Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

HMT 2 - Wanita Mirip Michele

Satu pekan berhasil Leo lewatkan dengan hampa tanpa istri tercintanya. Tak ada kopi panas di pagi hari, juga pakaian ganti di atas ranjang seperti biasa. Leo tertatih tanpa Michele, tapi dia harus tetap melanjutkan hidupnya.

"Pekan depan CEO akan melangsungkan pernikahan. Lakukan tugas kalian dengan baik. Pesta harus berjalan lancar tanpa kendala," ucap seorang pria yang sedang berdiri di depan beberapa orang bodyguard.

Mereka sedang berada di markas GM3 - organisasi khusus yang dibentuk oleh Group Miracle, perusahaan teknologi milik keluarga bangsawan Alexander Gold.

Para bodyguard terdiri dari pria muda berusia 27 - 35 tahun, mahir bela diri, memiliki postur tubuh ideal dan pertahanan yang kuat.

Leo Hillton merupakan junior bodyguard yang baru tiga bulan bergabung dengan organisasi elit tersebut.

Dia lolos dari masa pelatihan dengan nilai yang bagus. Dari postur tubuh, keahlian, pertahanan, dan paras yang tampan tak sulit baginya lolos dari seleksi ketat yang mereka adakan.

Masih dalam masa berkabung,

Leo berdiri di barisan kedua para bodyguard. Wajahnya tampak muram dengan pandangan kosong. Dia bahkan tak menyimak apa yang sedang disampaikan oleh kepala pimpinan organisasi pagi ini.

"Hei, kamu!"

Leo dibuat terkejut saat kepala pimpinan organisasi menunjuknya dengan wajah tegas. Dia buru-buru menegakkan tubuh dan fokus.

"Leo Hillton, junior bodyguard tingkat dua. Kamu dan tiga orang senior segeralah berangkat ke kediaman CEO. Perketat penjagaan di sana. Keluarga Alexander memiliki banyak musuh karena reputasi mereka. Lakukan yang terbaik!" perintah kepala pimpinan dengan tegas.

"Baik, Pak!" Leo menjawab dan menyanggupi dengan tegas pula.

Kepala pimpinan mengangguk puas.

Setelah diberi tugas, para bodyguard segera dibubarkan.

"Aku dengar, calon istri CEO sangat cantik. Dia berasal dari keluarga bangsawan."

"Ya, aku pernah melihatnya satu kali. Wajah dan bentuk tubuhnya benar-benar membuatku berfantasi liar! Dia sangat sempurna."

"Betuntung sekali CEO."

"Tentu saja, karena para Crazy Rich memiliki modal yang mumpuni untuk mendapatkan wanita cantik. Benar, bukan?"

"Begitulah. Apalah kita ini yang cuma alas kaki mereka."

Leo terpaksa harus mendengar perbincangan para bodyguard saat mereka sedang bertukar pakaian di kamar. Istri CEO teramat cantik? Entahlah, baginya tak ada wanita yang bisa dibilang cantik selain istrinya, Micel Crafson.

"Kenapa memasuki hutan? Apakah rumah CEO berada di hutan lindung San Mitero?" Leo bertanya pada senior bodyguard yang sedang mengemudikan mobil CRV di mana dirinya duduk saat ini.

"Ya, CEO memang tinggal di hutan seperti Tarzan." Senior bodyguard bernama Max menjawab seraya tersenyum tipis. Ekor matanya melirik pada Leo yang duduk di sampingnya. "Bahkan, yang kudengar. CEO sangat buas seperti singa jantan," lanjutnya lalu mengembalikan pandangan lurus ke depan.

Leo terdiam tak menimpali lagi. Seperti Tarzan dan buas seperti singa jantan? Entahlah, dia baru tiga bulan mengabdi pada Group Miracle. Tak banyak hal yang dirinya ketahui tentang CEO pemilik organisasi elit di mana dia bekerja. Bahkan, mereka baru tiga kali bertemu.

Dua kali saat mereka menghadiri peresmian anak perusahaan dan satu kali saat pemakaman Michele. CEO merupakan pria yang dingin dan berparas tampan, hanya itu saja yang dirinya ketahui pasal pewaris Group Miracle, Jose Alexander Gold.

Setelah melewati jalan di tengah hutan lindung, mobil-mobil para bodyguard tiba di depan gerbang sebuah mansion mewah. Leo sedikit tercengang. Di dalam hutan ada sebuah residence elit?

"Lupakan rasa haus dan lapar kalian. Cepatlah menyebar ke beberapa titik. Jaga wilayah pesta sebaik mungkin. Fokus melindungi CEO dan pengantinnya. Kalian paham?" Max memberi aba-aba setibanya mereka di pelataran mansion.

"Paham, Senior!"

Semua bodyguard menjawab dengan suara lantang. Kemudian mereka segera menyebar ke beberapa titik. Pistol di pinggang, Leo berdiri di sekitar altar yang sudah dihias begitu indah. Melihatnya, dia teringat saat menikahi istrinya tiga bulan yang lalu.

"Pemberkatan pernikahan akan segera dimulai. Di mana mempelai wanitanya?"

"Itu dia. Ya Tuhan, dia sangat cantik!"

"Benar-benar cantik! CEO sangat beruntung!"

Para tamu undangan terdengar ricuh. Mereka memuji kecantikan mempelai wanita yang sedang berjalan menuju altar.

Gaun besar pengantin warna putih membalut tubuh proporsionalnya, dengan buket bunga mawar putih dalam genggaman. Wajahnya tak kelihatan jelas karena tirai transparan menutupinya. Meski begitu, kecantikan wanita itu masih bisa digambarkan.

Leo memandangi saat kedua mempelai pengantin naik ke altar. Mereka harus memastikan, jika CEO dan calon istrinya tiba di sana dengan selamat.

Bernapas lega, Leo memalingkan pandangan ke atas atap mansion. Matanya membulat penuh. Apa dia tidak salah lihat? Seorang sniper sedang mengincar CEO dengan senapan laser?

Leo segera berlari meninggalkan area pesta. Dia menemukan sniper di atas gedung. Mereka terlibat perkelahian sengit di sana.

Sementara di bawah, mempelai wanita sedang gugup dan ragu saat pendeta bertanya padanya.

Dia melirik pada pria dengan tukedo pengantin yang berdiri di sampingnya saat ini. Apakah dia akan benar-benar menikahinya? Sementara dia tak mengingat apa pun tentang hubungan mereka.

"Camila, apa yang sedang kamu pikirkan? Cepat selesaikan ritualnya. Aku sudah tak tahan ingin menbopongmu ke kamar pengantin," ucap Jose setengah berbisik ke wajah mempelai wanita di sampingnya.

"Jose, aku ..." Mata wanita bernama Camila itu berkaca-kaca dan tampak kebingungan.

"Cepat lakukan, Camila. Apa kamu mau mempermalukan keluarga Alexander Gold?" Jose menatap dengan tajam kali ini.

Camila dan wajah gugupnya mulai ketakutan. Dia menoleh pada pendeta di depannya. Senyum tenang pria tua itu membuatnya sedikit relax. Ritual pemberkatan pernikahan pun segera dimulai.

"Katakan! Siapa yang menyuruhmu menghabisi CEO?!" gertak Leo seraya mencengkeram kerah jaket sniper yang berhasil dia lumpuhkan. Napasnya terengah-engah usai menghajar pria bertopi hitam itu habis-habisan.

"Sampai mati pun aku tidak akan beri tahu!" Sniper itu membalas tatapan mematikan Leo.

"Brengsek!" Leo mendengkus kesal. Kepalan tinjunya segera menghantam wajah sniper itu. Kemudian dia menyeretnya meninggalkan atap mansion.

"Dia berusaha menembak CEO."

"Apa?!"

Max dibuat terkejut saat Leo melempar seorang pria lemas ke hadapannya. Menembak CEO? Dengan wajah murka, dia segera memerintah para bodyguard mengamankan sniper itu dari wilayah pesta. Kemudian meminta Leo kembali berjaga-jaga.

Pesta masih berlangsung hingga malam hari. Jose dan Camila bersanding di pelaminan mewah. Kilat kamera tak henti menyoroti pasangan yang baru menikah itu.

Jose terlihat sangat bahagia. Tentu saja. Sementara Camila hanya berusaha tersenyum di depan semua orang. Demi martabat keluarga Alexander Gold, dia berusaha keras.

Hingga saat Camila meninggalkan pesta menuju kamarnya, tak sengaja dia berpapasan dengan Leo yang sedang berjalan bersama beberapa bodyguard lainnya.

"Selamat malam, Nyonya Camila." Para bodyguard menyapa istri bos mereka dengan sopan.

Camila hanya melempar senyum tipis pada para bodyguard. Wanita dengan balutan gaun pengantin itu segera berlalu bersama dua orang pelayan pribadinya. Leo tertegun di tempat. Apa dia tidak salah lihat? Wanita itu memiliki paras yang tak asing baginya.

"Michele?"

Tersentak Leo, ini tidak mungkin.

Dia pasti salah lihat! Leo mengusap kasar wajahnya lalu menggeleng tak percaya. Mustahil dia melihat istrinya di sini. Wanita itu Camila, istri bosnya. Bukan Michele, istrinya yang sudah tiada.

"Kamu lihat itu? Dia benar-benar cantik, bukan?"

Suara itu mengejutkan Leo yang sedang tertegun di tempat. Pria itu menoleh langsung pada pria di sampingnya. Jack tersenyum tipis padanya. Leo hanya mengangguk pelan. Mereka kembali melanjutkan langkah.

"Jack, sudah berapa lama kamu bergabung dengan Organisasi GM3?" tanya Leo sambil berjalan bersisian dengan Jack. Mereka berjalan di barisan belakang setelah para bodyguard senior.

"Sekitar satu tahun. Kenapa bertanya?" Jack menatap Leo dengan tatapan penyidik.

Leo menggeleng. "Bukan apa-apa," ucapnya lalu tersenyum tipis.

Sial! Rupanya Jack hanya senior bodyguard tingkat satu. Pria itu baru bergabung dengan Organisasi GM3 satu tahun. Artinya, tak banyak hal yang Jack ketahui. Mungkin Max yang jauh lebih tahu, karena pria itu senior bodyguard tingkat satu.

Leo masih berpikir, hingga tiba-tiba wajah istri CEO muncul di benaknya. Matanya dipejamkan. Ya Tuhan ... Tak bisa dipungkiri, Camila ada kemiripan dengan Michele.

Hanya saja, Michele berpenampilan sederhana, tak seperti Camila yang glamour. Juga hidung Camila yang mancung dan matanya yang sipit, jelas dia bukan Michele. Mungkin hanya mirip saja, Leo masih berkutat dengan pikirannya.

"Apa yang sedang kamu pandangi?"

Leo yang sedang memandangi Camila di tengah para tamu dibuat terkejut saat seorang pria menepuk satu bahunya dari arah samping. Dia menolehkan kepala dengan cepat. Jose sedang menatapnya saat ini.

Leo yang tersentak buru-buru menunduk.

"Maaf CEO."

Jose tersenyum miring. Dia tahu apa yang sedang junior bodyguard itu pandangi."Kamu sedang memandangi istriku?" tanyanya langsung.

Leo tersentak dibuatnya. Pria itu menggeleng cepat. "Bukan, CEO. Mana berani saya memandangi Nyonya Camila," jawabnya gugup. Dia tampak seperti pencuri yang sedang tertangkap basah.

Jose menyeringai tipis. Matanya menatap Camila yang sedang berbincang dengan para tamunya. Gaun malam warna biru tua itu membuat Camila tampak bersinar di antara wanita lainnya di pesta. Cantik sekali bak diamon di tengah kegelapan.

"Apa kamu berpikir jika Camila mirip dengan istrimu?" Jose bertanya pada Leo tanpa memalingkan pandangan dari Camila.

Leo kembali dikejutkan. Dia tak menyangka CEO bertanya seperti itu padanya."Tidak, CEO. Mereka tidak mirip. Michele bahkan tak pernah mengenakan gaun pendek yang mewah seperti yang dikenakan oleh Nyonya Camila." Tenggorokan Leo terasa tercekat saat mengucapkannya.

Jose mengepalkan buku-buku jemarinya. Jadi benar, jika junior bodyguard itu sedang memandangi istrinya? Dengan cepat disambar rahang Leo olehnya. Dia menatapnya tajam bak ingin memangsa pria itu hidup-hidup. Leo bergetar ketakutan melihat kemarahan Jose.

"Sekali lagi aku melihatmu menatap Camila, maka aku akan mencungkil matamu itu dengan jariku sendiri," desis Jose ke wajah Leo. Kemudian dilepaskan pria itu dengan kasar.

Leo hampir jatuh, terdorong. Dia buru-buru meminta maaf pada Jose. Seketika dirinya menjadi pusat perhatian para tamu. Camila yang merasa heran segera menemui Jose yang sedang menghajar Leo habis-habisan.

"Jose, hentikan! Ada apa ini? Apa kamu sudah gila?" Camila buru-buru menahan Jose yang masih belum puas menghajar Leo.

"Si bodoh itu berani menatapmu! Aku akan menghabisinya!" Jose dan emosinya sulit dihentikan. Ditendang Leo yang terkapar oleh tungkai panjangnya.

"Jose!" Camila segera menyusul suaminya yang pergi setelah melumpuhkan Leo. Ada apa dengan Jose? Dia benar-benar tak paham. Suaminya memukuli seorang bodyguard di depan para tamu. Ini benar-benar gila.

Leo berusaha bangkit. Pelipisnya berdarah, hidungnya juga berdarah. Wajar saja dirinya kalah, karena dia tak melawan saat Jose menghajarnya. Bagaimanapun pria arogan itu adalah big bosnya.

Mata Leo terangkat ke wajah pria yang sedang berdiri di hadapannya kini. Max dan dua orang senior bodyguard tingkat satu sedang menatapnya geram. Ya Tuhan ... Sepertinya dia dalam masalah besar.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel