangan lelaki laknat itu kembali? Tangannya menyentuh gelang giok, dan dalam sekejap dia kembali ke atas ranjang pengantin yang masih berantakan.
Hampir bersamaan, pintu besar terbuka dengan paksa dari luar. Seorang wanita tua, pendek, sedikit gemuk, wajahnya penuh garis kejam melangkah masuk. Begitu melihat Yun Ranfeng, dia langsung berseru dengan suara nyaring dan menyebalkan, "Ya ampun! Pengantin wanita masih belum bangun juga, padahal matahari sudah tinggi! Sungguh, aturan di Kediaman Jenderal Besar benar-benar membuat orang tak bisa menaruh hormat!"
Yun Ranfeng yang sedang asyik dengan urusannya terganggu, lalu mendengar nada sindiran itu. Amarah langsung menyala di dadanya, "Kamu siapa? Pagi-pagi begini menggonggong sembarangan!"
Wanita tua itu nyengir, lalu menjauh dua langkah sambil matanya berputar memindai seisi ruangan, lalu tertawa semakin lebar, "Aku adalah bibi pengurus di Kediaman Pangeran Kedelapan! Peristiwa di kamar pengantin semalam sudah diketahui seisi rumah. Hamba tua ini datang atas niat baik untuk mengajari Permaisuri Pangeran aturan yang berlaku di kediaman kami."
Bibi pengurus?
Alis Yun Ranfeng berkerut. Dengan tatapan tajam penuh penghinaan, dia memeriksa wanita itu dari ujung rambut hingga kaki, lalu suaranya mengeras, dingin dan menggema, "Hanya seorang pelayan, siapa yang memberimu keberanian masuk ke kamar tidur permaisuri tanpa izin? Apakah inilah aturan di Kediaman Pangeran Kedelapan?!"
Wanita tua itu mendengus, lalu mengangkat dagunya tinggi-tinggi, "Ini juga atas perintah Pangeran Kedelapan sendiri!"
"Meski Permaisuri Pangeran berasal dari keluarga terhormat, namun sikapmu yang tidak senonoh sudah terlihat nyata di mata semua orang. Yang Mulia kami adalah sosok langka bak dewa, luar biasa dan mulia. Sedangkan kamu, dengan wajah buruk rupa seperti ini, jika bukan karena memaksa diri menempel padanya, mana mungkin layak menjadi pasangannya?"
"Hanya karena Yang Mulia kami berhati baik, kamu baru bisa diterima, meski terpaksa. Jadi, ingatlah baik-baik, mulai hari ini, jangan pernah keluar dari kamar ini tanpa alasan. Jangan sampai mengganggu ketenangan Yang Mulia."
Yun Ranfeng menatap wanita tua itu dari atas ke bawah. Mulutnya terus bergerak tanpa henti, lidahnya berputar begitu cepat hingga busa putih nyaris muncul di sudut bibir, membuatnya mual bukan kepalang.
Setelah mendengar semua itu, Yun Ranfeng justru tertawa. Dia tertawa karena marah. Dia, sebagai korban, belum sempat menuntut balas pada Xiao Jinming, malah berani mengirim pelayan jahat semacam ini untuk menghinanya?
Matanya menyipit, lalu dengan senyum dingin, dia mengangkat tangan.
"Plak!"
Tamparan renyah mendarat di pipi wanita tua itu. Wajah gemuknya bergetar hebat, bahkan telapak tangan Yun Ranfeng pun terasa kesemutan.
Namun, di dalam hatinya dia lega luar biasa.
Rasa sesak dan penghinaan yang menumpuk sejak semalam pun terasa sedikit terlepas.
Wanita tua itu terkejut, menjerit kesakitan, lalu memegang pipinya dalam kebingungan selama beberapa saat, sebelum akhirnya berteriak marah dan ketakutan, "Kamu berani memukulku?!"
Yun Ranfeng tersenyum dingin, matanya penuh penghinaan, "Memukulmu? Memangnya kenapa? Aku adalah permaisuri sah Pangeran Kedelapan, ditetapkan langsung oleh Kaisar dan Ibu Suri. Menghukum seorang pelayan rendahan sepertimu apa perlu izin orang lain?"
Wajah wanita tua itu langsung berubah. Dia adalah pelayan pribadi Qi Xinzhi dan karena yakin majikannya itulah calon permaisuri pangeran yang seharusnya, dia tak jarang memanfaatkan posisinya untuk menindas orang lain.
Kini, posisi permaisuri yang seharusnya milik majikannya direbut paksa oleh wanita ini. Dia marah melampiaskan kekesalan Qi Xinzhi, sekaligus khawatir nasibnya sendiri di masa depan. Makanya dia datang untuk "mencari keadilan".
Yun Ranfeng kembali mendengus. Namun, tiba-tiba dia menyadari sesuatu, mengapa di kamar ini tidak ada orang lain?
Pandangannya menyapu seisi ruangan, lalu tiba-tiba teringat, pemilik tubuh memiliki seorang pelayan pribadi bernama Lin Lang. Kemarin, karena menjatuhkan cangkir teh, dia dihukum dan saat itu, pemilik tubuh sedang dalam bahaya, jadi tak sempat menolongnya.
Di seluruh Kediaman Pangeran Kedelapan, hanya Lin Lang-lah yang benar-benar tulus kepada pemilik tubuh. Sebagai pendatang baru, Yun Ranfeng sangat membutuhkan seseorang yang setia di sisinya.
Berpikir demikian, wajahnya langsung mengeras. Dia menunjuk wanita tua itu dan memerintah dengan tegas, "Apakah pelayanku telah kamu kurung? Segera kembalikan dia kepadaku atau aku akan segera menghukummu karena berani melawan tuan rumah!"
Namun, wanita tua itu justru tertawa mengejek. Tubuhnya tak lagi gemetar, malah sengaja menegakkan dada dengan bangga, "Permaisuri Pangeran jangan terburu marah. Pelayan Anda melakukan kesalahan tentu harus dihukum. Setelah diberi pelajaran baru akan kami kembalikan. Bila Anda benar-benar menghargai martabat, maka harus bersikap adil tanpa pandang bulu!"
Apa maksudmu "bersikap adil"? Jelas-jelas ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menginjak-injak orangku!
Mata Yun Ranfeng yang berkilat dingin menatap wanita tua itu dalam diam selama beberapa detik, lalu berkata pelan namun tajam, "Lin Lang adalah pelayan pribadiku, bila dia bersalah, hanya aku yang berhak menghukumnya. Sejak kapan kamu berani ikut campur?!"
Wanita tua itu mengangkat dagu, mencibir berulang kali, "Siapa pun yang bersalah, wajib dihukum, itu aturan di kediaman ini! Bahkan pelayan Anda pun tak terkecuali. Anak sialan itu telah mengganggu ketenangan tuan, dihukum mati pun masih terlalu ringan! Bila Anda benar-benar ingin dia kembali, silakan ajukan permohonan langsung kepada Pangeran Kedelapan!"
Setelah berkata demikian, wanita tua itu berbalik dengan penuh kemenangan.
Hati Yun Ranfeng langsung berat. Apa mungkin Xiao Jinming membantunya?
Dia harus segera memberi pelajaran wanita jahat ini. Kalau tidak, sebagai permaisuri sah Pangeran Kedelapan, dia bahkan tak mampu melindungi pelayan pribadinya dan malah diinjak-injak oleh seorang pelayan rendahan. Bagaimana mungkin dia bisa menegakkan wibawa di masa depan?
Dengan pikiran itu, matanya tiba-tiba berkilat dingin. Dalam sekejap, sebuah pil kecil sudah tergenggam di tangannya. Dia melangkah cepat, mengejar wanita tua itu, lalu sebelum dia sempat keluar, Yun Ranfeng menarik kerah bajunya dan menariknya kembali.
Wanita tua itu tersandung, belum sempat bereaksi, Yun Ranfeng sudah sigap memasukkan pil itu ke dalam mulutnya yang terbuka lebar. Pil itu sebesar butiran beras, larut seketika, bahkan meninggalkan rasa manis yang samar.
Refleks, wanita tua itu menelan. Dia baru kemudian tersadar, wajahnya pucat pasi, "K-kau memberiku makan apa?!"
Yun Ranfeng mengangkat alis, lalu tersenyum dingin, "Barang bagus, tentu saja."
Belum usai ucapannya, tubuh wanita tua itu bergetar ringan. Lalu rasa gatal yang tak tertahankan langsung menjalar ke seluruh tubuhnya. Dia berusaha menahan, namun rasa gatal itu bagai puluhan semut menggerogoti kulitnya dari dalam.
Tanpa sadar, tangannya mulai menggaruk. Semakin lama semakin liar, hingga akhirnya tak mampu lagi menjaga kesopanan. Dia meraung penuh kebencian, "Wanita hina... apa yang telah kamu lakukan padaku?!"
Yun Ranfeng tersenyum kejam, "Ini adalah bubuk seribu serangga. Khusus kubuat untuk pelayan sombong sepertimu yang tak tahu tata krama. Efeknya langsung muncul, gatal tak tertahankan. Tanpa penawar dariku, kamu akan terus menggaruk sampai kulitmu robek, daging terkelupas, darah mengalir habis..."
Wanita tua itu langsung menggigil. Betapa pun dia ingin menyangkal, rasa gatal menusuk tulang itu tak bisa ditahan lagi. "Duk!"
Dia jatuh berlutut, menangis histeris, "M-maafkan... maafkan hamba... Yang Mulia Permaisuri, ampuni hamba... hamba buta, sungguh buta..."
Baru segini saja sudah menyerah?
Yun Ranfeng mendengus dingin, "Baiklah, aku bisa memaafkanmu asal kamu segera kembalikan pelayanku!"
Wanita tua itu buru-buru mengangguk, lalu bergegas keluar. Tak lama kemudian, dia kembali membawa seorang gadis kecil berusia sekitar dua belas atau tiga belas tahun.
Begitu melihat kondisi pelayan itu, amarah Yun Ranfeng meledak sepenuhnya. Gadis kecil itu wajahnya mungil, sebesar telapak tangan, namun kini bengkak parah, penuh luka memar dan bekas darah segar hingga nyaris tak bisa dikenali wajah aslinya...
Jantung Yun Ranfeng terasa dicengkeram erat. Matanya menatap tajam pada wanita tua itu, perlahan memerah, lalu dengan suara rendah dan mengerikan, dia bertanya, "Kamu... ingin penawarnya?"
