Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12 Kembalikan!

Walau tubuhnya mungil, Lin Lang ternyata cekatan dalam mencari tahu kabar. Baru keluar sebentar, dia sudah kembali. "Nona, Yang Mulia sedang berada di aula utama."

"Baik, ayo kita ke sana."

"Untuk apa, Nona?"

"Menagih utang!"

...

"Dia datang untuk apa?" Tangan Xiao Jinming terhenti, setetes besar tinta hitam menetes di atas dokumen di mejanya.

"Tuan, apakah harus dipersilakan masuk?" tanya Zhui Feng dengan penuh kehati-hatian.

Xiao Jinming berpikir sejenak. "Biarkan dia masuk."

Dia ingin tahu, kali ini wanita itu mau berbuat apa lagi.

Yun Ranfeng melangkah cepat masuk. Dia mengenakan jubah berwarna hitam, tubuhnya ramping dan tegap, gerakannya seperti hembusan angin tajam, langsung berhenti tepat di depan Xiao Jinming.

Tatapan Xiao Jinming sedikit berubah. Dia harus mengakui, permaisurinya ini memang memiliki pesona tersendiri. Tanpa sadar pikirannya melayang pada malam pernikahan mereka...

Namun suara dingin Yun Ranfeng segera memutuskan semua bayangan itu. "Xiao Jinming, di mana mas kawinku?!"

Pikiran yang sempat menghangat seketika lenyap tanpa jejak. Seketika, hasrat membunuhnya malah muncul. Suaranya dingin menusuk, "Mas kawinmu? Kenapa menanyakannya padaku?"

Yun Ranfeng hampir tertawa karena marah. "Xiao Jinming, kalau memang kamu kekurangan uang, katakan saja terus terang. Aku bisa saja memberikannya padamu. Tapi kamu ini, berpura-pura terhormat padahal rakus. Kamu ini seorang pangeran, apa pantas berbuat begini?"

Amarah menggelegak di mata Xiao Jinming. Dia bangkit dengan cepat. "Yun Ranfeng, apa yang sedang kamu bicarakan?!"

Yun Ranfeng langsung waspada, mundur dua langkah.

Berani bukan berarti nekat. Dia sadar dirinya tidak bisa menang melawan kekuatan fisik Xiao Jinming, dan tujuan utamanya hari ini adalah menuntut kembali mas kawinnya, bukan mencari ribut.

Selain itu, dari reaksi Xiao Jinming, tampaknya dia sendiri juga tidak tahu soal itu...

Tatapannya berubah tajam. "Mas kawinku dibawa masuk ke gudang oleh kepala pelayanmu sendiri. Kamu, sebagai tuan rumah, tidak tahu sama sekali? Xiao Jinming, aku sungguh tidak menyangka, ternyata kamu juga termasuk jenis orang tolol yang dipermainkan pelayan sendiri."

Xiao Jinming tak paham seluruh kalimat anehnya, tapi jelas tahu nada bicara itu bukan pujian. Wajahnya semakin kelam, hawa dingin di ruangan pun seolah menurun beberapa derajat.

Yun Ranfeng secara refleks menyentuh pergelangan tangannya; ujung jarinya telah siap dengan jarum bius yang sejak tadi dia sembunyikan.

Melihat sikap waspadanya, entah kenapa malah membuat Xiao Jinming sedikit terhibur. Dia memandang dingin pada juru tulis di sampingnya. "Panggil Pengurus Liu ke sini."

Tak lama kemudian Pengurus Liu datang. Begitu melihat dua orang itu tampak tegang, lututnya langsung terasa lemas. Mendengar duduk perkaranya, dia pun ketakutan dan langsung berlutut. "A... ada di sana, Yang Mulia."

Xiao Jinming semula berniat memanggil Pengurus Liu untuk mempermalukan Yun Ranfeng. Namun kini justru terasa seperti menampar wajahnya sendiri. Suara "dug!" yang nyaring dari kejadian tadi masih bergema di telinganya, ditambah tatapan sinis Yun Ranfeng yang membuat amarahnya hampir meledak. Dia memelototi Pengurus Liu. "Apa yang sebenarnya terjadi?!"

Pengurus Liu menyeka keringat dingin di dahi, berbicara hati-hati, "Itu... itu perintah dari Selir Samping... beliau bilang, karena Permaisuri sudah menikah masuk ke kediaman, maka mas kawin itu sudah menjadi milik kediaman..."

Gigi Xiao Jinming hampir gemeretak. "Barangnya di mana?"

Pengurus Liu tak berani menatap, hanya menunduk ketakutan. "Di... di Paviliun Xi Feng, Yang Mulia."

Kening Xiao Jinming berdenyut keras!

Paviliun Xi Feng adalah gudang kecil di kediaman ini. Dulunya dia khusus menyiapkannya untuk Qi Xinzhi yang dia kasihi. Dia merasa kasihan pada gadis itu yang tak punya keluarga, lemah dan sensitif, maka dia memberikan gudang pribadi agar dia tak perlu meminta izin kepala pelayan setiap kali butuh sesuatu. Qi Xinzhi menolak saat itu, malah mengubah tata letaknya dan menyatukan Paviliun Xi Feng ke dalam kompleks gudang besar. Waktu itu dia bahkan menganggap gadis itu bijak dan pengertian.

Siapa sangka, ternyata dia memindahkan seluruh mas kawin Yun Ranfeng ke dalam Paviliun Xi Feng!

Yun Ranfeng tertawa puas. "Kediaman pangeran memang luar biasa. Di luar sana, pihak suami merebut mas kawin istrinya saja sudah hina, tapi di sini bahkan selir pun berani mengambil harta milik istri sah! Kalau cerita ini tersebar, siapa yang akan percaya?"

Kata-katanya seperti cambuk di wajah Xiao Jinming, namun sayangnya dia memang tak bisa menyangkal. Akhirnya dia hanya berkata dingin, "Xinzhi tumbuh di pegunungan bersama guru sejak kecil, tak tahu soal urusan dunia. Salah paham sedikit bisa dimaklumi. Kamu ini terlalu keras dan perhitungan, sungguh tak pantas disebut putri Jenderal Besar."

Yun Ranfeng sempat kagum karena cepatnya pria ini menenangkan diri, tapi begitu mendengar kata-kata itu, dia kembali ingin tertawa.

Manusia ini, kalau sudah berat sebelah, seribu lembu pun tak akan bisa menariknya kembali ke jalan lurus.

Tapi dia tidak peduli lagi. Dia hanya ingin mengambil apa yang menjadi miliknya. "Kembalikan mas kawinku."

Xiao Jinming menatap wajahnya yang tenang namun penuh sinis itu, dan entah kenapa api amarahnya justru semakin menyala. Dia berkata tajam, "Antar semua barang itu kembali!"

Pengurus Liu mengangguk cepat-cepat dan mundur untuk melaksanakan perintah.

Yun Ranfeng puas. Dia tidak berkata lagi, hanya berbalik dan pergi begitu saja.

Xiao Jinming menatap punggungnya yang tampak terlalu santai, dan amarahnya kembali membuncah. "Berhenti!"

Langkah Yun Ranfeng terhenti. Dia menoleh dengan waspada. "Apa? Mau menarik kata-katamu?"

"Mas kawinmu sebanyak apa pun tidak membuatku tertarik! Tapi jaga sikapmu. Kalau terus membuat keributan, sekalipun Jenderal Yun datang, dia tak akan bisa melindungimu!"

"Seolah-olah aku mau berurusan lagi denganmu." Yun Ranfeng terkekeh sinis. "Jaga saja si adik seperguruan kecilmu itu baik-baik. Jangan bikin masalah. Kalau semua bisa tenang, bukankah itu lebih baik untuk semua pihak?"

Belum sempat Xiao Jinming menjawab, Yun Ranfeng sudah berbalik pergi. Gaun hitamnya berkibar, langkahnya ringan dan bebas, benar-benar terlihat gagah dan anggun.

Mata Xiao Jinming memerah karena murka; suara "krek!" terdengar saat kuas di tangannya patah jadi dua.

Wanita itu!

...

Yun Ranfeng tidak peduli apakah Xiao Jinming marah atau tidak. Dia kini sedang senang, memandangi Pengurus Liu yang sibuk memindahkan kembali mas kawinnya.

Tubuh asli wanita ini dulu benar-benar budak cinta, hanya memikirkan bagaimana bisa menikah dengan Pangeran Kedelapan. Dimanjakan sejak kecil, dia tidak paham urusan duniawi, bahkan saat hartanya digerogoti orang pun tidak sadar. Tapi kini, melihat tumpukan mas kawin sebanyak ini, sekadar menatapnya saja sudah membuat hati senang.

Paviliun He Xin memang kecil, tidak punya gudang khusus. Untungnya, hanya ada dua orang di tempat itu dia dan Lin Lang. Masih banyak ruang kosong, jadi Pengurus Liu langsung menyulap beberapa kamar menjadi gudang sementara. Emas, perak, permata, kain sutra, dan barang-barang berharga mengalir masuk seperti air, memenuhi seluruh tempat hingga nyaris sesak.

Namun Pengurus Liu tetap cemas, dia melapor dengan raut sungkan. "Permaisuri, masih ada beberapa kulit hewan yang belum disamak dan beberapa senjata. Karena halaman ini terlalu kecil, barang-barang itu perlu ruangan khusus. Kalau ingin membangun ruangan tambahan, waktunya tidak cukup. Bagaimana sebaiknya, Permaisuri?"

"Untuk sementara simpan saja di gudang besar. Pilih satu ruangan kosong khusus untuk itu. Nanti kirimkan kunci dan daftar isinya padaku," jawab Yun Ranfeng dengan tenang dan murah hati.

Liu tampak sangat lega. "Terima kasih, Permaisuri."

"Semua barang sudah sampai di sini?"

"Ya, kecuali kulit dan senjata, semuanya sudah ada di sini."

"Lin Lang, mana daftar mas kawin?"

Lin Lang yang berdiri di samping segera menyerahkan gulungan daftar itu dengan kedua tangan. Mata gadis itu memerah, campuran antara haru dan malu. Dia terharu karena Yun Ranfeng benar-benar berhasil merebut kembali mas kawinnya, dan malu karena dulu dia tak mampu menjaganya. "Nona, ini daftarnya!"

"Periksa satu per satu," ujar Yun Ranfeng datar. "Kebetulan Pengurus Liu juga di sini, jadi bisa jadi saksi. Jangan sampai nanti bilang kita mencuri barang mereka."

Pengurus Liu menyeka keringat deras di pelipis dan memaksakan senyum. "Bagaimana mungkin, Permaisuri? Semua di kediaman ini milik Anda. Mana mungkin kami menuduh Anda mencuri."

"Lebih baik berjaga-jaga." Yun Ranfeng melambaikan tangan dengan santai. "Lin Lang, periksa semuanya."

Lin Lang memang cepat tanggap; begitu diperintah, dia langsung berlari masuk dengan daftar di tangan. Tapi tak lama kemudian, dia keluar lagi dengan wajah pucat panik. "Nona!"

Teriakannya membuat Pengurus Liu hampir kena serangan jantung. "A... ada apa?"

"Tusuk rambut! Tusuk rambut giok warisan dari Nyonya hilang, Nona!" ujar Lin Lang dengan wajah sepucat kertas.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel