Pustaka
Bahasa Indonesia

Peace Hunter (Season 2)

438.0K · Ongoing
Rizdhan
214
Bab
684
View
9.0
Rating

Ringkasan

Novel ini merupakan season 2 dari novel Peace Hunter yang sebelumnya telah terbit di platform ini. Sinopsis : Rid Archie, seorang pemuda manusia yang berasal dari desa manusia, menyadari ada yang aneh dari dunia ini. Meskipun bisa dibilang kalau dunia ini adalah dunia yang damai, tapi apakah benar seperti itu? Perbudakan masih ada di setiap negara dan diskriminasi antar ras atau bahkan sesama ras yang berbeda tingkat sosial pun masih terjadi. Tapi itu wajar, karena kedamaian yang terjadi di dunia ini hanyalah kedamaian semu karena gencatan senjata yang terjadi akibat perang antara ras Iblis dan ras Malaikat yang merupakan ras terkuat di dunia ini. Gencatan senjata antara kedua ras itu bisa saja dibatalkan kembali dan perang besar pun dapat terjadi lagi. Tidak ada kedamaian sejati di dunia ini, namun Rid Archie bertekad untuk mewujudkan kedamaian sejati di dunia ini. Tapi apakah bisa dia mewujudkannya ?

actionFantasipembunuhanpendekarpetarungZaman Kuno

Chapter 1 : Festival Akademi

*Note : Chapter ini merupakan lanjutan dari chapter terakhir pada novel Peace Hunter (Season 1). Bagi pembaca yang mau membaca chapter ini, disarankan untuk membaca novel Peace Hunter (Season 1) terlebih dahulu.*

-

Festival Akademi tahun 1218 pun akhirnya dimulai. Banyak orang mulai para warga dan para bangsawan yang menghadiri dan menikmati festival ini. Tidak hanya mereka, semua murid pun juga menikmati festival ini. Mereka mulai memadati booth-booth yang menjual makanan, aksesoris dan lainnya.

Kami yang merupakan anggota Elevrad pun mulai berpatroli untuk menjaga keamanan dan kenyamanan dalam festival ini. Tidak lupa juga kami mengenakan Bros yang berguna untuk menandakan kami sebagai anggota Elevrad. Jika kami melihat ada tindakan kejahatan atau tindakan yang mengganggu keamanan dan kenyamanan festival ini, kami diharuskan untuk menegur mereka. Bahkan boleh melakukan tindak kekerasan kepada mereka jika teguran tidak cukup untuk menghentikan mereka. Tidak peduli mereka rakyat biasa ataupun bangsawan, mereka yang mengganggu festival ini akan kami tindak dan kami paksa keluar dari acara festival ini.

Sementara itu, aku saat ini sedang berpatroli di danau akademi. Para pengunjung tidak hanya berada di sekitaran booth-booth dagangan yang berada di dekat bangunan akademi saja, tetapi mereka juga berada hampir di semua tempat yang berada di akademi ini, bahkan mereka juga diizinkan untuk masuk ke dalam bangunan akademi. Oleh karena itu, semua tempat di akademi harus diadakan patroli, salah satunya adalah danau akademi ini.

Sejauh ini, tidak ada masalah apapun yang terjadi di danau akademi. Tidak ada keributan yang terjadi di antara mereka yang sedang melihat-lihat dan berkeliling danau akademi meskipun status sosial mereka berbeda. Yah meskipun ada beberapa bangsawan yang sombong, tapi ada juga bangsawan yang baik hati. Mungkin salah satunya adalah bangsawan-bangsasan yang sedang melihat-lihat danau itu. Karena mereka tidak terganggu dengan kehadiran rakyat biasa yang datang ke danau itu. Mereka bahkan menyapa para rakyat biasa itu dan membalas sapaan rakyat yang menyapa mereka duluan. Tapi ada satu hal yang membuatku tidak nyaman. Meskipun mereka terlihat baik, tapi mereka berkeliling danau itu sambil membawa budak mereka. Ada yang dari sesama manusia dan juga dari ras lain. Memang, akademi ini memperbolehkan bagi pengunjung dari luar untuk membawa budak meskipun akademi tidak memperbolehkan murid yang memiliki budak untuk membawa budak mereka. Budak-budak itu mungkin dirawat dengan baik karena mendapatkan tuan yang baik, tapi bagaimana dengan budak yang tidak beruntung dan mendapatkan tuan yang jahat. Aku jadi ingin segera menghapus sistem perbudakan ini, namun pertama-tama aku harus lulus dari akademi terlebih dahulu.

Tiba-tiba, dari saku blazerku muncul sebuah cahaya terang. Aku mengambil sesuatu yang bercahaya terang yang merupakan kristal komunikasi. Sebelum kami diberi tugas berpatroli, kami dipinjamkan kristal komunikasi dari akademi agar bisa saling berkomunikasi dengan anggota Elevrad yang lain saat sedang berpatroli. Dan juga bisa melaporkan situasi tempat dimana kita berpatroli tanpa harus bertemu satu sama lain. Aku pun memegang kristal komunikasi tersebut. Aku penasaran siapa yang menghubungiku.

"Halo, Rid," ucap suara dari kristal tersebut.

"Charles ya ?," tanyaku.

"Iya, ini aku, Charles," ucap Charles.

Ternyata orang yang menghubungiku lewat kristal komunikasi adalah Charles.

"Ada apa, Charles ?," tanyaku.

"Aku hanya ingin mengobrol saja, itung-itung sebagai penghilang bosan. Apa tempat kamu berpatroli saat ini aman-aman saja ?," tanya Charles.

"Yah, tidak ada apapun yang terjadi disini. Lagipula disini juga ada beberapa prajurit kerajaan dan staf akademi yang berjaga di sejumlah titik. Bagaimana denganmu, Charles ?," tanyaku.

"Aku baru saja membereskan masalah yang terjadi disini. Barusan ada seorang bangsawan yang melakukan tindakan kasar kepada budak yang dia bawa. Karena tindakan itu membuat ketidaknyamanan di tempat ini, aku pun menegurnya. Tapi dia masih tetap melakukan tindakan kasar jadi aku langsung melakukan tindakan keras kepadanya. Aku menghajarnya sampai tidak sadarkan diri," ucap Charles.

"Aku tidak menyangka seorang pangeran sepertimu sampai melakukan itu," ucapku.

"Ahahaha, orang-orang di sekitar yang melihatku melakukan itu juga sangat terkejut. Tapi mau bagaimana lagi, teguran yang kuberikan tidak ditanggapi olehnya. Karena tindakannya membuat ketidaknyamanan di tempat ini, makanya aku memutuskan untuk menghajarnya," ucap Charles.

"Yah yang kamu lakukan itu sudah sesuai prosedur, jadi tidak masalah," ucapku.

"Iya. Aku harus mematikan kristal komunikasi ini dulu, Rid. Sepertinya ada masalah lagi yang terjadi di tempat ini yang harus aku selesaikan karena aku melihat sebuah kerumunan di depan mataku," ucap Charles.

"Baiklah, selesaikan masalah itu dulu, Charles," ucapku.

"Iya," ucap Charles.

Lalu Charles pun mematikan kristal komunikasi itu. Percakapan kita pun terhenti.

Aku pun memasukan kristal komunikasi itu ke dalam saku blazerku. Setelah itu, aku melihat ke sekeliling. Beberapa orang ada yang melihat ke arahku.

"Karena aku memenangkan turnamen akademi sebelumnya, sepertinya itu membuatku menjadi pusat perhatian banyak orang," pikirku.

Tapi aku tidak terlalu memikirkannya. Karena dirasa danau akademi ini sudah aman, aku memutuskan pergi dari danau itu dan melanjutkan patroli ke tempat lain. Saat aku sedang berjalan di jalan yang menghubungkan taman akademi dengan danau akademi, aku melihat dari kejauhan ada gadis kecil yang memakai tudung kepala yang sedang berlari menuju ke danau akademi. Namun saat dia berlari, dia menabrak seorang warga yang berada di depannya. Gadis kecil itu pun terjatuh bersama dengan orang yang ditabraknya itu.

"Bocah kurang ajar, apa yang kau lakukan ?," ucap orang yang ditabrak itu.

Dia pun bangun dan menarik tangan gadis kecil itu menggunakan tangan kirinya dan menahannya agar tidak lari.

"Dimana orang tuamu ? Apa orang tuamu tidak mendidikmu agar menggunakan mata saat berjalan," ucap orang yang ditabrak itu.

Gadis kecil itu pun hanya diam saja meskipun dimarahi dan ditahan oleh orang itu.

"Kenapa kau diam saja ? Jika orang tuamu tidak bisa mendidikmu, biar aku saja yang mendidikmu. Sepertinya kamu memang harus dikasih pelajaran," ucap orang yang ditabrak itu.

Orang itu mengangkat tangan kanannya dan bersiap untuk menampar wajah gadis kecil itu. Gadis kecil itu nampak diam saja tanpa memberikan perlawanan. Lalu orang itu pun mulai menggerakkan tangan kanannya itu, namun saat tangannya hampir mengenai pipi gadis kecil itu, aku langsung menahan tangannya itu. Orang itu pun terkejut.

"Sudah hentikan. Apa kamu tidak malu membuat masalah dengan seorang gadis kecil ? Dan juga, yang kamu lakukan tadi menarik perhatian banyak orang," ucapku.

Karena tindakannya tadi, banyak orang yang menuju ke tempat ini untuk melihat.

"Itu karena dia duluan yang menabrakku," ucap orang itu.

"Aku tahu kalau dia yang salah tapi tidak seenaknya kamu bertindak seperti tadi. Lagipula dia hanya gadis kecil. Aku harap kamu menghentikan tindakanmu ini, jika kamu bersikeras untuk melanjutkannya, maka aku tidak akan tinggal diam," ucapku.

Orang itu pun terdiam beberapa saat, lalu dia pun mulai berbicara kembali.

"Tch, baiklah. Aku tidak akan melanjutkan apa yang aku lakukan tadi. Lagipula itu hanya membuang-buang waktu," ucap orang itu.

Orang itu pun pergi meninggalkan aku dan gadis kecil ini. Kemudian, aku pun membubarkan orang-orang yang berkerumun karena kejadian tadi.

"Semuanya, aku minta maaf atas masalah yang terjadi ini. Kalian bisa melanjutkan aktifitas kalian di festival akademi ini," ucapku sambil membungkuk.

Kerumunan orang yang sebelumnya berkumpul disini pun mulai membubarkan diri dan mereka perlahan mulai berjalan kembali menuju tujuan mereka masing-masing.

"Sekarang masalah sudah selesai. Ngomong-ngomong, kenapa kamu berlari tadi, gadis kecil ?," tanyaku kepada gadis kecil itu yang masih berada di dekatku.

"Sebelum itu, pertama, aku bukanlah gadis kecil. Umurku sudah 11 tahun," ucap gadis kecil itu.

"Memangnya 11 tahun bukanlah gadis kecil ?," pikirku.

"Maaf kalau begitu, aku berkata begitu karena melihat dari tinggimu itu," ucapku.

"Aku tahu kalau sekarang aku ini masih sangat pendek, tapi beberapa tahun lagi aku pasti akan mencapai tinggi yang sama dengan kedua kakakku," ucap gadis kecil itu.

"Kakak ? Apa kamu datang kesini bersama dengan kakakmu ?," tanyaku.

"Tidak, aku kesini hanya sendiri. Justru aku datang kesini karena ingin bertemu dengan kedua kakakku," ucap gadis kecil itu.

"Kamu kesini untuk bertemu dengan kedua kakakmu. Tunggu sebentar, kamu datang kesini sendiri ? Kamu bahkan tidak bersama dengan kedua orang tuamu ? Bukankah berbahaya bagi gadis sekecil dirimu untuk datang kesini sendiri ?," tanyaku.

"Sudah kubilang kalau aku ini bukan gadis kecil,"

"Sebenarnya, aku datang kesini dengan diantar oleh beberapa orang. Tapi aku memutuskan untuk lari dari mereka karena mereka ingin mengikutiku saat berkeliling di festival ini. Aku lari dari mereka karena aku ingin dengan bebas berkeliling festival ini," ucap gadis kecil itu.

"Begitu ya. Ngomong-ngomong, kamu bilang kamu ingin bertemu dengan kedua kakakmu kan ? Mungkin aku bisa membantumu daripada kamu sendirian berkeliling akademi ini untuk mencari kakakmu," ucapku.

"Kakak ini tidak punya niat tersembunyi kepadaku kan ?," tanya gadis kecil itu.

"Apa menurutmu aku ini orang yang punya niat tersembunyi ?," tanyaku.

"Tidak sih," ucap gadis kecil itu.

"Lagipula aku adalah anggota Elevrad. Aku merupakan salah satu penanggung jawab dalam festival ini karena festival ini diadakan oleh Elevrad. Jadi sudah tugasku untuk membantu pengunjung di festival ini," ucapku.

"Elevrad ? Kalau tidak salah, kedua kakakku juga anggota Elevrad," ucap gadis kecil itu.

"Benarkah ? kalau begitu, pencariannya akan mudah. Siapa nama kedua kakakmu itu ?," tanyaku.

"Hmmm aku tidak bisa memberitahunya. Tapi aku bisa memberi tahu petunjuk lain kalau kedua kakakku itu adalah murid tahun pertama, anggota Elevrad dan memiliki warna rambut yang sama denganku ini," ucap gadis kecil itu sambil membuka tudung kepalanya.

Terlihat rambutnya yang memiliki warna pirang keemasan.

"Murid tahun pertama, anggota Elevrad dan berambut pirang keemasan, bukankah itu Charles dan Chloe. Kalau begitu, jangan-jangan gadis kecil ini....," pikirku.

Tiba-tiba, kristal komunikasi yang ada di saku blazerku bercahaya kembali. Aku pun mengambil kristal itu.

"Maaf ya, aku ada panggilan sebentar," ucapku.

"Silahkan, kakak," ucap gadis kecil itu.

Aku pun sedikit menjauh dari gadis kecil itu. Lalu aku pun memegangnya dan menunggu siapa yang menghubungiku.

"Halo, Rid," ucap suara dari kristal itu.

"Chloe ? Ada apa ?," tanyaku.

Ternyata yang menghubungiku adalah Chloe.

"Aku mendapat laporan kalau ada prajurit kerajaan yang berkeliaran di festival ini. Masalahnya prajurit yang berkeliaran itu bukanlah prajurit yang kita pinjam untuk patroli. Prajurit yang berkeliaran itu terlihat seperti sedang mencari sesuatu. Apa kamu tahu tentang itu ?," tanya Chloe.

"Tidak, aku bahkan baru tau setelah kamu kasih tau. Sejak tadi, aku berpatroli di danau akademi, jadi tidak tahu kabar di wilayah depan," ucapku.

"Begitu ya," ucap Chloe.

"Ngomong-ngomong, Chloe. Apa kamu sedang luang sekarang ? Jika iya, bisakah kamu kesini ? Aku sedang berada di jalan yang menghubungkan danau akademi dan taman akademi," ucapku.

"Aku berniat untuk berpatroli ke tempat lain, namun aku berada tidak jauh dari tempat yang kamu sebutkan tadi. Aku akan kesana sekarang," ucap Chloe.

"Baiklah, aku tunggu," ucapku.

Lalu kristal komunikasinya pun berhenti bersinar yang menandakan percakapan telah berakhir. Aku pun memasukkan kristal itu ke dalam saku blazerku lagi.

-

Tidak lama kemudian, Chloe pun sampai ke tempatku berada.

"Ada apa, Rid ?," tanya Chloe.

"Sepertinya ada yang ingin bertemu denganmu," ucapku.

Lalu gadis kecil itu menghampiri Chloe sambil membuka tudung kepalanya.

"Kakak Chloe," ucap gadis kecil itu.

"Carol ?," tanya Chloe yang terkejut.

Gadis kecil itu pun langsung memeluk Chloe.

"Kakak Chloe, aku kangen dengan kakak," ucap gadis kecil itu.

"Kenapa kamu bisa ada disini, Carol ?," tanya Chloe.

"Tentu saja untuk bertemu denganmu, kak," ucap gadis kecil itu.

"Benar juga, Ibunda bilang kalau kamu akan datang saat festival akademi," ucap Chloe.

"Ternyata benar kalau dia adalah adikmu, Chloe. Sebelumnya aku menawarkan bantuan kepadanya karena dia bilang dia ingin bertemu dengan kedua kakaknya. Dia tidak langsung memberi tahu nama kakaknya tapi memberikan petunjuk kalau kakaknya itu murid tahun pertama, anggota Elevrad dan mempunyai warna rambut yang sama dengannya yang merupakan warna pirang keemasan. Aku menduga kalau kakak yang dia maksud adalah kamu dan Charles. Kebetulan sekali saat aku berpikir seperti itu, tiba-tiba kamu menelponku. Jadi aku langsung menyuruhmu untuk datang kesini," ucapku.

"Iya, dia adalah adikku. Namanya adalah Caroline Estella San Fulgen," ucap Chloe.

"Yah sebenarnya aku sudah tau nama adiknya Chloe dari percakapanku dengan Yang Mulia Ratu saat berada di ruangan nona Karina," pikirku.

Chloe dan Caroline masih terus berpelukan.

"Dimana Ibunda atau Ayahanda, Carol ?," tanya Chloe.

"Ibunda dan Ayahanda ada di istana. Tapi mereka berdua bilang kalau mereka akan hadir di festival saat hari terakhir festival, jadinya aku datang kesini duluan. Aku akan menikmati festival ini sampai hari terakhir," ucap Caroline.

"Begitu ya, tapi bukankah sedikit merepotkan apabila kamu terus-terusan pulang pergi untuk menikmati festival ini sampai hari terakhir ?," tanya Chloe.

"Itu benar. Oleh karena itu, tolong izinkan aku menginap disini, kak," ucap Caroline.

"Menginap ?," ucap Chloe yang nampak terkejut.

-Bersambung