Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 15 Menghangatkan Ranjangku?

Zhui Feng sebenarnya juga sangat penasaran dengan benda bernama Browning itu. Tapi begitu melihat wajah gelap tuannya, dia langsung menunduk, pura-pura tidak melihat apa-apa, menahan semua pertanyaan yang hampir keluar. Dia berdeham pelan.

"Yang Mulia, bagaimana dengan... ini semua?"

Paviliun He Xin dari awal sudah tidak luas. Kini, dengan belasan mayat tergeletak berserakan di tanah, tempat itu terasa makin sempit dan pengap.

Xiao Jinming menoleh, ekspresinya dingin seperti es. "Perlu aku ajari?"

Zhui Feng mengusap hidungnya pasrah, lalu segera pergi mencari orang untuk membersihkan semuanya.

Ekspresi bingung sekaligus takut milik Zhui Feng membuat Yun Ranfeng nyaris tertawa. Terlintas lagi di benaknya bahwa barusan, bagaimanapun juga, Xiao Jinming memang datang untuk menyelamatkannya. Meski dia tidak berterima kasih, tapi dia bisa mengaku bahwa pria itu masih punya sedikit hati nurani. Maka kali ini, dia memberi "pengampunan" langka.

"Sudahlah, pergilah. Tengah malam begini malah ganggu orang tidur."

Gerakan tangannya yang seolah mengusir lalat itu membuat Xiao Jinming hampir meledak. Wajahnya semakin kelam.

"Kamu pikir kamu masih bisa tidur setelah ini?"

Yun Ranfeng, tentu saja, tidak mau kalah. Dia mengangkat dagu, tersenyum genit.

"Tidak bisa tidur? Ya sudah, kenapa kamu tidak tinggal di sini saja? Temani aku."

"......"

Xiao Jinming merasa dirinya seperti orang baik yang malah digigit anjing. Benar-benar menyesal datang ke sini! Dia menatapnya dengan wajah sehitam arang, lalu berbalik dan menyibakkan lengan bajunya dengan marah.

Begitu berjalan agak jauh, dia masih bisa mendengar tawa riang Yun Ranfeng di belakang.

Wanita terkutuk itu!

Zhui Feng diam-diam melirik tuannya, lalu menatap Yun Ranfeng yang masih tertawa terpingkal-pingkal. Dalam hati dia benar-benar kagum. Wanita ini punya keberanian dan keteguhan luar biasa. Dibandingkan dengan Selir Samping, mereka bahkan bukan di level yang sama!

Dia benar-benar penasaran, bagaimana caranya tuannya bisa terjerat dengan wanita semacam ini?

Karena tuannya sendiri sudah kalah dalam adu mulut, Zhui Feng tentu tidak berani bersikap macam-macam. Dia mempercepat langkah, menyelesaikan semua urusan di halaman, lalu membungkuk ke arah Yun Ranfeng.

"Permaisuri, sudah selesai."

Selesai berkata, dia buru-buru kabur seperti dikejar setan.

Yun Ranfeng tertawa puas, lalu kembali ke laboratorium dan tidur nyenyak untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

Keesokan paginya, ketika dia bangun, kamar sudah rapi bersih—jelas hasil kerja Lin Lang.

Gadis kecil itu tampak ingin bicara tapi ragu, sampai akhirnya memberanikan diri bertanya dengan suara pelan,

"Nona... tadi malam, apakah Yang Mulia datang ke sini?"

Dia tahu kebiasaan majikannya. Tidur selalu tenang, tidak pernah membuat berantakan. Tapi setiap kali Pangeran datang, kamar ini pasti kacau balau seperti baru saja dilanda perang.

Yun Ranfeng menguap panjang. "Iya, dia datang. Sekalian juga membawa beberapa tamu tak diundang, para pembunuh."

"Pembunuh?!" Lin Lang langsung pucat dan melompat ke depan Yun Ranfeng, panik luar biasa. "Nona, Anda tidak terluka, kan? Anda tidak kenapa-kenapa, kan?"

Yun Ranfeng menepuk bahu si gadis kecil yang ketakutan, tersenyum santai. "Tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Jangan cemas seperti ayam kehilangan induk begitu."

Lin Lang tetap tidak tenang. Dia memeriksa tubuh Yun Ranfeng dari kepala hingga kaki, baru setelah memastikan tidak ada satu gores pun, napasnya perlahan teratur kembali. Tapi matanya masih memerah.

"Nona, apa kita tidak lebih baik melapor saja ke Jenderal? Atau setidaknya ke Ibu Suri? Kalau terus begini, bagaimana kita bisa hidup tenang?"

Yun Ranfeng tersenyum tipis. "Bersandar pada gunung, gunung pun bisa runtuh; bersandar pada orang, orang juga bisa pergi. Hidup tetap harus kita jalani sendiri."

Lin Lang terpaku mendengar kata-kata itu. "Nona, jangan bicara begitu, aku takut..."

Yun Ranfeng terkekeh, lalu mengganti topik dengan nada ringan. "Ayahku sudah tidak muda lagi. Aku tidak tega membuat beliau khawatir setiap hari hanya karena urusanku yang sepele."

Mata Lin Lang langsung berkaca-kaca karena terharu. "Nona, kalau Jenderal tahu betapa bijaknya Anda, pasti beliau akan sangat bangga!"

Sementara itu, di ruang kerja utama, suasana benar-benar berbeda.

Xiao Jinming duduk tegak di balik meja, ekspresinya keras dan dingin. Aura yang terpancar dari tubuhnya seperti es membeku, membuat seluruh ruangan terasa dingin menggigit.

Zhui Feng menatapnya diam-diam, menunggu perintah.

"Lanjutkan," ujar Xiao Jinming datar.

"Semalam kedatangan para pembunuh sangat mencurigakan," lapor Zhui Feng. "Lebih aneh lagi, kami mencari jejak mereka sepanjang malam tapi tak menemukan apa pun. Seolah mereka muncul dari udara dan menghilang begitu saja."

Xiao Jinming menatap hampa beberapa saat, lalu berkata rendah, "Teruskan pencarian. Selama mereka masih hidup di dunia ini, tidak mungkin tidak meninggalkan jejak."

"Baik." Zhui Feng mengangguk, tapi tidak beranjak.

Xiao Jinming mengangkat alis. "Ada lagi?"

Zhui Feng tampak ragu, tapi akhirnya tetap berbicara pelan, "Yang Mulia... apakah Anda tahu benda apa yang digunakan Permaisuri semalam? Senjata itu... kekuatannya luar biasa, jauh melampaui senjata tersembunyi mana pun."

Kening Xiao Jinming berkerut, namun dia tidak menjawab.

Melihat reaksi itu, Zhui Feng tahu diri. "Hamba lancang. Mohon maaf. Aku akan lanjutkan penyelidikan para pembunuh." Dia membungkuk dalam, lalu mundur keluar ruangan.

Xiao Jinming menatap kosong ke depan, tapi pikirannya justru melayang kembali pada senjata Yun Ranfeng semalam.

Benda itu... Dia belum pernah melihatnya. Bentuknya kecil, terbuat dari logam, bisa digenggam dengan satu tangan, ramping, halus, hampir seperti benda seni. Tapi kekuatannya sangat mematikan. Bahkan Yun Ranfeng, seorang wanita tanpa kemampuan bela diri, bisa dengan mudah membunuh musuh bersenjata.

Jika senjata itu bisa digunakan oleh pasukan... betapa kuatnya kekuatan yang bisa diciptakan!

Tok! Tok!

Suara ketukan lembut di pintu memecah pikirannya.

"Masuk," ujarnya pelan.

Yang masuk adalah Qi Xinzhi.

Dia mengenakan kerudung tipis yang menutupi sebagian wajahnya. Di balik kain itu, masih tampak samar bintik-bintik merah di kulitnya. Dia melangkah anggun ke depan dengan senyum lembut.

"Kakak seperguruan, kamu sibuk sekali mengurus negara. Aku memasak sendiri sup ayam ini untukmu. Ayo coba sedikit."

Tatapan Xiao Jinming sedikit melunak. "Di dapur sudah ada juru masak, tidak perlu kamu repot-repot."

Qi Xinzhi tersenyum lembut, duduk di sampingnya. "Waktu kecil, aku sering melihat Ibu memasak sup seperti ini untuk Ayah. Ayah selalu senang setiap kali meminumnya. Aku ingin membuatmu senang juga."

Dia berhenti sejenak, lalu menatapnya hati-hati. "Kakak seperguruan... penawar... apakah kamu sudah mendapatkannya?"

Gerakan tangan Xiao Jinming terhenti. Dia menatap Qi Xinzhi, lalu perlahan meletakkan mangkuknya.

"Kemarin... Kamu pergi ke Paviliun He Xin?"

Qi Xinzhi terkejut. "Kakak seperguruan, aku... aku hanya pergi untuk membantu Kakak Permaisuri membereskan hal-hal di halaman. Kami memang sempat berselisih sedikit..." Dia menatapnya dengan cemas. "Apakah dia mengatakan sesuatu padamu?"

Dari reaksi itu, Xiao Jinming langsung yakin, ucapan Yun Ranfeng semalam benar adanya.

Dia memandang Qi Xinzhi lama-lama. Hatinya terasa rumit. Akhirnya dia berkata datar, "Mulai sekarang, jangan pergi ke Paviliun He Xin lagi."

"Ka—kakak seperguruan?" Mata Qi Xinzhi melebar, wajahnya penuh ketakutan. Apakah kakak seperguruan-nya kini membela wanita hina itu?

"Dia bisa menggunakan racun," kata Xiao Jinming dingin. "Jangan memprovokasinya lagi. Aku tidak selalu ada di rumah, kalau kamu celaka, siapa yang bisa melindungimu?"

Qi Xinzhi menggigit bibir, matanya berkaca-kaca. "Baiklah, aku akan menuruti kakak seperguruan. Tapi... racun di tubuhku ini bagaimana? Seluruh tubuhku penuh bintik merah, jelek sekali. Aku tak berani bertemu orang lain. Kakak seperguruan, tolong bicaralah padanya. Minta dia berikan penawar padaku, ya?"

Xiao Jinming menatap kerudung di wajahnya. Dia tahu betapa gadis ini menyayangi penampilannya, dan bagi seorang wanita, kehilangan kecantikan memang kejam. Namun, baru tadi malam dia keluar dari kamar Yun Ranfeng...

Melihat keraguannya, Qi Xinzhi buru-buru memeluk lengannya, manja. "Kakak seperguruan, tolonglah... hanya kali ini saja, ya?"

Xiao Jinming terdiam sesaat. Kemudian dia berpikir. Kalau dia kembali menemui Yun Ranfeng, sekalian dia bisa mencari tahu lebih banyak tentang senjata misterius itu. Akhirnya dia mengangguk.

"Baik. Kembali saja ke kamarmu dulu. Aku akan mengambil penawarnya."

Wajah Qi Xinzhi langsung berseri. "Terima kasih, kakak seperguruan! Aku tahu, hanya kamu yang paling sayang padaku!"

"Pergilah dulu."

Qi Xinzhi berlalu dengan hati penuh bahagia.

Xiao Jinming menatap punggungnya sebentar, lalu bangkit dan langsung menuju Paviliun He Xin.

Yun Ranfeng sedang di laboratorium, meneliti bahan untuk membuat masker wajah. Cuaca sedang kering sekali; kulitnya nyaris pecah-pecah. Saat mendengar laporan Lin Lang bahwa Xiao Jinming datang lagi, dia hanya bisa menepuk kening.

Dengan enggan dia keluar menyambut, wajahnya penuh ketidaksabaran.

"Kamu datang lagi? Kamu ini tidak ada kerjaan, ya?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel