Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 007 - Jurus Harimau Vs Jurus Srigala

Lihatlah bagaimana kuku-kuku tangannya itu mulai memanjang dengan sendirinya, begitu runcing dan tajam. Tak kalah tajam dari bilah pedang katana. Satu cakaran saja bisa merobek kulit dan mengoyak daging lawannya jika tak punya ilmu silat yang tinggi untuk menahan kekuatannya. Belum lagi racunnya yang berbahaya yang bisa menghambat jalannya peredaran darah, dan bisa membuat lawannya mati secara pelan-pelan!

Saka Dirga tak mengendorkan serangannya. Ia kembali menggempur bagian-bagian bawah tubuh Bara Jagal, dan kali ini ia melancarkan serangan kombinasi yang lebih cepat dan mematikan.

Pantas saja jurus itu disebut Cakaran Amuk Srigala, karena gerakannya memang sangat gesit sekali seperti srigala.

Ia langsung melompat lagi menyasar perut Bara Jagal bagian bawah, namun sebelum satu detik lagi cakaran itu mendarat di perutnya, Bara Jagal berhasil menghindar meloncat dua langkah ke belakang. Maka ia melompat lagi menyerang bagian paha, Bara Jagal pun meloncat lagi dua langkah belakang.

Ia tak sempat melakukan serangan balasan, karena serangan-serangan bawah yang dilakukan oleh Saka Dirga itu sangat cepat sekali, sehingga ia lebih memilih untuk terus menghindar dan tak meladeninya dengan tangkisan.

Sampai tiga puluh kali ia menghindar dari jurus Cakaran Amuk Srigala itu, akhirnya pada serangan yang ke tiga puluh satu, jurus itu tak berhasil ia hindari. Sehingga satu cakaran bersarang di betis kaki kirinya.

‘Srretttt….!’

Kulitnya langsung robek dengan seketika, membentuk tiga ruas garis memanjang dari atas ke bawah, yang panjangnya sejengkal tangan orang dewasa. Darah segar langsung mengucur dari betisnya. Ia mulai lengah dan gerakannya melambat, sehingga gagal menghindari serangan untuk yang kedua kalinya.

‘Srretttt….!’

Satu cakaran lagi mengenai betis kanannya.

Alhasil dua betis kakinya terluka dan robek, sampai-sampai bagian daging betisnya itu kelihatan. Kulitnya seperti terkelupas akibat terkena cakaran yang mematikan itu. Kuda-kudanya pun menjadi tidak seimbang, ia mulai goyah dan akhirnya jatuh terduduk ke tanah, hanya bertopang pada kedua lututnya.

“Keparat kau, Saka Dirga!” Mulai bangkitlah amarahnya.

Ilmu Benteng Api Abadi yang memberinya perlindungan tambahan secara pelan-pelan dan sedikit demi sedikit membuat kulitnya yang tadinya robek itu bisa rapat kembali. Keadaan itu membuat tenaga dalamnya banyak terkuras untuk menyembuhkan lukanya itu sampai benar-benar pulih. Karena jika tidak, racunnya bisa segera masuk ke dalam tubuh dan merenggut nyawanya.

Saat Bara Jagal dalam kondisi terdesak seperti itu dan belum siap berdiri kembali memasang kuda-kuda, Saka Dirga langsung memanfaatkannya untuk menyerangnya kembali. Namun ketika ia sudah bersiap dan hendak melompat ke arah Bara Jagal, tiba-tiba saja sebuah tombak panjang melesat cepat ke arahnya.

‘Wuuushhhh….!’

Ia langsung terkesiap dan dibuat terburu-buru meloncat ke atas menghindari serangan yang mengejutkan itu. Hampir saja tombak panjang itu menusuk kepalanya.

Terdengarlah suara Ronggowelang diiringi tawa angkuhnya, “Sekarang giliran aku yang akan membuat perhitungan padamu, Saka Dirga! Ayo, keluarkan jurus-jurus srigala murahanmu itu!”

Tombak yang melesat menyerang Saka Dirga tadi secara ajaib terbang kembali ke arahnya. Dan hanya dengan satu kali tangkapan saja tombak itu kembali berada di tangannya.

Untuk sementara waktu Bara Jagal menyingkir sejenak dari pertarungan. Ia memilih mundur untuk memulihkan luka cakaran itu dengan ilmu Benteng Api Abadi yang bekerja sebagai antibodi untuk mengurangi rasa sakit dan menghambat efek racun yang hendak masuk ke tubuhnya.

Diarahkanlah kedua telapak tangannya itu ke dua betisnya guna mempercepat pemulihan luka. Cahaya merah yang menyala keluar dari telapak tangannya itu serupa lem yang mempercepat penyatuan kulitnya yang robek.

Bila Bara Jagal sangat lemah pada pertarungan bawah, lain halnya dengan Ronggowelang. Ialah pendekar yang bisa mengimbangi pertarungan bawah yang diinginkan oleh Saka Dirga. Maka ia langsung meladeni Saka Dirga dengan menggunakan jurus-jurus harimau yang menjadi andalan perguruannya.

Ronggowelang menaruh tombak panjangnya. Ia lantas memasang sikap kuda-kuda rendah sebagaimana yang dilakukan oleh Saka Dirga. Itu ia sebut sebagai, ‘Pasang Harimau Buas’ yang berasal dari perguruannya.

Kedua pendekar sakti itu pun berhadap-hadapan, tampak siap saling menerkam satu sama lain. Kuku-kuku tangan mereka tak ubahnya seperti harimau dan srigala sungguhan. Saling memanjang dan runcing dengan sendirinya.

“Saka Dirga! Terimalah jurus ‘Harimau Hitam Menerkam Mangsa’ ini. Ajalmu sudah di depan mata!” gertak Ronggowelang.

“Jangan angkuh dulu kau, Ronggowelang! Perisapkan dirimu jika tidak ingin terkana jurus Cakaran Amuk Srigala andalanku!” Saka Dirga menyahut, tak kalah galak.

Ronggowelang langsung melompat laksana harimau ke arah Saka Dirga sambil melancarkan cakaran-cakaran yang bertubi-tubi dan tampak sangat beringas sekali. Jurus itu terlihat tidak berpola dan gerakannya seperti serampangan menyerang ke segala arah. Namun apabila mengenai lawan, maka efeknya sangat mematikan dan bisa membuat lawannya mati berlumuran darah di sekujur tubuh!

Karena jurus itu tidak hanya menyerang satu titik, melainkan menyerang keseluruhan anggota tubuh dari atas kepala hingga ke bawah kaki. Sangat brutal dan berbahaya apabila tidak waspada dan gagal menghindar dari setiap serangan.

Maka itulah yang dilakukan oleh Saka Dirga. Ia tak langsung membalas dengan jurus Cakaran Amuk Srigala andalannya. Ketika ia mendapat serangan semacam itu, langsung saja ia lompatkan diri ke kiri dan ke kanan berguling-berguling dengan gesit. Terus menghindar, saking bertubi-tubinya serangan itu.

Sedetik saja ia lambat menghindar, maka tubuhnya pasti akan terkoyak habis dan akan menimbulkan luka robek yang tak kira-kira sakitnya!

Sampai-sampai rerumputan banyak yang tercerabut, serta kerikil dan tanah beterbangan ke udara. Begitu dahsyatnya energi angin yang ditimbulkan dari pertarungan sengit antar dua pendekar sakti itu.

Hingga sepuluh serangan berturut-turut, Saka Dirga masih bertahan dan menghindar dari serangan-serangan brutal itu. Ia masih menunggu lawan lengah untuk mengambil kesempatan melakukan serangan balasan.

Beda halnya dengan jurus Harimau Hitam Menerkam Mangsa, jurus Cakaran Amuk Srigala lebih berpola dan hanya menyerang pada satu titik. Sejurus kemudian Saka Dirga mulai menemukan celah dan kelemahan jurus yang dimiliki Ronggowelang itu. Ia tak bisa menyerangnya langsung dari depan, karena cakaran yang brutal itu akan mudah mematahkan serangannya. Maka ia terus melompat ke kiri dan ke kanan memindahkan tubuhnya dengan gesit, lalu bersiap menyerang Ronggowelang dari arah samping.

‘Sreetttt….!’

Satu cakarannya berhasil mendarat di bagian pinggang. Ronggowelang terkejut, karena ia tak menyangka Saka Dirga akan mengubah arah serangan. Ia tak kuasa menghindar, alhasil harus menerima cakaran yang mematikan itu. Dilihatlah bagian pinggangnya, keluar darah! Kulitnya robek terbuka.

Ia melompat lagi berpindah ke arah sebaliknya. Namun kali ini Ronggowelang sudah keburu mengendus maksud pergerakannya. Maka cepat-cepat ia meloncat ke atas hingga tubuhnya melayang tiga tombak di udara, menghindari serangan yang lagi-lagi menyasar bagian pinggangnya itu. Alhasil, serangan kedua berhasil ia hindari.

Hebatnya, Ronggowelang cukup kuat dan masih mampu melanjutkan pertarungan meski pinggangnya sudah terluka. Rupanya, daya tahan tubuhnya akan menguat secara otomatis ketika ia sedang berada dalam mode jurus harimau. Tubuhnya menjadi tahan banting terhadap serangan apa pun. Tak peduli bilah pedang telah menyayat kulitnya, ia masihlah kuat dan mampu terus melanjutkan pertarungan.

Bahkan andaipun pertarungan itu harus berlanjut hingga tiga jam lagi, maka luka ditubuhnya itu tak berarti apa pun baginya. Namun ketika mode jurus harimau itu terhenti dan ia kembali ke mode biasa, maka barulah ia akan merasakan efek mematikan dari jurus Cakaran Amuk Srigala!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel