Pustaka
Bahasa Indonesia

One More Time

2.0M · Tamat
Leony Sinta Kurnia
1244
Bab
656.0K
View
8.0
Rating

Ringkasan

5 tahun yang lalu, api yang besar membakar semua cinta Samantha pada Nelson.5 tahun kemudian, dia kembali dengan anak mereka, Sean.Menemukan bahwa wanita dengan wajah yang beda ini adalah istrinya, Nelson ingin mengejar Samantha kembali.Tapi, kayaknya anak mereka tidak setuju...?Akankah cinta mereka dilanjutkan?

RomansaPresdirMenyedihkanAnak KecilPerceraianCLBK

Bab 1 Hubungan Kita Sudah Berakhir

Bab 1 Hubungan Kita Sudah Berakhir

Ketika Samantha Shen mengambil hasil pemeriksaan kehamilan, hatinya melonjak kegirangan.

Dia hamil!

Dia mengandung anak Nelson Ye!

Setelah menikah selama 3 tahun, akhirnya ia mengandung anaknya, ini benar-benar bukan sesuatu yang mudah bagi Samantha.

Dengan gembira ia mengambil hasil pemeriksaan itu dan berjalan keluar, tak sabar ingin memberitahukan kabar baik ini kepada Nelson. Namun ketika ia berbelok, dilihatnya segurat bayangan yang familiar berlalu dengan cepat.

Messie Chu? Cinta pertama Nelson! Dia tiba-tiba berbalik! Dengan cepat Samantha membuntutinya, dan ia mendapati Nelson yang seharusnya berada di kantor sedang menemaninya di sisinya, memapahnya dengan hati-hati. Perutnya tampaknya sudah hamil sekitar lima bulan lebih.

"Nelson, aku tak apa-apa, jangan gugup, anak ini baik-baik saja."

"Lebih baik diperiksa saja supaya tenang, lagipula anak dalam kandunganmu itu adalah cucu sulung keluarga kami, susah-susah mendapatkannya."

Messie tersenyum manis, Nelson lembut bak air, adegan ini menusuk Samantha sedalam-dalamnya.

"Apa yang sedang kalian lakukan?"

Samantha meremas hasil pemeriksaan kandungan di tangannya, jemarinya meremas kertas itu hingga memutih, namun tetap tak bisa menghilangkan rasa sakit di hatinya. Dia mandul sejak awal, namun demi memberikan seorang anak bagi Nelson, selama tiga tahun ini ia telah memakan berbagai macam obat, telah pergi ke berbagai rumah sakit, bahkan beberapa kali hampir membahayakan nyawanya, namun ia tak menyangka hari dimana ia diputuskan hamil, ia justru mendapati Messie tengah mengandung anak Nelson.

"Kenapa kalian ada di sini?"

Raut wajah Nelson menegang, kelembutan bak air yang tadi terpancar di matanya itu berubah dingin, suhu di sekitar mereka pun terasa ikut turun karenanya.

Melihat sikapnya sebelum dan sesudah, Samantha tak sabar untuk mendesaknya dengan pertanyaan lanjutan.

"Kenapa aku di sini? Nelson, aku adalah istrimu, saat ini kau sedang menemani selingkuhanmu memeriksakan kandungan, dan kau masih tidak malu untuk menanyakan kenapa aku di sini?"

Pertanyaannya yang menyudutkan itu memancing perhatian orang sekitar.

Tiba-tiba Messie menangis dengan mimik kasihan.

"Nelson, maaf, aku telah membawa-bawa dirimu kalau saja aku tidak kembali, tidak memberitahumu keberadaan anak ini, atau kalau aku menggugurkan anak ini, mungkin Samantha tidak akan salah paham. Maaf, semua ini salahku."

Selesai mengatakannya, Messie berbalik lari.

"Santo, ikuti Nona Messie, hati-hati dengan perutnya. Kalau sampai terjadi sesuatu dengan kandungannya, hanya kau yang akan kutanya."

Suara Nelson begitu panik, Santo Song asistennya itu segera mengejarnya.

Samantha merasa ia sulit bernapas, tidak pernah Nelson memberikan perhatian seperti itu padanya.

"Nelson, bajingan kau!"

Dia mengangkat tangannya, ingin menampar Nelson, namun tamparannya itu ditahan oleh Nelson, tangannya yang sedikit bertenaga itu memberikan rasa sakit pada tangan Samantha hingga membuatnya meringis.

"Samantha, tiga tahun lalu kau menggunakan cara licikmu dan naik ke ranjangku, memaksaku untuk mau tak mau harus menikahimu, seharusnya kau tahu dari pernikahan ini aku tak mungkin memberikan cinta seperti yang kau inginkan. Kuperingati kau, anak dalam kandungan Messie sangat berharga, dan itu adalah darah daging keluargaku, kalau kau berani melakukan hal buruk padanya, jangan salahkan aku yang tak peduli lagi dengan hubungan suami istri."

Selesai bicara, Nelson menghempaskan tangan Samantha.

Samantha berdiri dengan tidak stabil, ia hampir saja terjatuh, buru-buru ia berpegangan pada selusur dinding di sampingnya, tangannya yang memegang hasil pemeriksaan kandungan itu segera melemparkannya kepada Nelson.

"Kau hamil?"

Sorot mata Nelson berubah kaget dalam sekejap.

Samantha malah tertawa, air matanya mengalir dari sudut matanya.

"Apa kau peduli? Tiga tahun lalu aku telah menjelaskannya padamu, tapi kau tetap tidak percaya. Tidak peduli bagaimana aku berusaha merebut hatimu, kau seperti tidak melihatnya. Bahkan sekarang cinta pertamamu akan memberimu seorang anak. Nelson, aku memang mencintaimu, tapi aku juga punya harga diri dan hormat! Aku akan menggugurkan anak ini. Hubungan diantara kita sudah berakhir."

Hati Samantha seperti tersayat-sayat, namun ia tetap berbalik dan meninggalkan tempat itu.

Sorot mata Nelson menjadi mendung.

Ia melangkah dengan cepat ke depan, memeluk Samantha, dan segera berjalan ke luar rumah sakit.

"Samantha, kau kira siapa dirimu? Yang memaksaku menikahimu itu kau, sekarang yang mengatakan tidak ingin anak juga kau, kau kira aku Nelson ini tidak punya emosi, dipermainkan seperti ini olehmu? Kuberitahu kau, tentang kelanjutan anak ini, aku yang menentukan!"

"Nelson, lepaskan aku! Ini adalah anakku, tidak ada hubungannya denganmu!"

Samantha memberontak dengan penuh amarah, namun ia tetap tidak bisa melepaskan diri dari Nelson.

"Anakmu? Tidak ada aku, bagaimana itu bisa ada? Samantha, sebaiknya kau jangan memancingku!"

Mata Nelson yang indah itu menyipit, aura dinginnya menyelubungi sekelilingnya, membuat orang merasa tertekan.

Di saat itulah teleponnya tiba-tiba berdering.

Agar bisa menerima telepon dengan leluasa, Nelson melepaskan Samantha, namun satu tangannya tetap menahan dia, begitu mengikat.

Samantha merasa kesakitan.

Setiap kali ia pasti selalu punya insting, merasa Nelson sebenarnya sedikit banyak tetap memperhatikan dia, seperti saat ini.

"Apa katamu? Messie ingin bunuh diri? Awasi dia, aku segera ke sana!"

Nelson mendadak menegang, sementara pikiran Samantha yang sedikit hangat itu perlahan mulai dingin kembali.