Pustaka
Bahasa Indonesia

My Ex-Boss Next Door

28.0K · Ongoing
iTsMeyOo
23
Bab
471
View
9.0
Rating

Ringkasan

Blurb: Bertemu kembali dengan mantan atasannya di tempat magang dulu bukan suatu kebanggaan untuk Rena. Ia bukan tak suka, hanya saja terlalu malas untuk meladeni segala ocehan Reza, yang menurut Rena, mulutnya kurang filter. Namun ia pun tak mungkin menghindar dengan cara pindah apartemen yang baru seminggu ia tempati itu. Segala usaha Rena lakukan agar ia tak pernah bertemu dengan Reza, yang juga merupakan tetangga sebelah apartemennya. Namun, tetap saja mereka selalu tak sengaja bertemu. Reza sendiri yang memang masih mengingat Rena dengan jelas, tentu saja merasa senang saat ia kembali bertemu dengan gadis itu. Ia bukannya cinta pada Rena. Namun, baru kali itu ada yang berani menentangnya. Apalagi, status Rena saat itu adalah asistennya. Tapi akhirnya Reza sendiri tak bisa memungkiri bahwa saat ini ia akhirnya memiliki rasa pada Rena. Namun, bagaimana caranya membuat gadis itu percaya? Sementara Rena sendiri terlihat sangat ingin menghindar tiap mereka berdua bertemu.

MetropolitanDewasaSweetBaper

Bab 1 – When We Meet Again

Fajar Tirtanata: Keluar Dek, cari udara seger.

Fajar Tirtanata: Nggak baik ngurung diri terus-terusan di kamar kayak gitu.

Fajar Tirtanata: Di lantai satu ada kedai kopi kalau kamu lupa.

Fajar Tirtanata: Nongkrong di sana gih, biar pikiran kamu lebih seger.

Renata mendecakkan lidahnya saat membaca sederet pesan dari sang kakak, di pagi hari yang sebenarnya cerah ini.

Karena, terhitung memang sudah satu minggu ini ia pindah ke gedung apartemen yang sama dengan sang kakak walau beda unit, namun tak pernah sedikitpun ia melangkah keluar.

Yang Renata lakukan sejak pertama kali menginjakkan kaki di unit apartemen paling pojok ini adalah berbaring di ranjang, sesekali pindah ke sofa, lalu ke dapur untuk membuat makanan atau camilan, membersihkan diri, dan mengulang semua itu.

Sehingga saat kakaknya bertitah supaya ia keluar, maka mau tak mau Renata menuruti. Karena, ia yakin kalau Fajar akan menyeretnya keluar dari apartemen kalau sampai hari ini ia tak pergi ke mana pun.

Renata Tirtanata: Iya, aku ke kedai kopi setelah mandi.

Setelahnya, Rena meletakkan ponselnya di atas nakas sebelah tempat tidur, lalu bangkit dan melangkah menuju lantai dasar apartemen tipe studionya untuk menuju kamar mandi mungil di bawah tangga.

Sebenarnya, saat awal Rena memilih apartemen mungil ini, Fajar sudah menampakkan raut keberatan.

Ia tak tega kalau Renata yang biasanya hidup berkecukupan, harus tinggal di apartemen sesempit ini, yang ukurannya bahkan sama besar dengan kamar tidur Renata di rumah orangtua mereka.

Namun, karena Renata tetap ngotot untuk tinggal di sana karena itu adalah unit yang mampu ia bayar, Fajar tak bisa menolak.

Karena saat ini, yang Fajar inginkan adalah kenyamanan Renata, sehingga ia bisa melihat lagi senyum di wajah adiknya itu.

Renata sendiri sebenarnya tak keberatan dengan tata letak unit apartemen yang mungil ini. Begitu masuk, ia akan di suguhkan dengan dapur dan meja makan mini.

Masuk sedikit, ia sudah bisa mendapati ruang tamu kecil, lalu ada kamar mandi di bawah tangga, yang akan membawanya ke kamar.

Di sudut dekat pintu penghubung ke balkon, ada ruangan kecil untuk tempat mesin cuci sekaligus menjemur pakaian.

Dan, di lantai atas, ada kamar di mana terdapat tempat tidur, lemari yang langsung menempel di dinding kamar, meja rias, nakas kecil, serta televisi.

Renata bersyukur karena masih ada sedikit ruang yang tersisa di kamarnya itu, sehingga ia bisa meletakkan meja kerjanya.

Di lantai bawah pun ia juga bersyukur karena sudah ada rak untuk ia meletakkan buku-buku bacaannya, yang sudah ia koleksi sejak lama.

»My Ex-boss Next Door«

Tak lama waktu yang dibutuhkan untuk Renata bersiap. Karena, tiga puluh menit kemudian, ia sudah terlihat rapi dengan tas berisi dompet, ponsel, dan laptop di tangannya.

Renata memang tak berniat untuk menulis cerita hari ini, seperti yang biasanya ia lakukan kalau sedang senggang.

Namun, ia juga tak dapat berdiam diri saja kalau tiba-tiba ada ide menulis yang mungkin muncul saat ia sedang menikmati secangkir kopi nanti di bawah.

Renata tersenyum melihat penampilan santainya, saat teringat bahwa satu minggu terakhir ini penampilannya benar-benar kacau.

‘Foto dulu deh, buat ngasi tau Bang Fajar kalau adiknya ini udah bangkit lagi,’ ucap Renata dalam hati, lalu mengambil gambar dirinya sendiri dan mengirimkannya pada sang kakak.

Tepat saat foto itu terkirim ke Fajar, sebuah pesan dari Freya, sahabatnya, masuk ke ponselnya.

Pesan yang mirip dengan pesan-pesan yang dikirim sang sahabat sejak Renata mengurung diri di apartemen.

Freya Gumilang: Ren, aku libur hari ini, jadi bisa nemenin kamu yang galau.

Seperti biasa, Renata hanya akan membacanya tanpa membalas, dan freya tak pernah keberatan soal itu, selama Rena tak pernah berniat macam-macam.

Tak lama kemudian, Renata melangkah riang menuruni tangga, mengecek pintu penghubung ke balkon, mengecek kompor, lalu keluar unit apartemen.

Kamarnya terletak di pojok, sehingga harus melewati beberapa kamar lain untuk bisa sampai di lift, yang nanti akan membawanya ke lantai dasar.

Namun, belum sampai ia melewati kamar pertama, Renata sudah terdiam mematung dan senyum yang tadi terpancar di wajahnya pun lenyap.

Hal itu dikarenakan ia melihat sosok lelaki yang sangat ia hindari sejak beberapa tahun lalu.

“Lho, Rena? Kamu beneran Rena kan? Renata Tirtanata?” tanya lelaki itu.

“Ng… Kak Reza ya?” tanya Renata balik, pura-pura tak yakin.

“Iya, saya Reza, Reza Tanuwijaya. Masa kamu lupa sih?” sahut lelaki yang bernama Reza tersebut.

Renata mencibir dalam hati dan menggerutu saat Reza tahu-tahu mengulurkan tangan kanannya, mengajak bersalaman.

“Apa kabar Rena?”

Mata Renata menatap wajah dan tangan Reza bergantian, sebelum akhirnya menyambut jabatan tangan itu dan menyahut, “Kabarku baik Kak.”

“Kamu mau kerja?” tanya Reza saat menyadari kalau Renata begitu rapi.

“Nggak Kak, mau ngopi aja di lantai bawah,” jawab Renata.

Reza menganggukkan kepala lalu berpikir cepat, karena ia sebenarnya sangat senang bisa bertemu dengan Renata lagi.

“Kamu udah sarapan?” tanya Reza.

Sebenarnya, Renata akan menjawab sudah. Namun perutnya yang mendadak berbunyi, membuatnya hanya bisa tertawa kaku, sementara Reza tersenyum lebar.

“Ayo ke apartemen saya. Kita sarapan bareng,” ajak Reza.

“Hm? Kak Reza nggak kerja?” tanya Renata.

“Saya ke kantor setelah jam makan siang nanti. Tadi saya maunya ke minimarket bawah. Tapi karna ketemu kamu, ke minimarketnya bisa ditunda kok,” jawab Reza sembari memasukkan kode unit apartemen, agar pintunya bisa terbuka dan mempersilakan Renata masuk ke dalam.

“Saya nggak enak kalau ganggu waktu Kakak,” ucap Rena sungkan.

“Nggak apa-apa Ren. Ayo masuk. Saya bikin nasi goreng kok tadi. Dan seinget saya, kamu suka nasi goreng kan? Atau udah nggak suka lagi?”

“Ng… masih kok Kak. Kalau gitu, maaf karna saya ganggu ya Kak.”

“Nggak ganggu kok Ren, santai aja.”

Akhirnya, Renata melangkah masuk ke dalam unit apartemen Reza, lelaki yang selalu membuatnya naik darah beberapa tahun lalu.

Reza merupakan penanggung jawab Renata saat wanita itu dulu sempat magang di sebuah penerbitan, tempat Reza bekerja.

Reza yang dulu selalu saja memberi perintah sesuka hati pada Renata, tentunya membuat wanita itu kesal, dan bersumpah kalau ia tak akan pernah mau lagi bertemu dengan mantan bosnya itu.

“Duduk Ren. Kamu mau minum apa? Teh atau air mineral?” tanya Reza saat mereka sudah masuk.

“Air mineral aja Kak,” jawab Renata. “Ada yang perlu aku bantu Kak?”

“Nggak usah, kamu duduk aja di situ. Kan saya yang ngajakin kamu makan.”

Renata menganggukkan kepala beberapa kali lalu memilih untuk duduk di salah satu kursi makan.

Walau sebenarnya tipe unit apartemen mereka sama, namun Renata tak bisa menahan diri untuk tak menatap berkeliling dan mengamati unit milik mantan bosnya itu.

Berbeda dengan suasana unitnya, unit milik Reza terkesan terlalu sederhana, dan Renata menebak kalau hal itu tercipta dari warna cat dinding dan perabot ruangan itu yang hampir 90% terdiri dari warna hitam, putih, dan abu-abu.

***