Pustaka
Bahasa Indonesia

Om Muda Mengejar cinta Jeni

65.0K · Ongoing
Bearbee1995
55
Bab
10.0K
View
7.0
Rating

Ringkasan

Gimana jadinya jika kita yang masih berstatus sebagai pelajar di kejar oleh om mesum yang gila akan diri kita. Ya, ini di alami Kamu wanita seksi dan cantik ini di kejar dua laki-laki yang jauh di atasnya. Dia suka dengannya bahkan melakukan apapun untuknya. Di suka dengan laki-laki yang lebih tua darinya tapi sifatnya belum dewasa sama sekali. Dia sama dengannya gini hal-hal berbau malam. Entah ke club, atau hanya nongkrong bersama dengan teman-temannya. Apakah cinta mereka berjalan mulus tanpa kesedihan?

RomansaKeluargaPernikahanSweet

Bab 1 Di Club Malam

Bab 1 Di Club Malam

Dj terdengar merdu di padu dengan gemerlap lampu club malam yang remang, seorang gadis mengangkat tangannya menikmati alunan musik Dj yang begitu asyik terdengar di telinganya. Di dalam keadaan mabuk berat setengah sadar gadis cantik beranjak dari duduknya menikmati musik DJ di balik kerumunan para lelaki dan wanita jadi satu sedang asyik menggerakan tubuh gemulainya mengikuti irama alunan musik DJ.

Sorang laki-laki duduk menikmati satu gelas minuman di tangannya, menggoyangkan gelasnya sembari menatap para gadis yang senang menikmati musik.

"Hai Van.. coba lihat seorang gadis cantik yang menari di sana" ucap Edo duduk di amapingnya, menunjuk ke arah gadis yang di maksud.

Vano menatap ke arah wanita itu sekilas. Puas menatapnya sejenak, dan.

Plakk..

Dia mumukul kepala Edo dengan tangannya sedikit keras.

"Dia masih sangat kecil. Mungkin masih di bawah umur, apa kamu mau menggaetnya juga? Atau nanti di kira kamu pedofil lagi," Vano mengangkat tanganga kananya, meneguk minumannya, berhenti sejenak untuk menghela nafas dengan pandangan tertuju pada gadis itu.

"Tapi dia memang cantik, aku tak bisa pungkiri itu. Tubuhnya juga sangat seksi beda dengan gadis kecil seumurannya" gumam Vano tersenyum kecil terus memandang gadis itu.

Edo mengerutkan alisnya, menatap wajah Vano. "Van.. Apa kamu tidak suka dengan wanita jangan jangan kamu suka lelaki ya, ih...." Edo bergidik geli mengngakta pundaknya, menatap jijik Vano.

"Hah.. gila apa.. Aku masih normal, jika aku suka sejenis aku sudah menidurimu dari dulu" Vano memeluk pundak Edo dengan tatapan menggoda.

"Emm. Tapi jika aku gay. Apa kamu mau denganku?" Senyum menggoda Vano membuat Edo jijik. Ucapannya seketika dia menarik tangan Vano dari pundaknya.

"Jangan bercanda." ucap jelas Edo.

Edo dengan cepat melepaskan pelukan Vano. "Aku juga masih normal lebih baik meniduri para wanita di luar sana dari pada harus tidur denganmu"

Vano terkekeh kecil melihat tingkah Edo. Dia menuangkan minuman lagi ke dalam grlasnya, telunjuk tangannya mengusap setiap libgkaran gelas itu. Pandangan matanya memang masih tertuju pada gadis yang di maksud Edo tadi. Gadis dengan pakaian seksi itu. Melihat gadis itu tersenyum dengan orang lain, Vano meneguk minumannya perlahan.

"Eh Van.. Dari pada kamu menjadi Gay? Coba lihat gadis itu tubuhnya begitu seksi apalagi wajahnya sudah tidak di ragukan lagi dia sangat cantik " Edo menepuk pundak vano membuat Vano tersendak minuman.

Uhuk..uhuk...

Minuman itu seketima keluar dari mulut Vano.

"Sialan kamu Do"

Edo terkekeh kecil. "Bercanda,"

"Gimana kalau kita taruhan siapa yang akan mendapatkan tubuhnya hari ini dengan waktu satu malam saja. Aku akan memberikan rumah baruku padamu. Tapi jika kamu kalah mobil sport kesayanganmu jadi milikku. "

"Terserah!" Ucap Vano meneguk minumannya kembali. Mengabaikan apa yang di katakan Edo.

"Sekarang lihat aku akan segera beraksi" Edo berjalan mendekati wanita itu.

Vano tak bisa menolak taruhan Edo meski dia harus kehilangan mobil sport terbarunya. Dia bisa dengan mudah membelinya lagi. Tapi dia hanya ingin tahu wanita itu murahan atau tidak. Jika memang iya Edo pasti dengan mudah mendapatkannya. Apalagi wajah tampannya tak ada satu wanita yang menolak ajakan untuk tidur meski hanya satu malam.

-------

Edo yang mulai beraksi melenggak lenggokkan tubuhnya mendekati gadis itu sambil menikmati alunan musik DJ.

"Hai.. Kamu sendiri" Edo tersenyum menyapa gadis di depannya.

"Bukannya om punya mata jadi bisa lihat, kan, aku dengan siapa?" jawab gadis itu sangat cuek.

Gila nih cewek aku di panggil om, emangnya aku sudah pantas jadi om-om. Umurku masih 26 tahun. Lagian ini cewek juga kentus amat, tapi aku gak mau kalah taruhan dengan Vano pasti dia lama-lama akan terpesona dengan ketampananku gumam Edo

"Baiklah. boleh kenalan, aku Edo" mengulurkan tangan pada wanita di depannya. Tanpa perdulikan dia yang tadi tak suka melihatnya.

"Jeni." tersenyum lembut dengan tubuh sempoyongan, masih menikmati alunan Musik DJ.

Edo tersenyum Girang dalam hatinya, akhirnya hati gadis itu takhluk juga dengannya. Namun ia mulai sadar sepertinya gadis di depannya dalam pengaruh alkohol. Lagian kenapa juga gadis kecil seperti dia harus keluar malam menghabiskan waktu malamnya di Club malam harusnya dia berdiam diri di rumah untuk belajar. Apa lagi sekarang dia dalam keadaan mabuk berat.

Edo menghilangkan pikiran kasian pada Jeni. Kini dia ingin mengeluarkan jurus gombalan mautnya untuk menaklukkan hati gadis kecil itu.

"Emm.. Eh. ada apa di pipi kamu?" tanya Edo

"Apa di pipi kamu ada gula ya?" lanjutnya.

Jeni mendnegar hal itu, mengibaskan pipi merah cabinya. Mengusap pipinya berkali-kali dnegan tangannya.

"Mana gak ada?" jawabnya kesal.

"Tapi kenapa pipi kamu bisa terlihat manis?" gombalan Edo yang biasa itu, membuat jeni memerah seketika.

Sedangan temannya Vano yang masih duduk menikmati minumannya. Menatap Edo tersenyum kecil.

"Sialan Edo sepertinya dia akan menang hari ini"Vano menaruh kunci mobilnya di meja. Dan bergegas pergi dari Club malam yang membuat dia harus kehilangan mobilnya.

"Benar-Benar sialan taruhan hanya mendapatkan gadis murahan seperti dia. Gadis kecil yang malang harus menyerahkan tubuhnya untuk lelaki seperti Edo yang hanya penggila wanita seperti dia" batin Vano menggelengkan kepala tak percaya.

Vano segera menelfon pengawal. meraih ponselnya yang tepat di atas meja samping. " kamu cepat jemput aku sekarang" ucap Vano Finish segera mematikan ponselnya. Tanpa memberikan celah pengawalnya untuk bicara.

Selesai bicara dia bergegas untuk segera keluar. Tidak mau lagi melihat adegan yang lainya nanti dari Edo.

------

Edo dan Jeni yang amsih menikmati music dj. Perlahan tubuh Jeni sepertinya sudah mulai tidak sanggup lagi berdiri ia mulai tumbang di dada kekar Edo. Sebelumnya dia memang sudah terlalu banyak minum.

"Hai kamu kenapa?" Edo terlihat panik wajah Jeni nampak sangat menyedihkan. Seperti banyak beban di fikirannya. Edo nampak kasihan melihat wajah polos gadis itu. Dia tidak tega harus meniduri gadis yang terlihat polos di pulukannya itu.

Edo segera mengangkat tubuh Jeni ala bridal style pergi keluar dari club. Tidak lupa dia menuju ke tempat Vano tadi. Tidak mendapatkan dirinya, dia hanya mendapatkan kunci mobilnya di atas meja.

"Dia sudah pergi," gumam Edo, lalu bergegas keluar.

Sedangkan Vano berdiri di luar Club mengeluarkan rokok menunggu jemputan pengawalnya. dia menimati setiap isapan demi isapan rokok di tangannya.

"Eh.. Vano ini kunci mobilmu. Sekarang cepat bawa mobil kamu dan segera kemari" napas edo terenga enga membawa beban yang tak sbeerapa berat.

"Kenapa dia, kamu apakah dia jadi tak sadarkan diri seperti itu. Kamu bisa di tangkap polisi karena pencabulan anak di bawah umur tahu gak?" Ucap Vano dengan nada meninggi.

Pengunjung yang baru masuk ke Club itu menatap bingung ke arah Vano dan Edo

"Ssstt...Diam jangan keras keras"

Edo menurunkan tubuh jeni dalam dekapan vano.

"Udah jangan banyak bicara, kamu di sini aku yang akan ambil mobil" Edo berlari menuju parkiran mobil ia nampak sangat panik melihat gadis itu sudah mabuk berat tidak sadarkan diri .

Edo tidak jadi menikmati tubuh gadis itu. Ia malah ingin menolongnya sekarang dan mengurungkan niatnya dalam dalam untuk meniduri gadis polos itu. Mungkin dia akan di sebut sebagai pedofil benar kata Vano.

"Eh.. kamu kenapa meninggalkan dia padaku" teriak Vano. Ia menatap wajah polos gadis di dekapannya. Nampak sangat polos dan cantik wajahnya cantik natural tanpa make up tebal seperti wanita umumnya. bibirnya sangat seksy dan menggoda membuat Vano mulai menghayal ingin melumat memainkan pelan bibir seksy gadis kecil di dekapanya.

Apa Edo tak jadi menimakti tubuh gadis ini, jadi dia gagal dalam taruhan. Edo tersenyum kecil kemenangan.

Gadis ini sangat menggoda dia harus jadi milikku dan hanya milikku gumam Vano. Terbesit dalam pikirannya ingin memiliki saat melihat wajah cantiknya tepat di depannya

"Eh.. Vano cepat masuk! Kenapa kamu masih berdiri di situ" teriak Edo dalam mobil.

Vano menggendong jeni dan mulai membaringkan tubuhnya di kursi belakang.

Sepertinya dia benar benar sudah mabuk berat ia tak sadarkan diri sama sekali.

Edo menyalakan mesin mobilnya menancapkan gas pergi.

"Dia tak sadarkan diri itu sangat mudah kamu bisa menikmatinya" tanya Vano melirik ke arah Edo.

"Aku lebih suka jika dia sadar jadi kita bisa saling menikmati, jika dia tidur seperti itu sama saja aku bermain sendiri tidak ada rasa nikmatnya sama sekali" Edo tersenyum kecil dengan mata menggoda.

Vano terkekeh kecil, dia sempat melirik ke arah jeni yang masih tertidur pulas memiringkan badannya ke kanan dan ke kiri. Gadis itu nampak sangat nyenyak tertidur di kursi belakang.

"Sekarang kamu bawa dia kemana, apa kamu tahu rumah dia" tanya Vano.

"Biarkan dia tinggal di rumahmu sementara, jika aku bawa dia kerumah bisa mati aku kalauorang tuaku tahu. Kamu tahu sendiri kan orang tuaku bagaimana jika aku bikin ulah semua fasilitasku perusahaanku di cabut. Aku tidak bisa hidup dan bersenang senang dengan wanita jika tanpa uang mereka kan" jawab Edo dengan mata fokus pada jalan di depannya.

Vano terdiam seketika di dalam hati nya merasa ingin menolongnya. Tanpa menolak Vano membiarkan Edo membawa gadis itu tinggal di rumah nya.

"Baiklah biarkan aku yang merawatnya" Vano tersenyum kecil merasa ia ada kesemoatan bersama dengan gadis itu.

"Tapi jangan sentuh dia" ucap Edo mengingatkan.

20 menit perjalanan Edo menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Vano. Tidak mau lama-lama Vano segera membawa jeni masuk ke dalam rumah mewahnya.

"Aku pulang dulu, kamu rawat gadis itu" teriak Edo dalam mobil yang mulai menjalankan pelan.