Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

Mika dan Deru sedang sarapan sambil berbincang, kemudian Demian lewat begitu saja. Mika memanggil Demian.

“Demian, sarapan dulu!” perintah Mika pada Demian sambil mengambil selembar roti untuk anaknya lalu menaruhnya di atas piring.

“Aku akan sarapan di jalan.” Jawab Demian ketus.

Deru menyuruh Mika untuk melanjutkan makan dan tidak usah memedulikan dia lagi. Mika melanjutkan makan. Saat akan memasukkan nasi ke mulutnya, ponsel Deru berbunyi.

“Halo. Baiklah, saya segera ke sana.” Deru meneguk air putih sebelum berdiri dan langsung mengambil tas kerjanya dan keluar.

Mika yang kaget menyusul dan bertanya pada Deru. “Ada apa?” tanya Mika. Ia mengikuti suaminya keluar. "Apa ada masalah?"

"Terjadi masalah di kantor.” jawab Deru dengan buru-buru masuk ke dalam mobil.

Tidak mendapat jawaban pasti, Mika hanya mendesah berat sambil melambaikan tangan sebelum mobil sang suami melaju.

Sesampainya di kantor Demian sudah menunggu Deru di ruang rapat.

“Bagaimana?” Tanya Deru masih sambil berdiri.

“Beberapa investor menghentikan investasi mereka dan mengatakan bahwa pekerjaan perusahaan kita lambat.” Demian menjawab sambil melemparkan dokumen pembatalan.

Deru membuka dokumen yang diberikan oleh Demian. “Apa yang harus kita lakukan? jika para investor itu membatalkan kerja samanya Perusahaan ini akan hancur.” Deru melempar dokumen itu ke meja rapat hingga membuat orang-orang yang berada di ruang rapat kaget.

“Aku akan berusaha membujuk mereka untuk bekerja sama lagi dengan kita.” Demian pergi meninggalkan ruang rapat.

Demian masih tak percaya dengan yang baru saja terjadi. Deru juga berpikir, kapan perusahaan bekerja lambat. Karena selama ini, yang ia tahu para investor puas dengan hasil yang diberikan perusahaan, tanpa pernah mengeluhkan hal ini sebelumnya.

“Apa yang terjadi sebenarnya?” Deru bertanya-tanya dalam hati.

Keluar dari ruang rapat wajah Demian sangat lesu. Ia berjalan menuju ruang kerjanya. dengan kesal, Demian memukulkan tangannya pada meja kerjanya dengan keras, sampai suaranya terdengar jelas di luar. Sonya yang mendengar, langsung khawatir dan pergi ke ruangan Demian untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja.

Sonya membuka pintu ruangan Demian dan langsung bertanya padanya.

“Kau baik-baik saja?” Tanya Sonya sedikit takut melihat kekasihnya terlihat sangat marah.

“Aku pusing memikirkan kejadian hari ini. Aku mohon biarkan aku sendiri dulu saat ini” ucap Demian sambil memijat keningnya.

Sonya mengerti dengan ucapan Demian dan langsung keluar berjalan ke ruangannya. perusahaan kini benar-benar sedang sangat kacau, belum juga menemukan solusi untuk masalah ini.

Deru yang tadinya berada di ruang rapat sudah berada di ruangannya sendiri. Ia juga terlihat amat frustrasi. Tiba-tiba, Demian langsung menerobos masuk ke dalam ruangan Deru tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu

“Aku akan menemui para investor itu dan membujuknya agar kembali berinvestasi kepada kita.” ucap Demian tanpa basa-basi.

“Baiklah, bujuklah mereka untuk kembali berinvestasi pada perusahaan kita.” Perintah Deru dengan harap.

Demian keluar dan langsung bergegas menyuruh rekanya untuk menemaninya menemui investor-investor itu.

Demian dan rekanya turun dari mobil setelah sampai di perusahaan milik salah satu investor mereka. Demian dan rekanya berhasil bertemu dengannya.

“Ada apa kalian ke sini? Bukankah saya sudah tidak ada urusan lagi dengan perusahaan Anda?” seloroh Tuan Hasan pemilik perusahaan itu.

“Kami datang untuk meminta Tuan mempertimbangkan kembali keputusannya.” Jawab Demian.

“Saya sudah memberikan keputusan itu dan tidak biasa diubah lagi. Jika Anda datang untuk ini, maka silakan keluar saja!” perintah Tua Hasan yang menunjuk pintu keluar.

Demian keluar dengan perasaan kecewa. Ingin rasanya berontak, tapi tidak mungkin. Bukannya mendapat hal yang baik, kemungkinan saja semua justru akan kacau.

Setelah selesai mendatangi para investor itu tidak ada satu pun yang berhasil dibujuknya. Mereka mulai putus asa. Demian dan rekanya kembali ke kantor dengan kekecewaan. Deru yang mendengar Demian sudah kembali ke kantor berharap dia bisa membawa investor itu kembali meskipun hanya satu. Namun, saat Demian masuk keruangannya dan memberitahunya bahwa tidak ada yang mau kembali seketika amarah Deru meluap, ia membanting benda-benda di hadapannya.

“Keluar kau sekarang! Keluar!” bentak Deru hingga terdengar dari luar dan membuat karyawannya ketakutan.

Demian kembali ke ruangannya. Perusahaan kini seperti hancur dalam sehari.

Deru dan Demian pulang ke rumah. Tidak ada percakapan di antara keduanya.

“Kalian sudah pulang?” Mika bertanya pada suami dan anaknya yang pulang dari kantor namun, tidak ada yang menjawab.

Demian dan Deru langsung menuju kamar masing-masing.

“Ada apa dengan mereka? Apa mereka bertengkar lagi?” Mika langsung pergi menyusul suaminya ke kamar.

Masuk ke kamar, Mika melihat suaminya duduk sambil memijat dahinya.

“Ada apa, suamiku?” tanya Mika sambil memijat bahu suaminya. "Dari pagi kau sudah terlihat kacau."

“Perusahaan hancur dalam sehari.” kata Deru yang membuat Mika terkejut.

"Hancur, bagaimana bisa?” Mika berhenti memijat punggung suaminya.

“Para investor berhenti berinvestasi, otomatis kerja sama kami batal. Demian juga sudah menemui mereka untuk membujuk kembali menjalin kerja sama, tapi gagal.” Jelas Deru pada Mika.

“Ini pasti ada hubungannya dengan kutukan itu.”

“Maksudmu?”

“Jika bukan karena kutukan itu bagaimana bisa semua investor perusahaan secara bersamaan berhenti menjalin kerja samanya.”

“Apa kau sudah memastikan Sonya bukan anak pertama?”

“Aku sudah bertanya padanya dia itu anak ke dua.” Deru merasa sangat yakin.

"Ka tidak bisa hanya bertanya padanya untuk memastikan bahwa ia bukan anak pertama. Dia bisa saja berbohong, besok adalah hari minggu kita akan datang ke rumah Sonya untuk melamarnya, kita bisa manfaatkan itu untuk bertanya pada kedua orang tuanya atau tetangga dekatnya.”

Mika sangat yakin bahwa ini pasti ada hubungannya dengan kutukan yang keluarganya percayai hingga saat ini. Mika mulai merasa ketakutan jika besok Sonya memang ketahuan berbohong, apa yang akan terjadi, Deru pasti tidak akan membiarkan mereka menikah sedangkan Mika tahu jika anaknya sangat mencintai Sonya.

Demian juga berpikiran sama dengan Mika, takut jika hal ini memang ada hubungannya dengan masalah kutukan itu, karena ini terjadi setelah Ia menyuruhnya untuk berbohong pada ayahnya bahwa ia anak kedua. Jika dipikir padahal beberapa hari yang lalu ia berhasil menjalin kerja sama yang besar tapi kini tiba-tiba semuanya batal dalam sekejap.

“Apa kutukan itu benar-benar ada?” batin Deru.

Ketika Demian sedang melamun, dia tidak sadar ibunya ke kamarnya. Demian terlalu fokus menatap bintang-bintang meski pikirannya sedang melayang entah ke mana.

“Kau sedang melamun?” Mika memegang pundak Demian dan membuyarkan lamunannya.

“Ibu? Kapan ibu datang?” Tanya Demian kaget setelah tersadar dari lamunannya. Demian berbalik lalu berjalan menjauh dari jendela.

“Baru saja. Ibu datang untuk meminta maaf padamu masalah kemarin, apa kau masih marah pada ibu?” Mika mengelus rambut anaknya itu.

“Nak, kau harus tahu yang semua kami lakukan itu demi kebaikanmu, ayahmu hanya tidak ingin sesuatu terjadi pada keluarga kita karena kutukan itu. Kau adalah anak tunggal kami, karena itu kami lebih waspada supaya sesuatu yang buruk tidak menimpamu dikemudian hari.” Mika mulai meneteskan air matanya.

Keduanya kini duduk berdampingan di sofa. Demian memang marah karena keluarga ini percaya akan sebuah kutukan, tapi melihat wajah ibunya, bohong kalau Demian tidak merasa khawatir.

“Apa kutukan itu benar-benar ada? Dan sesuatu yang buruk akan terjadi jika kita melanggarnya?” Demian yang mulai penasaran dengan kutukan itu bertanya.

Mika menatap lurus. Ia termenung lalu berkata, “Kutukan itu benar-benar ada. Sesuatu yang buruk juga kan menimpa kita jika kita melanggarnya." Mika menatap Demian. "Jawablah dengan jujur."

“Iya, dia anak kedua.” jawab demian berbohong.

“Baiklah pergi tidur, besok kita akan pergi melamarnya kan, istirahatlah sekarang.” Mika berlalu pergi meninggalkan Demian.

Ingin percaya, tapi melihat reaksi Demian yang dikuti emosi, rasa ragu dalam diri Mika pasti ada.

Demian merasa bersalah karena telah berbohong pada ibunya, selama ini Demian menutup telinganya ketika orang bergosip tentang kutukan. Kini ia mulai penasaran dengan kutukan itu. Entah Demian percaya atau tidak kutukan itu memang benar-benar ada.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel