Empat
Happy Reading
****
Amanda mendudukan pinggul sintalnya di jok mobil. Ia memilih untuk duduk sejenak menenangkan detak jantungnya yang berdebah begitu cepat. Efek pria misterius itu cukup besar ternyata.
Masih jelas dalam ingatan Amanda, bagaimana suara pria itu berbisik di telinganya, menawarkan hal yang cukup menggiurkan. Tapi otak Amanda cukup normal untuk menolak ajakan itu. Ia bukan jalang yang dengan mudahnya mengiyakan ajakan pria hidung belang.
Jika saja pria itu mengajaknya dengan cara pendekatan yang lebih halus, mungkin Amanda akan mempertimbangkan ajakannya. Namun, balik lagi pria misterius itu mengajaknya secara blak-blakan tanpa tendeng alih-alih. Begitu percaya diri jika Amanda tidak akan menolaknya.
Tidak semudah itu, Pria no name!
Namun, Amanda masih dibayang-bayangi dengan senyuman serta wajah tampan pria itu. Matanya, tatapannya, hidung mancungnya, dagu belahnya, alis tebalnya, bibirnya. Oh ya Tuhan. Bagaimana mungkin Tuhan begitu baik menciptakan pria itu.
Panik!
Amanda mendadak panik mengingat apa yang baru saja ia lakukan pada pria itu. Jas dan kemeja serta jam tangan yang melekat pada tubuh pria itu semua merupakan barang mewah. Tidak menutup kemungkinan jika pria misterius itu merupakan salah satu pengusaha kaya.
"Jangan sampai pria itu mencariku dan menuntutku atas tindakan konyol yang aku lakukan tadi," gumam Amanda pada dirinya sendiri.
"Ah, tapi bukankah salah dia sendiri yang kurang ajar mengajakku langsung ke ranjangnya. Percuma saja tampan, tapi otaknya mesum. Bukan sangat tipeku!"
"Tipeku? Kau becanda Amanda. Mengatakan tipe saat ini? Maksudmu tipe pria yang mengabaikanmu yang menjadi favoritmu. Dasar Amanda bodoh!"
Amanda terus bermonolog, sampai akhirnya ia mulai menstarter mobilnya, pergi meninggalkan parkiran kelab dan kembali ke apartemennya.
Sesampai di apartemen, keheningan menyambut Amanda. Ia merebahkan tubuhnya berguling di atas sofa. Amanda memejamkan matanya dan seketika ia mengumpat.
"Shit!" umpat Amanda.
"Ya Tuhan! Apa salah isi kepala ini, bisakah berhenti sejenak untuk tidak membayangkan wajah pria tampan nan sialan tadi? Astaga, apa aku harus ke psikiater? Kenapa wajahnya selalu terbayang di otakku? Apa pria itu pakai ilmu guna-guna?" Amanda memposisikan tubuhnya menjadi duduk bersila sambil memegang kepalanya dengan kedua telapak tangan.
Amanda menarik napas lalu membuangnya perlahan, ia melakukan itu selama beberapa kali, tapi hasilnya nihil. Semua kejadian yang baru saja terjadi di dalam kelab, bagaimana ia bertatapan dengan pria misterius itu, wajah tampan pria itu, senyum simpul kecilnya, suara beratnya, oh semuanya selalu terlintas di kepala Amanda dengan jelas.
Sialnya, pria itu terlihat sempurna sekali. Dibalik kemeja yang pria itu kenakan pasti tersimpan dada bidang yang cukup lebar, keras, kencang dan lengannya berisi otot-otot yang bisa dibilang Peluk-able. Bibirnya yang merah, demi apapun ini luar biasa sekali, jarang Amanda mendapati pria dengan bibir semerah itu, bibir yang sangat kiss-able. Lantas sesuatu yang begitu memikat untuk dimainkan di bagian bawah, dibalik celana kain panjangnya itu mungkin berukuran besar, mengingat pria itu merupakan pria asing keturunan.
Ya Lord! Amanda menggeleng keras. Sangat tidak biasanya ia berpikiran sekotor ini tentang seorang pria. Bagian bawah selangkangannya berdenyut dan sepertinya sedikit basah. Gila! Hanya dengan membayangkan perawakan serta penampilan pria itu, Amanda menjadi sangat horni.
Ini pertama kali dalam sejarah hidupnya, ia merasakan hal seperti ini. Biasanya ia perlu rangsangan langsung atau menonton Fifty Shades of Grey melihat Jamie Dornan terlebih dahulu baru ia merasa horni. Saat ini merupakan kejadian langka dalam sejarah hidupnya. Tidak masuk akal.
Amanda memilih untuk berendam dan mandi, agar pikiran kotor mengenai pria misterius itu luntur dari otaknya. Ia berdoa, agar tidak bertemu lagi dengan pria itu. Pria itu berbahaya untuk kondisi fisik dan juga mentalnya. Sebisa mungkin harus dihindari.
*****
Menu sarapan yang dibuat Amanda, tak jauh dari makanan kesukaan rata-rata orang korea yaitu mie beserta kimchi namun, diberi makanan penunjang lainnya.
Meskipun tidurnya hanya beberapa jam saja, tapi tidak menyulutkan semangat pagi menjelang siang hari ini bagi Amanda. Ia memakan sarapan buatannya sendiri ditemani kartun di televisi.
Hari ini Amanda berencana untuk menghabiskan waktu liburnya seharian di dalam apartmen, membereskan perabotan miliknya di sana yang sudah jarang tersentuh lagi.
Ponselnya berbunyi, menandakan ada panggilan masuk. Amanda segera mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo, selamat pagi," sapa Amanda ramah.
Hening!
Amanda memandang ponselnya, ia memastikan jika panggilannya tidak terputus.
"Hallo ... Hallo ... Hallo!"
"Jika tidak ada kepentingan, jangan menelepon kemari," ketus Amanda akhirnya, ia sudah lelah menunggu balasan dari sapaannya di telepon itu.
Tidak biasanya ia mendapatkan telepon dari orang iseng seperti hari ini. Ketika ia ingin menggeser tombol merah, ada suara dari si penelpon.
"Babe..."
Amanda menegang di tempat ketika ia mendengar suara si penelpon. Tubuhnya meremang seketika.
Ini bukan suara Dia yang Amanda rindukan dan harapkan, tapi ini suara pria semalam. Meskipun baru satu kali ia bertemu dan tidak banyak berbicara pada orang itu, Amanda yakin jika yang meneleponnya ini adalah pria misterius semalam.
"Kau salah sambung," kata Amanda ketus.
"Amanda Altakendra ... Bagaimana mungkin aku bisa salah menelepon wanitaku," suara berat dan seksi itu kembali terdengar seperti desahan di telinga Amanda.
Super sialan! Bagaimana pria itu bisa mengetahui nomor ponselnya dan ada urusan apa pria itu meneleponnya. Baru semalam Amanda bertekat agar tidak berurusan bahkan bertemu lagi dengan pria itu, malah sekarang pria itu yang meneleponnya secara mengejutkan.
"Wanitamu? Hell no! Sejak kapan aku menjadi wanitamu, jangan bermimpi, Tuan!" berang Amanda.
'Memangnya dia siapa, seenaknya bicara aku wanitanya! Tidak semudah itu, sialan!' batin Amanda.
Terdengar suara tawa terkekeh dari seberang telepon Amanda. Sesungguhnya tawa pria itu terdengar begitu merdu di telinga Amanda. Halusinasi tingkat tinggi!
"Kau menanyakan sejak kapan? Sejak semalam, sejak kau memandikanku dengan setengah gelas wine-mu. Dari itu aku sudah menganggapmu wanitaku." ucapnya.
"Dasar gila! Otakmu benar-benar sudah tidak waras! Harusnya sekalian saja aku pecahkan gelasnya ke kepalamu," ketus Amanda.
"Aku jadi ingin membungkam mulut pedasmu itu, babe. Mencium dan melumat bibirmu serta mengeksplor isi mulutmu secara rakus sampai kau kehabisan napas,"
Demi Tuhan! Harus berapa banyak umpatan yang dikeluarkan Amanda pagi ini. Ucapan pria itu berhasil membuat panas wajahnya dan secara spontan membuatnya meraba bibirnya.
"Kau ini siapa sebenarnya? Bagaimana kau bisa tahu nomor ponselku! Kau penguntit atau kau seorang maniak?" tuduh Amanda.
"Dengarkan namaku baik-baik, babe!"
"Aku Darko Dio Achelaus. Pria yang telah mengklaim dirimu sebagai wanitaku. Aku akan pastikan, kau akan segera menjadi milikku sepenuhnya." tegas pria yang mengaku bernama Darko Dio Archelaus.
"Persetan dengan omong kosongmu! Kau terlalu percaya diri Tuan Darko! Aku bahkan sama sekali tidak tertarik padamu," desis Amanda kesal.
Lagi-lagi tawa pria itu terdengar.
"Aku semakin bergairah mendengar segala umpatanmu, Babe!" Amanda menggeleng tak percaya mendengar ucapan pria itu.
"Cukup! Sebenarnya apa yang kau inginkan. Aku sudah lelah berdebat denganmu, jangan buang waktuku." ucap Amanda sambil memijit pelipisnya.
"Aku mau kau!"
"Aku mau berada di atasmu. Mencium bibirmu dengan buas. Menggenggam kedua bukit kembarmu. Menyatukan milik kita. Mendesah bersama dan mengeluarkan segala cairan klimaks di dalam rahimmu. Oh, bukankah itu sesuatu yang luar biasa,"
God Damn It! Ucapan Darko berhasil membuat selangkangan Amanda berdenyut dan basah. Ucapan pria itu benar-benar bisa mempengaruhi gairah tubuh Amanda. Berbahaya, pria itu berbahaya untuk Amanda.
Amanda harus segera menghentikan percakapan gila ini, sebelum otak normalnya melenceng menjadi pemikiran kotor. Sebelum ia mendadak berubah menjadi wanita agresif seperti Nana, menyediakan wadah untuk lolipop pria itu dengan sukarela.
"Milikku sudah menegang dan keras, Babe. Apa kau tidak penasaran untuk memegangnya atau merasakannya?" lanjut Darko.
Amanda mengacak rambutnya dan memejamkan matanya menahan kesal.
"Kau memang bastard!" umpat Amanda dan telepon pun dimatikan sepihak oleh Amanda.
Amanda menyandarkan tubuhnya yang bergairah pada punggung sofa. Ia tidak pernah merasakan selangkangannya benar-benar basah hanya karena mendengar ucapan vulgar dari seorang pria asing ditelepon.
Pria yang bernama Darko itu sukses membuatnya horni tingkat tinggi saat ini. Amanda tidak tahu akan bertindak bagaimana jika pria itu berbicara seperti itu di depan wajahnya. Ia mungkin akan terlebih dahulu melumat bibir pria itu dan menyerahkan diri sepenuhnya karena terlalu lemah. Itu tidak boleh terjadi. Tidak!
****
Jangan lupa komen yah
