08 - Ambisi Kuat
'WHAT THE FUCK! Dia tidak tertarik padaku? Hell, dia bercanda?' umpat Sally dalam batinnya.
Gadis itu melotot kesal, tapi sebisa mungkin mengatur ekspresinya agar tidak terlalu ketara. Harga diri Sally terjun bebas ketika ditolak di depan rivalnya yang bisa dibilang sama sekali tidak sebanding dengannya.
Sally bertekad dalam hatinya untuk membalikkan keadaan. Membuka mata pria sialan ini lebar-lebar untuk menoleh dan takluk di tangannya.
Selain menjalankan misi satu bulan menjadi maid, ia juga ternyata harus menjalankan misi pribadinya. Karena menurut Sally akan sia-sia pengorbanannya satu bulan ini jika pada akhirnya pria itu tidak ingin menjual pulaunya pada Daddynya.
Sally menatap lekat kedua bola mata Roland. Gadis itu seakan menantang pria itu tanpa ragu. Ia bahkan akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Saya yakin, nanti Tuan akan menyesal karena tidak memilih saya," bisik Sally tepat di sebelah telinga kanan Roland.
Pria itu menatap Sally lekat saat wanita itu melangkah mundur meninggalkan kamarnya. Senyum pongah ditunjukkan Sally pada Roland dan sialnya pria itu meneguk salivanya berkali-kali.
Sally menghilang dari pandangan Roland dan tinggallah pria itu dan Katty berdua di dalam kamar.
'Kau terlalu percaya diri, Elley!' batin Roland.
Pria itu menghampiri Katty yang berdiri menekuk wajahnya karena diacuhkan oleh Roland. Pria itu segera memberikan ciuman mesra pada Katty. Keduanya larut dalam lautan ciuman panas.
******
Sally memukul tembok toilet. Ia menumpahkan kekesalannya atas kejadian yang baru saja terjadi. Seumur hidupnya, belum pernah ada pria yang tidak tertarik padanya.
Dengan berani serta kurang ajarnya Roland Filemon menolaknya dan lebih memilih wanita yang jauh di bawahnya serta lebih rendah status. Lagi-lagi harga dirinya terluka, Sally membenci kalah dari seseorang.
Gadis itu berkali-kali menarik napas lalu mengembuskannya. Ingin rasanya ia menjambak rambut dan mencakar wajah Katty yang dengan lancangnya memandang rendah dirinya. Jika saja, Sally tetaplah menjadi Sally bukan Sally menjadi Elley, maka Sally tidak akan tinggal diam. Ia tentu sudah pasti akan melabrak Katty seperti biasanya. Gadis itu mengumpat berkali-kali dalam batinnya.
Sally melirik arloji yang melingkar di tangan kirinya, waktu istirahat. Ia ada kesempatan untuk mencari informasi dari Amor tentang Katty.
Gadis itu segera keluar dari toilet, merapikan dirinya dan berjalan anggun seakan tidak terjadi apa pun. Sally tidak ingin semua orang tahu kalau ia baru saja ditolak majikannya.
Langkah Sally membuat beberapa pekerja pria di sana bersiul. Namun, tidak mungkin Sally tergoda pada pria kelas rendahan seperti itu. Gadis itu mengabaikannya dan tetap berjalan menuju Amor berada.
"Aku ingin mengobrol banyak denganmu. Apa kau bisa?" tanya Sally pada Amor yang baru saja selesai makan.
"Kau tidak makan? Tentu saja aku bisa," tanya Amor perhatian.
Sally menggeleng menjawab pertanyaan Amor itu.
"Berikan aku satu buah apel saja. Lalu kita berbincang segera." Amor membersihkan piring bekas makannya dan bergegas mengambil satu buah apel dari dalam lemari pendingin yang ada di sebelahnya.
"Elley, kau hanya makan apel ini? Wow, pantas saja tubuhmu begitu proporsional. Aku pikir hanya artis dan model yang melakukan diet apel begini," kata Amor.
"Aku tidak terbiasa makan banyak. Jadi, sebaiknya kita berbincang di mana?" tanya Sally tidak sabaran.
Amor terlihat berpikir sejenak lalu ia menjentikan jarinya.
"Kita masih punya waktu satu setengah jam. Lebih baik kita berbincang di dekat kolam. Aku ingin sekalian cuci mata." Amor menarik lengan Sally dengan penuh antusias.
Sally dan Amor duduk di salah satu tempat yang berada di pinggir laut dan di dekat kolam. Suara deburan ombak, birunya langit dan cantiknya Yunani membuat siapa pun akan berdecak kagum.
Namun, bukan itu fokus utama Sally. Gadis itu tentu saja lebih tertarik untuk mendapatkan informasi dari Amor dibandingkan membahas pemandangan di sekitarnya.
"Ceritakan padaku, kenapa Katty menjadi wanita simpanan Mr Roland?" tanya Sally to the point yang sukses membuat Amor tersedak ludahnya sendiri.
"Wah, kau benar-benar tidak sabaran dan tidak menyukai basa basi sepertinya," kata Amor dengan gelengan kepalanya.
"Hm- baiklah jika kau penasaran aku akan memberitahunya." Amor membenahi duduknya dan menatap Sally lekat.
"Di antara semua maid yang ada di sini, hanya Katty yang paling cantik dan juga berbakat. Ia pintar mengambil hati orang, terutama Mr Roland. Hm- bisa dikatakan ia mengejar majikan kita. Ia bersikap lugu dan baik hati, terlihat elegan, tapi sebenarnya dia cukup bar-bar. Aku tidak tahu pasti, kenapa Mr Roland memilih Katty yang paling spesial, tapi tebakan kami para maid, mungkin Katty paling cantik dan juga pintar bersandiwara," jelas Amor.
"Kau tahu, Katty tidak sebaik apa yang ditunjukkannya. Wanita itu sering kali ke luar rumah diam-diam. Karena Soo he pernah bertemu dengannya di kedai kopi di atas sana dan saat itu bukan jadwal Katty libur. Banyak yang iri pada wanita yang dispesialkan oleh Mr Roland itu," lanjut Amor.
Wanita itu menghadap sepenuhnya pada Sally menatap dengan tatapan kesal dan penuh emosi.
"Lebih mengesalkannya lagi, ketika pergi berlayar bersama Mr Roland, Katty seakan majikan kami semua. Ia bahkan tidak mau bekerja apa-apa dan hanya duduk diam di dekat Mr Roland, padahal Mr Roland tidak membutuhkannya. Terlebih lagi, ia pernah menampar salah satu wanita yang-- Hm-- bisa dikatakan jalang, yang memang dibayar untuk datang dan bersenang-senang di pesta kapal pesiar Mr Roland, hanya karena wanita itu mencium pipi Mr Roland,"
"Aku tidak bermaksud menjelekkan seseorang karena iri. Akan tetapi, itulah kenyataannya. Katty pintar bersandiwara. Aku mendukungmu, Elley. Jika kau mau mendekati Mr Roland karena kau jauh lebih pantas dibanding Katty," kata Amor penuh dengan kesungguhan.
Sally menelisik kedua bola mata Amor. Wanita itu memang sedari awal perkenalannya terlihat apa adanya dan jujur. Sally pun sekilas melihat Katty, wanita itu penuh tipu muslihat. Sally semakin tertarik untuk membuka tabir, kenapa Roland si pria kaya raya nan tampan menyukai seorang maid dan berwajah pas-pasan seperti Katty.
Sally tersenyum miring sambil menepuk pundak Amor.
"Dengar! Aku akan membalikkan keadaan. Aku akan membuat majikan tampan kita itu berpaling menggilaiku," ucap Sally penuh percaya diri.
Amor tersenyum lebar dan matanya berbinar menatap Sally.
"Elley, aku mendukungmu," ucap Amor.
*****
Kedua mata Roland menangkap pemandangan yang tak biasa. Ia melihat kedua maidnya sedang berbincang asyik di salah satu lorong tepat di dekat laut dan kolam renang. Pria itu menatap dari kejauhan sosok maid baru yang beberapa waktu lalu cukup mengagetkannya.
Tidak bisa dipungkiri jika wanita yang berstatus maid barunya itu nyaris sempurna sebagai seorang wanita. Yang pertama kali terpancar dari wanita itu adalah aura kesombongan dan ambisius. Untuk pertama kalinya Roland menemukan wanita seperti itu dan rasanya sangat janggal jika wanita itu berprofesi sebagai maid.
Dia pria normal yang tentunya begitu tertarik pada wanita cantik, tapi tidak semudah itu ia menjatuhkan hatinya bahkan tergila-gila hanya dengan kesempurnaan fisik semata.
Roland menghisap dalam cerutu yang ada dalam genggamannya. Wanita itu menarik, tapi sayangnya terlalu sempurna untuk tipenya. Tidak ada tantangannya dan jelas membosankan.
*****
Semua maid yang terpilih berdiri rapi berbaris sebelum masuk dalam kapal pesiar milik Roland. Beberapa dari maid itu secara spontan mengeluarkan decak kagumnya melihat isi kapal pesiar tersebut. Karena ada diantara mereka yang baru satu kali mengikuti ekspedisi pesta kapal pesiar majikan muda nya itu.
Namun, semua itu lagi-lagi tidak berlaku pada Sally. Wanita itu tampak acuh tak acuh berada di sana. Ia lebih tertarik untuk segera menaklukan Roland dibanding mengagumi interior kapal itu. Sebagai informasi, Daddynya juga memiliki kapal pesiar dan sama bagusnya dengan kapal pesiar Roland itu.
"Ini kapal pesiar baru milik Mr Roland. Dia benar-benar seperti manusia yang memiliki uang tanpa seri," bisik Amor.
"Elley, dengar! Kau akan kebingungan menentukan targetmu jika teman-teman Mr Roland ikut dalam rombongan perjalanan ini. Mereka semua tidak kalah tampan dari majikan muda kita itu," kata Amor memberitahu.
Kepala asisten rumah tangga tiba-tiba memberikan alarm agar mereka semua berbaris yang rapi karena majikan dan juga tamu-tamunya akan segera naik ke kapal.
Kacamata hitam, celana pendek serta kaos putih transparan dipadu dengan sepatu sneakers membuat penampilan Roland tampak begitu menarik dan santai. Ketampanannya berkali lipat bertambah. Ritme jantung Sally secara kurang ajarnya berdentam dentum saat langkah kaki pria itu menuju ke depannya.
"Seragam maidmu hari ini tampak begitu menarik dan cocok di tubuhmu. Semoga pekerjaanmu semakin menyenangkan di sini," ucap Roland seakan ejekan pada Sally.
Gadis itu menggigit bibir dalamnya dan mengepalkan kedua telapak tangan menahan kekesalannya. Ia benci ketika melihat ekspresi Roland berbicara seakan mengejek dan juga merendahkan harga dirinya.
'Dasar pria sialan. Lancang sekali mulutmu. Lihat saja, aku akan membuatmu takluk padaku. Jangan pernah merendahkan harga diri seorang Sally Beatrice James, Roland Filemon,' batin Sally sambil menatap punggung majikannya yang sedang tertawa lebar dengan para sahabatnya.
