Bab 1 - Prolog
Feng Ru Ai tidak tahu, mengapa ia begitu ingin mengunjungi Museum Nasional Ibukota China. Hatinya entah mengapa memintanya mengunjungi museum tersebut. Beruntungnya meseum itu yang memang akan selalu di buka setiap hari. Bahkan hari libur seperti hari minggu sekalipun.
Feng Ru Ai tidak tahu, mengapa dirinya tiba-tiba ingin mengikuti kata hatinya. Biasanya di hari minggu, gadis yang baru berusia 18 tahun itu akan menghabiskan waktunya tidur setelah menjalani rutinitas perkuliahan yang tak seindah yang ia kira. Kini disinilah Feng Ru Ai berada, di dalam museum menyelusuri berbagai benda-benda peninggalan sejarah. Langkahnya terhenti ketika ia memasuki ruangan yang di khususkan untuk dinasti Ming, seakan ada sesuatu yang memanggilnya, Feng Ru Ai melangkah memasuki ruangan yang kini juga di datangi beberapa pengunjung.
Feng Ru Ai mengamati setiap benda-benda peninggalan dinasti Ming, hingga matanya kini tertuju pada sebuah buku usang yang menceritakan sejarah dinasti Ming. Feng Ru Ai mendekat pada buku bersampul usang tersebut, ia mulai menyentuh dan meraba buku itu. Entah mengapa setiap membaca deretan kalimat yang ada pada buku sejarah dinasti Ming Itu, Feng Ru Ai merasakan kerinduan yang mendalam akan tanah Ming.
Hatinya terasa perih, ia merasa sedih tanpa sebab. Hingga saat Feng Ru Ai membaca satu nama yang tak asing untuknya, seketika Feng Ru Ai menangis tersedu-sedu sehingga membuat beberapa pengunjung museum lainnya menatap Feng Ru Ai dengan tatapan aneh dan bingung.
Feng Ru Ai tak tahu, mengapa ia bisa menangis seperti ini hanya karena membaca satu nama yang sangat femiliar untuknya. Entah mengapa Feng Ru Ai merasa sesak didadanya, ia begitu merindukan sosok pemilik nama itu, ia merindukan tanah Ming, ia juga merindukan segala kegiatan di istana MingQi yang nampak sangat akrab untuknya.
Feng Ru Ai tidak tahu, mengapa dirinya menjadi seperti ini? Perasaan aneh apa yang tengah melandanya? Mengapa ia seakan begitu akrab dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan dinasti Ming. Hingga mengapa Ia merasakan perasaan bahwa memang seharusnya ia berada disana, bukan disini?
Feng Ru Ai tidak tahu, ada apa dengan dirinya. Mengapa ia masih saja terus menangis. Mengapa ia terus saja merasakan sakit dan juga merasakan perasaan rindu dengan tanah Ming. Hingga Feng Ru Ai tak menyadari, air matanya yang tak sengaja jatuh di atas permukaan kertas lusuh dan usang dari buku sejarah dinasti Ming yang ada di museum bersinar terang dan seketika Feng Ru Ai menghilang.
******
Feng Ru Ai tidak tahu, mengapa ia tiba-tiba berada di pinggir sebuah danau dengan pakaian yang basah kuyup. Ia tidak tahu mengapa tiba-tiba merasakan dadanya terasa sesak, tenggorokannya terasa sakit, hidungnya terasa perih, serta kepalanya berdenyut sakit.
Kepalanya terasa sangat berat seakan ada palu besar tak kasat mata yang memukul kepalanya bertubi-tubi. Saat ini pandangannya terasa berkunang-kunang, Feng Ru Ai memilih kembali memejamkan matanya seakan kesadaran yang ia miliki perlahan mulai menghilang.
Disisa kesadarannya sayup-sayup terdengar suara dua orang pemuda yang nampak begitu khawatir berada disampingnya, salah satu dari pemuda itu terus saja menepuk pipi Feng Ru Ai pelan dan terus memanggil-manggil namanya berharap gadis itu segera sadar.
"Nona Ai"
"Nona Ai.."
"Nona Ai, hamba mohon sadarlah"
Guncangan demi guncangan Feng Ru Ai rasakan, hingga perlahan matanya yang sempat terpejam perlahan terbuka di susul batuk hebat.
Pemuda yang menepuk pipinya barusan segera membantu Feng Ru Ai bangun dan mendudukannya di pinggir danau, pemuda itu menepuk-nepuk punggung Feng Ru Ai berharap batuk yang gadis itu alami segera mereda.
Seorang pemuda lain yang berada disisinya lantas memeluk gadis itu dengan sangat erat, ia lalu berkata "Sang pencipta masih melindungimu mei mei, syukurlah kau selamat"
Awalnya Feng Ru Ai bingung dengan situasi yang ia hadapi, namun entah mengapa bagian dari dirinya yang selama ini terpendam seakan muncul ke permukaan. Dirinya tiba-tiba merasakan kerinduan kepada sosok pemuda yang memeluknya, ia dengan perasaan rindu yang membuncah lantas membalas pelukan pemuda itu dan mulai terisak.
Feng Ru Ai tidak tahu ada apa dengan dirinya, ia tidak tahu mengapa tiba-tiba saja tubuhnya dengan sepontan membalas pelukan pemuda yang nampak begitu mengkhawatirkannya. Padahal setahu Feng Ru Ai, ini adalah kali pertamanya ia bertemu dengan pemuda itu, tapi entah mengapa hatinya seakan femiliar dan mengatakan mereka sudah saling mengenal sejak lama.
"Syukurlah kami datang tepat waktu, jika tidak.. jika tidak kau pasti mati tenggelam di danau itu" isak pemuda yang masih memeluk Feng Ru Ai.
Tentu saja Feng Ru Ai tak mengerti maksud pemuda itu, setahunya ia berada di Museum nasional ibukota China dan tiba-tiba sebuah cahaya yang menyilaukan datang entah dari mana dan seketika tubuhnya sudah terkapar di pinggir danau dengan pakaian basah kuyup. Karena penasaran dan juga bingung dengan situasi yang ia hadapi, Feng Ru Ai pun mulai menyuarakan rasa bingung dan penasaran yang ia rasakan.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Dimana aku sekarang? Dan... siapa kalian?" Tanya Feng Ru Ai yang membuat kedua pemuda bersamanya terkejut dengan pertanyaan yang Feng Ru Ai.
Pemuda yang memeluknya melepas pelukannya, kedua tangannya ia taruh di kedua pundak Feng Ru Ai. Matanya menatap Feng Ru Ai dengan tatapan tidak percaya, ia lalu berkata "mei mei kau tidak mengenalku?" Tanyanya dengan nada suara tidak percaya.
Feng Ru Ai menggeleng dan berkata "aku tidak mengetahuimu, tapi kau nampak femiliar untukku. Apakah kita pernah bertemu atau kau mengenaliku?" Tanya Feng Ru Ai yang langsung di angguki pemuda itu.
"Kita sering bertemu, dan aku mengenalimu, sangat mengenalimu" jawab pemuda itu cepat.
Feng Ru Ai merasa bingung, bagaimana bisa pemuda yang terus memanggilnya 'mei-mei' mengenalinya dan mengatakan mereka sering bertemu, padahal setahu Feng Ru Ai ini adalah kali pertama mereka bertemu. Walaupun Feng Ru Ai merasa tidak asing dengan wajahnya, tetap saja mereka belum pernah bertemu selama 18 tahun hidupnya.
Feng Ru Ai seorang gadis 18 tahun yang tinggal sendiri dalam rumah mewah yang baginya seperti sebuah sangkar burung yang terbuat dari emas. Ia tumbuh besar dalam asuhan para pelayan tanpa tahu siapa kedua orang tuanya ataukah siapa saudaranya.
Selama ini Feng Ru Ai tidak pernah melihat mereka, setiap hari Feng Ru Ai hanya sendirian di rumah mewah bak istana yang amat sangat suram dan sepi tanpa adanya kebahagiaan. Pergaulan Feng Ru Ai sangat terbatas, ia tak memiliki teman. Bukan karena ia tak ingin bergaul, hanya saja semua orang takut berteman dengannya karena setiap hari ia akan selalu di ikuti oleh para pengawal yang selalu mereka sebut sebagai bodygard. Kehidupan Feng Ru Ai sangat tertutup, lantas bagaimana pemuda yang berpakaian seperti seorang prajurit di masa lalu itu bisa mengenalnya?
Tunggu dulu!
Feng Ru Ai merasa ada yang salah disini, ia menatap pemuda yang baru saja memeluknya. Pemuda itu memakai pakaian Zirah seperti pakaian prajurit-prajurit kerajaan di masa lalu, setelah memperhatikan pemuda itu, Feng Ru Ai mengalihkan tatapannya pada pemuda yang sempat menepuk pipinya hingga tersadar. Pemuda itu mengenakan Hanfu.
Feng Ru Ai ingat pelajaran sejarah yang ia pelajari mengenai Hanfu. Hanfu meliputi semua jenis pakaian tradisional yang dikenakan oleh kelompok etnis Han Cina. Oleh karena itu, ia memiliki sejarah sepanjang dari orang Cina Han. Hanfu telah dihapuskan oleh Manchu Invaders secara paksa di abad ke-17, dan tidak terlalu terkenal di Cina saat ini, kecuali di beberapa daerah kecil yang masih membela kebangkitan dari Hanfu sebagai pakaian nasional Cina.
Hanfu sendiri memiliki sejarah tercatat lebih dari 3.000 tahun. Ia dikenakan oleh orang Cina Han dari semi-legendaris Dinasti Xia (c. abad 21 SM - abad 16 SM) dan semua cara untuk Dinasti Ming (1368-1644). Hanfu telah dianggap oleh Cina Han penting sebagai bagian dari budaya mereka. Yang memakai gaya yang tepat dari Hanfu merupakan bagian dari perbaikan perilaku sopan santun.
Jika pemuda yang baru saja memeluknya dan terus memanggilnya 'mei-mei' mengenakan pakaian lengkap seorang prajurit dari masa lalu, dan pemuda lain yang tidak jauh darinya memakai Hanfu, mungkinkah saat ini Feng Ru Ai terlempar di dinasti Xia ataukah di dinasti Ming di masa lalu? Jika memang ia, ini sungguh sesuatu yang amat gila!