Pustaka
Bahasa Indonesia

My Little Wife

35.0K · Tamat
Bearbee1995
31
Bab
35.0K
View
7.0
Rating

Ringkasan

Menikah dengan orang yang kita sayang pasti akan bahagia? Tapi gimana jika menikah dengan orang yang tidak dia sukai sama sekali. Bahkan menikah hanya karena di paksa itu tanggung jawab atas perbuatannya dan kakaknya yang berhutang banyak tuan muda. Pernikahan itu berjalan dengan cepat, tapi tak secepat kebahagiaan yang dia dapatkan. Tuan muda itu memperlakukannya dengan sangat kejam. Tapi di sisi lain, adik tuan muda diam-diam mengagumi Manda meski dia sudah menikah dengan kakaknya. Dia selalu membela Manda. Apakah Manda bisa hidup bahagia? Atau hanya sebatas angannya saja?

RomansaIstriKeluargaPernikahanSweet

Prolog

Prolog

"Hufftt... Hari ini hari yang sangat menyenangkan," ucap Manda, berjalan dengan langkah penuh kebahagiaan.

Langkahnya terhenti saat melihat sebuah mobil mewah di depan rumahnya. Dan mobil itu sekilas hanya berhenti lalu melesat jauh pergi dari rumah kecil miliknya.

"Hai!! Siapa kalian?" teriak Manda berlari mengejar mobil itu sampai kemalaman rumahnya. Mobil itu semakin melesat jauh tanpa menghiraukan Manda.

Apa Ibu dan ayah ada tamu dari kota?

-----

Seorang gadis cantik berambut hitam lurus sepunggung itu, membuka pintu rumah dengan pintu kayu berwarna coklat tua, ukiran klasik yang masih sangat kental khas rumah jaman dulu. Dia membukanya sangat hati-hati, Dan sontak dia mengerutkan hidung. Aroma amis darah menyengat, menyeruak menyerbu penciumannya. Dia berhenti, terdiam kesekian detik. Pikirannya melayang melihat seisi rumahnya sangat hening tanpa ada suara keceriaan dari keluarganya, yang biasa dia dengar sebelumnya.

"Ayah! IBu!" ucapnya sembari berjalan nengedap-ngendap. Hambusan napas kasarnya mulai terdengar jelas.

Aroma amis semakin menyeruak masuk dalam hidungnya, seketika dia mencubit hidungnya rapat-rapat dengan tangannya.

Ibu, Ayah, di mana? Kenapa rumah nampak kosong?

Langkahnya terhenti saat kakinya tak sengaja menginjak sesuatu yang sangat kental. Dia tetdiam, menundukkan kepalanya.

"Wuaaa...." Teriaknya menggema.

"Ibu!! Ayah apa yang terjadi, di mana kalian." Salsa menutup ke dua matanya menggelengkan kepalanya tak percaya,

"Apa yang terjadi? Kenapa banyak darah," lanjutnya

Manda menoleh dia seketika berjalan mundur, saat melihat Lalat-lalat berdengung-dengung di atas lantai yang penuh dengan darah yang sudah mulai mengental. Tubuhnya mulai gemetar kaku, seakan kakinya tertimpa balok yang kuat tak bisa bergerak. Bibirnya gemetar, ketakutan, cemas, dan khawatir, wajah cantik berubah seketika menjadi pusat pasi.

"Ibu!! Ayah! Apa yang terjadi," teriaknya berjalan dengan langkah katakutan.

Suasana rumah nampak hening. Semakin terasa sangat mencengkam, gadis itu menelan ludahnya susah payah, Ia berjalan menyeret kakinya terbata-bata, perlahan masuk melihat begitu banyak darah tercecer di lantai putih di bawahnya. Dengan dengan tatapan terkejut matanya terbelalak seolah kakinya tak bisa lagi berjalan. Lehernya seakan di cekik ribuan tangan nafasnya terasa sangat berat dan sesak.

Matanya mulai berkaca kaca dengan bibir gemetar semakin hebat, tubuhnya lemas, keringat dingin tak bisa alami di kondisikan. Seketika menatap banyak darah bersimbahan di lantai putih yang kini tak terlihat putih lagi berubah menjadi merah darah membuat bulu kuduknya mulai merinding. Jemari lentiknya seakan memucat seketika.

Manda berjalan dengan langkah ringan, mengabaikan darah kental yang berserakan. Langkahnya semakin pelan, Salsa menelan lidahnya sangat kasar. Seketika air matanya tak terbendung lagi.

"AYAH!! IBU!! "teriaknya, menggema seluruh penjuru ruangan.

"AYAH apa yang terjadi.. Kalian semua di mana.. Ayah, Ibu, " lanjutnya, menahan air mata yang dari tadi terbendung tak tertahankan

"Ayah!! Ibu!

Ia berjalan menyeret kakinya Menghilangkan rasa ketakutan dan ragunya bergegas masuk kedalam ruang tv yang terlihat tv masih menyala. Gadis itu berhenti sejenak dia memutar matanya. Tatapannya tertuju pada ke dua orang tuanya yang sudah terbaring tak berdaya di lantai dengan beberapa luka tembakan di perutnya. Darah terus mengalir di bagian tubuh ayah dan ibunya. Bagai di sambar petir sore hari, hatinya seakan di cambuk cambuk ranting berduri berkali kali. Membuat ia tak bisa bernafas lega menatap ke dua orang tuanya meninggal mengenaskan di depan matanya.

Keceriaan gadis remaja itu berubah seketika menjadi ketakutan. Ia harus melihat kejadian yang tak di sangka bagi remaja seumurannya.

"Ayah!!! Ibu!!! " teriakan histeris Manda menggelegar terngiang di ruangan rumahnya yang nampak sepi tanpa canda tawa mereka. air matanya mengalir derasnya hingga terbawa angin jatuh menetes ke lantai yang sudah penuh darah.

Manda berlari memeluk ibu dan ayahnya yang sudah tergeletak tak bernyawa di depannya.

"Ayah.. Ibu.. jangan tinggalkan aku, Manda tinggal dengan siapa nanti? Ayah!! Ibu bangun aku mohon bangunlah"

"Ayah, Ibu padahal Manda ingin bicara jika Manda naik kelas lagi dengan nilai bagus." Manda memeluk tubuh orang tuanya yang sudah kaku. Dia tak sadar jika masih ada orang berdiri di depannya dengan baju jas hitam, pandangan mata tajam penuh dengan kebencian.

Gadis itu duduk tersungkur menangis tersedu sedu, mendekap ke dua orang tuanya. memeluk erat ayah dan ibunya semakin erat. Tak perduli darah menodai baju putih abu abu yang membungkus tubuh mungilnya. Jemari lentik Tangan mulusnya sudah penuh dengan darah hingga pipi yang mulus cantik tanpa make up harus terbalut darah.

Manda mencoba menyeka air mata dengan punggung tangannya. Kini helaan nafas berat terdengar begitu keras. Hatinya terasa teriris iris jatungnya seperti terlilit membuatnya teramat sangat sesak ia tidak bisa menerima kenyataan pahit itu. Kemarahan itu muncul seketika dalam hatinya.

"Jangan tangisan orang berdosa seperti mereka," ucapnya dengan senyum sumringai kemenangan.

Mandamenyeka air nata dengan punggung tangannya, dia mengangkat kepalanya menatap tajam ke arahnya.

"Kenapa kalian jahat sekali tega membunuh ke dua orang tuaku? Apa salah mereka? Apa?" bentak Manda dengan air mata yang terus menetes di pipinya. Suara seraknya seakan berat untuk berkata lebih.

Manda beranjak berdiri memukul ke dada orang itu, "Kalian jahat, kalian terlalu jahat. Dasar pembunuh!! Pembunuh!!"

"Apa kalian tidak memikirkan hati anaknya, apa kalian memang gak punya hati!!" tangisnya tersedu-sedu.

Dengan senyum sinis para pengawal itu seolah tanpa rasa bersalah sama sekali telah membunuh ke dua orang tuanya dengan mudah.

"Orang tua kalian tidak sanggup bayar hutang kakak kamu jadi apa gunanya untuk hidup" para pengawal itu pergi masuk ke dalam mobil mewah yang terparkir di depan rumah. dengan tatapan sinisnya tanpa perdulikan manda yang tak henti hentinya terus menangis menjerit memeluk tubuh ibu dan ayahnya.

"Aku akan membalas semua perbuatan kalian, bilang pada tuan kalian aku akan membunuhnya jika takdir mempertemukanku padanya kelak" teriak manda. Tangisannya semakin menjadi jadi. Ia tak sanggup melihat darah bersimbahan di lantai semakin banyak. Dan hingga sekujur tubuhnya sudah penuh warna merah darah.tubuhnya mulai bergetar ketakutan, Tak kuasa ia terus memeluk tubuh ayah dan ibunya yang sudah tak bernyawa lagi." Ayah ibu aku akan membalas semua apa yang mereka lakukan pada kalian"

Kini kesedihan di selimuti amarah yang mulai membakar hatinya ia harus jadi yatim piatu gara gara kerakusan kesadisan tuan kaya itu. Rahangnya mulai gemetar semua otot ototnya mulai menegang. Ia menggertakkan giginya menahan amarah yang semakin membara bagai api yang bekobar kobar di dalam hatinya. Matanya penuh dengan tatapan kebencian dan hatinya di penuhi rasa dendam yang akan terus membara mendarah daging di tubuhnya.