Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

After Last Night

“Pulanglah ke rumah,” desah Armand menatap Sam yang duduk di dalam ruangan kerjanya. “Papa dengar kamu tinggal di apartemen sekarang.”

Sam membuang napas lewat hidung. Sengaja dia tak membalas tatapan Armand karna tak ingin melihat kesedihan di mata laki-laki yang menjadi ayah kandungnya itu. Bukan tanpa alasan dia enggan pulang ke rumah orang tuanya. Sam merasa rumah itu sudah menjadi tempat asing baginya. Tepatnya satu tahun sejak ibu kandung Sam meninggal, Armand memutuskan untuk menikah lagi dan membawa serta keluarga barunya tinggal di sana.

Sejak saat itu semuanya terasa berbeda, Sam merasa bahwa keluarga baru yang dibawa ayahnya pulang ke rumah telah mengambil alih tempat ibunya, dan Sam tidak bisa menerimanya hingga sekarang.

Saat itu Sam masih sangat belia. Konflik batin karna pernikahan ayahnya membuat sikapnya sedikit berubah. Sam remaja jadi anak yang pembangkang dan suka mencari keributan di sekolah, hanya untuk mendapatkan perhatian Armand.

Tak jarang Sam mendapat hukuman karna mengganggu siswa lain, bahkan sampai di keluarkan dari sekolah karna berkelahi dan akhirnya dia harus pindah ke sekolah lain.

Hingga setelah lulus dari SMA, pria itu memutuskan untuk kuliah di luar negeri dan bekerja di sana sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang, karna mendengar kesehatan Armand yang memburuk. Entah hal itu hanya alasan Armand agar putranya pulang atau memang kesehatannya sedang tidak baik. Tapi, yang pasti Armand sudah merencanakan banyak hal untuk putra kandungnya itu. Sesuatu yang mungkin tidak pernah terbayangkan oleh Sam.

Sejujurnya jabatan CEO juga masih terasa janggal untuk Sam. Namun, hanya itulah satu-satunya cara agar hubungannya dengan Armand sebagai orang tuanya tetap terjaga. Karna alasan itulah Sam menerima tawaran Armand untuk menempati posisi CEO di perusahaannya.

“Apa kamu masih belum bisa menerima mereka?”

Sam terdiam. Kalau boleh jujur, pria itu tak ingin membahas masalah ibu tirinya. Hal itu hanya akan membawa luka di hatinya. Entah mengapa Sam merasa dikhianati setiap kali melihat wanita itu. Meskipun dia tau bahwa sikapnya tidak akan menghidupkan lagi ibunya yang telah tiada. Namun, pria itu masih saja merasa tidak rela dengan pernikahan Armand dengan wanita lain yang berjalan hampir sepuluh tahun lamanya.

Sam tidak rela tempat ibunya diambil alih oleh wanita lain. Sebaik apa pun wanita itu di mata ayahnya.

“Pulanglah,” pinta Armand sekali lagi, kali ini lebih tulus seperti seorang ayah yang sangat merindukan putranya. “Papa ingin melihatmu setiap hari.”

“Papa bisa melihatku di kantor,” sengit Sam seraya beranjak dari duduk. Pria itu berdiri tegak sembari menatap lurus ke arah Armand yang masih duduk di sofanya. “Bukankah papa lebih bahagia hidup bersama keluarga baru papa, dari pada denganku?”

Armand belum sempat membalas ucapan Sam saat putranya itu melangkah pergi meninggalkan ruangannya. Mungkin benar, Sam belum bisa menerima pernikahannya dengan Sofia.

Saat keluar dari ruangan Armand, Sam berdiri sesaat di depan pintu dengan tatapan kosong. Merasa sedikit bersalah karna masih bersikap begitu dingin di hadapan ayahnya sendiri.

Sejenak kemudian pria itu menarik napas dalam-dalam dan mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Dia sedang mencari seseorang yang sejak tadi menarik perhatiannya. Siapa lagi kalau bukan Nadia Prameswari.

Gadis dari masa lalunya itu terlihat sedikit berbeda. Nadia bukan gadis belia yang selalu tertunduk saat melintas di hadapannya. Dia juga bukan gadis yang tidak bisa melawan saat ada orang yang menyakitinya.

Nadia tumbuh menjadi sosok perempuan cantik yang penuh percaya diri dan tentu saja ... she’s super hot. Sam hampir-hampir tak mengenalinya saat tak sengaja melihatnya di kelap semalam.

“Pak Sam, ada yang bisa saya bantu?” Widi yang melihat Sam diam berdiri di depan ruangan Armand segera mendekat dan menawarkan bantuan. Siapa tau CEO baru itu sedang membutuhkan sesuatu.

Sam berdehem dan segera mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih serius, “Bisa tolong panggilkan Nadia? Suruh dia ke ruangan saya. Sekarang.”

“Baik, Pak,” angguk Widi sembari menatap Sam yang berlalu dari hadapannya. Bahkan aroma parfumnya saja bisa membuat jantung Widi berdebar tak karuan.

**

“Masuk.” Sam menatap pintu ruangannya yang bergerak terbuka. Sesaat kemudian seseorang yang sudah dia tunggu akhirnya muncul.

Nadia. Salah satu gadis paling cantik di sekolah yang pernah dia sakiti hatinya.

“Ada yang bisa saya bantu?” Nadia sengaja tidak mendekat. Dia masih berdiri di depan pintu yang sedikit terbuka, entah kenapa dia begitu waspada pada pria yang duduk di belakang meja kerjanya itu.

“Tutup dulu pintunya,” perintah Sam tanpa menoleh.

Nadia terdengar menghela napas panjang sebelum mematuhi ucapan Sam padanya. Namun, gadis itu masih tak bergerak mendekat. Punggungnya masih menempel pada pintu.

“Kamu mau aku yang ke sana, atau kamu yang ke sini?” Sam menoleh dengan tatapannya yang mampu menembus manik mata Nadia. Dan seketika itu juga Nadia buru-buru mendekat, kemudian gadis itu menunduk. Bukan karna takut, tapi karna dia belum siap menghadapi pria itu setelah kejadian semalam.

Apalagi saat Nadia melihat Sam keluar dari dalam kamar mandinya tadi pagi. Astaga ... Nadia memejamkan mata saat mengingat bahwa dia menggantung bra di dalam kamar mandi. Demi apa pun, Nadia merasa sangat malu karna Sam pasti melihatnya.

Ah, sial! Umpatnya dalam hati.

“Tolong bawakan berkas-berkas untuk meeting besok pagi. Aku harus mempelajarinya dulu supaya tidak terlihat bodoh di depan Pak Armand.”

Nadia mengangguk paham. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun gadis itu berbalik, hendak keluar dari ruangan Sam yang entah kenapa membuatnya gerah dan sedikit sesak, hingga panggilan dari Sam menghentikan langkahnya.

“Nadia ....”

“Ya?” Gadis itu menoleh, dan tatapan mereka bertemu untuk beberapa saat dalam diam.

“Kamu memang seperti ini kalau di kantor?”

Nadia mengerjap, tak paham dengan ucapan Sam barusan. “Maksud Pak Sam?” Ah, panggilan itu terasa janggal di lidah Nadia. Dia tidak seharusnya menghormati orang yang pernah membuatnya malu dan terluka dalam waktu yang bersamaan. Seharusnya dia menendang pria tampan itu untuk membalas sakit hatinya dulu.

Ya, seharusnya begitu. Tapi, apalah daya. Posisi Nadia di kantor ini berada di level yang berbeda dengan Sam.

“Kamu terlihat sangat pendiam, judes, dan tidak bisa tersenyum.” Sam menyebutkan satu persatu kesan pertamanya saat melihat Nadia di kantor sembari memainkan pulpen di tangannya. “Kamu bersikap seperti ini bukan karna ada masalah pribadi denganku, ‘kan?”

Iya, punya! Gue punya masalah pribadi sama lo! Seharusnya kalimat itulah yang diucapkan oleh Nadia di depan Sam. Namun, yang keluar dari mulutnya justru, “Nggak ada.”

“You sure?” Sam mengangkat sebelah alisnya, dengan bibir terlipat seperti sedang menahan senyum.

Sementara Nadia berusaha menahan diri untuk tidak menanyakan berbagai macam pertanyaan yang belum terjawab di kepalanya tentang kejadian semalam.

Bagaimana bisa dia bertemu Sam di klub?

Bagaimana bisa pria itu membawanya pulang?

Bagaimana bisa Sam tau di mana dia tinggal?

Apa yang mereka lakukan berdua semalam? Atau lebih tepatnya, apa yang pria brengsek itu lakukan padanya semalam?

Dan ... bagaimana bisa laki-laki red flag itu tinggal di unit sebelahnya?!

“Nad?” panggil Sam saat gadis itu hanya menatapnya tanpa berkedip. “You okay?”

“Hm, i-iya,” jawabnya tergagap.

“Okay, kamu siapkan saja berkas-berkasnya. Aku tunggu sebelum jam makan siang.”

Nadia mengangguk tanpa tersenyum. Bibirnya sulit sekali untuk diajak kompromi. Dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ada kebencian di dalam lubuk hatinya pada pria yang menjadi atasannya itu.

Mampukah Nadia bertahan berada di dalam satu perusahaan dengan Sam? Atau mulai hari ini dia harus mulai memikirkan untuk resign dari pekerjaannya?

Oh, sepertinya itu pilihan yang sulit. Nadia tentu saja tidak akan semudah itu melepaskan pekerjaan yang memberinya gaji cukup tinggi. Dia harus bertahan apa pun yang terjadi. Tapi, sanggupkah dia berhadapan dengan Sam setiap hari?

Ah, sial!

**

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel