Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 8 Camp Panahan

"Jadi akhirnya kau berubah pikiran 'ya. Ini terasa jauh lebih menyenangkan ketimbang pergi ke rumah Sam."

Serenia tampak acuh menanggapi ucapan Jinseok yang sekarang tengah mengendalikan laju kereta kudanya menuju peristirahatan para putri dan pangeran.

"Putri.."

"Hmmm.." jawab Serenia sekenanya, sorot matanya tampak buram menunjukkan kebimbangan yang sedari tadi bercokol di hatinya.

"Apa yang akan kau lakukan jika bertemu dengan para pemujamu?"

"Entah, mungkin tidur semalam dengan mereka bergantian."

Jinseok tanpa sadar mengeratkan tali kekang kudanya hingga dua kuda itu meringkik. Membuat sedikit guncangan pada gerbong keretanya.

"Apa yang kau lakukan Jinseok." Serenia mendelik "Jangan bilang kau terkejut mendengar rencanaku barusan. Kau tidak berfikir bahwa aku hanya akan tidur denganmu saja 'kan?"

Jinseok terkekeh. Senyum iblisnya menghias wajah tampannya yang sempurna, dan Serenia tak mengetahuinya, tapi dari tawanya Serenia bisa menebak jika pria iblis itu pasti tengah menunjukkan wajah aslinya sekarang.

"Kupikir kau akan bilang untuk melanjutkan rencana pernikahanmu dengan Jiminmu itu, dan meminta kebebasan dariku, tapi nyatanya jawabanmu diluar dugaan."

"Ck." Serenia mendecakkan lidahnya kesal. "Pernikahan itu tak lagi penting, aku lebih tertarik jadi jalang para pangeran untuk bisa mendapat informasi lebih banyak tentang komplotan orang-orang yang memfitnah seluruh keluargaku."

"Itu bagus, tapi sayang tak akan kuizinkan, kau istriku."

"Aku majikanmu dan kau tak punya hak melarangku." sarkas Serenia, membuat Jinseok menghentikan laju kereta kudanya, kemudian ia memutar tubuhnya dan menatap Serenia dari jendela depan "Maka aku akan menghabisi semuanya. Yang berharap bisa tidur denganmu. Terserah dia bersalah atau tidak. Aku akan melahapnya termasuk Jimin."

Serenia awalnya bergidik ngeri namun akhirnya ekpresinya kembali datar "Terserah kau saja, kau makan atau pun tidak itu bukan urusanku, tapi jika kau berani menyentuh mangsaku maka aku sendiri yang akan membunuhmu."

Kilatan dendam kembali berkobar di mata Serenia, membuat Jinseok tersenyum senang. Serenia tampak semakin manis menurutnya.

*

Waktu terus berjalan kereta kuda itu pun terus berpacu, berderap diatas bebatuan kering. Mereka telah memasuki area perkemahan para bangsawan.

Prajurit penjaga tampak terkejut kala melihat lambang bangsawan Arandia mendekati gerbang camp. Karena tak ada undangan khusus bagi Sam Askle Arandia. Apalagi ketika mengingat Sam tak lagi punya putri yang bisa ikut dalam sayembara itu. Karena acara panahan itu hanya untuk para putri yang masih melajang, sedangkan putri Sam Arandia sudah menikah dan bahkan sudah diasingkan.

Sedangkan keluarga Arandia yang lain, kabar kematian mereka bahkan sudah menyebar hingga ke seluruh penjuru negeri.

Namun ketika kereta itu berhenti di depan mereka, para penjaga seketika bergidik ngeri, apalagi kala membaca surat undangan resmi yang dibawa kusir kuda Serenia.

"Si...silahkan..ma..suk putri." jawab penjaga itu terbata seolah dia tengah berhadapan dengan hantu.

Jangan tanyakan bagaimana Jinseok bisa mendapatkan undangan itu.

Oh ayolah dia itu iblis terkuat.

Maka mendapat undangan seperti itu adalah hal yang sangat mudah baginya.

Kereta kuda Serenia terus melaju ke tengah perkemahan. Membuat beberapa putri dan pangeran berdesas-desus. Mereka mulai meyakini bahwa tuduhan yang ditujukan pada keluarga Arandia benar adanya. Terutama pada sang putri yang kini tengah turun dari kereta megahnya.

Semua gosip itu pasti benar.

Putri Serenia Arandia adalah penyihir. Yang menggunakan penduduk sebagai tumbalnya hingga setiap hari penduduk desa dibawah kekuasaan pangeran Filsus Askle Arandia meregang nyawa dengan cara yang tidak wajar.

Dan sang penyihir terkuat sekarang ada ditengah mereka.

Serenia mencoba tak acuh. Tak ambil pusing dengan bisikan-bisikan menjijikkan yang bisa ia dengar, sementara Jinseok terdiam sambil tersenyum mengerikan. "Boleh kumakan?" tanyanya berbisik.

"Dirikan tenda untukku, kurasa kau sudah tau tempatnya, aku akan kesana sebentar lagi."

Rasanya Jinseok ingin tertawa kala Serenia mengabaikan pertanyaannya. Tapi ia hanya bisa tersenyum dan mengangguk patuh. Sungguh ia menyukai wanita itu.

Serenia turun ditengah para putri yang berguncing akan dirinya. Ia tak perduli, dan memilih berjalan mendekat ke arah camp pangeran Vien.

"Penyihir, kau jangan coba-coba mendekat."

Serenia bergeming, ia terus berjalan, sementara prajurit tetap waspada dan mengacungkan senjatanya.

"Ada apa ini!"

"Ah pangeran ini.."

"Salam pangeran Vien Nic Ducaty," Serenia melebarkan sedikit gaunnya, menarik kebelakang satu kakinya kemudian membungkuk memberi hormat pada pemuda tampan yang berjalan penuh kharisma ke arahnya.

"Serenia...." lirih Vien tak percaya dengan apa yang ia lihat. "Kau masih hidup?"

"Benar pangeran, bukankah itu mukzizat? Bagaimana apa kau tak suka?"

"Jangan konyol, bagaimana mungkin aku tak menyukainya, seseorang yang kupuja lolos dari kematian tentu saja aku sangat senang."

Serenia mencoba menerka isi hati Vien, yang sayangnya tak terpancar di mata indah pengeran tampan itu.

"Kemarilah, ceritakan padaku sebenarnya apa yang terjadi, dan bagaimana semua kejadian buruk itu bisa menimpamu, dan berita itu___"

"Jika saja aku tau pangeran, maka aku tak mungkin membiarkannya terjadi aku__" Serenia mulai tertunduk, air matanya tampak menggenang. Ia menangis. Bukan hanya karena luka dan rasa sakit yang ia dapat akibat pembantaian kejam itu, tapi hatinya lebih fokus pada bagaimana caranya ia mendapat simpati dari Vien, agar ia bisa memanfaatkan pangeran bodoh yang mengaku cinta mati padanya.

"Serenia tenanglah.." Vien mendekat dan memeluknya, ia bahkan memerintahkan para dayannya untuk membuat secangkir teh camomile untuknya.

"Bagaimana kau bisa kemari?"

"Paman membantuku, aku datang dengan pelayan pemberiannya. Aku bermaksud meminta keadilan pada raja, tapi tadi saat aku ingin ketendanya, banyak orang yang bergunjing menyakitkan, jadi aku memutuskan untuk datang kemari mencari perlindungan, dan seperti yang kau lihat bahkan prajuritmu__"

"Aku akan menghukum mereka!" tegas Vien membuat Serenia merasa girang. "Dan akan kutemani kau menemui Raja Taeran."

"Tapi sebelum itu, kau hapus air matamu," Vien menangkupkan kedua tangannya dan menghapus jejak air mata palsu yang dikeluarkan Serenia. "Kau jelek jika menangis, aku tak menyukainya."

Serenia tersenyum manis. "Terimakasih."

Vien tertegun dengan kilatan indah di mata kelam Serenia, mata indah itu seolah menyedot seluruh rasa yang ada di jiwanya, hingga kemudian tanpa sadar ia memajukan wajahnya. Beralih dari mata indah Serenia kini Viem terfokus pada bibir tebal dan sensual milik wanita itu.

Sudah lama sekali ia ingin melumat bibir itu, namun baru kali ini Serenia tampak pasrah maka ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan.

Ia semakin mendekat kala dilihatnya kedua mata indah Serenia kini tertutup sempurna.

Namun baru saja ia hendak meraih bibir merah menggoda itu, suara teriakan seorang pria mengintrupsinya.

Ia berjengit dan berdiri.

"Serenia tunggulah di sini, aku akan keluar sebentar, kau jangan takut apapun, aku akan melindungimu."

Serenia mengangguk pasrah.

Tapi bukan karena Vien.

Ia hanya terdiam karena suara yang tak asing terdengar di telinganya.

"Ji..min.."

Tbc.

Cerita ini mungkin alurnya akan sedikit alot ya, karena aku harus membongkar satu persatu kasus yang ada sebelum menuju menemukan titik temu atas semua fitnah yang menimpa Serenia.

Jadi aku harap kalian akan lebih bersabar.

Makasi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel