Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

8 Pekerjaan yang Disetting

"Kuliah sih, tapi.... gak ku teruskan," kata Davin berbohong. padahal yang sebenarnya, Davin menjadi mahasiswa termuda di Harvard dan menggondol gelar sarjana di usia tujuh belas tahun, bahkan, bukan sekedar menjadi sarjana, tapi, menjadi lulusan terbaik di angkatannya.

Sesudah itu, Davin langsung mengambil S2 nya dan lulus dengan memuaskan beberapa hari sebelum mencapai umur dua puluh tahun, tapi, saat ini, Davin tidak bisa membanggakan semua prestasinya itu, karena Davin ingin menjadi orang sederhana di mata Vania, gadis yang sedang diincarnya untuk menjadi jodoh sejatinya, setelah kegagalannya di masa lalu.

"Kenapa? kan sayang. harusnya, kamu pastinya sudah dapat pekerjaan yang lebih baik dari sekarang. bukan berarti aku merendahkan pekerjaanmu saat ini ya, tapi.... ya sudahlah," kata Vania terdiam. Vania pikir, Davin putus kuliah itu, karena faktor biaya, karena itu, Vania tidak ingin bertanya lebih jauh, karena Vania takut, itu akan membuat Davin tersinggung atau jadi sedih.

Davinpun lega, karena dia bisa terhindar dari pertanyaan-pertanyaan Vania yang mungkin akan semakin membuat Davin harus terus berbohong.

Sesudah itu, mereka berduapun, makan tanpa bersuara hingga kali ini, Davin yang memecahkan kesunyian," bagaimana denganmu?"

"Aku? memang aku kenapa?"

"Aku ingin tahu tentang kamu, juga keluargamu. ayo, cerita dong," kata Davin.

"Baiklah. yang jelas, ayahku itu---"

"Ayahmu kenapa?" potong Davin tidak sabaran.

"Ayahku seorang lelaki," jawab Vania kocak sambil ketawa-tawa ke arah Davin yang langsung cemberut itu. Davin pura-pura sewot tapi di dalam hatinya, Davin sangat senang karena akhirnya, dia mulai bisa akrab dengan Vania, gadis yang sejak enam bulan lalu, telah diperhatikannya secara diam-diam itu.

"Let me guess, ibumu seorang wanita."

"Hahaha...gak. ibuku perempuan, hahahaha... Oke. mulai serius ya,  aku punya ayah, ibu, seorang kakak lelaki dan seorang adik yang urakan."

"Adiknya cowok ya?"

"Iya. dan urakan banget serta gak bisa diam."

"Kayak kakaknya dong."

"Aku banyak diam, kok. saat tidur, hahahaha."

"Gak diam dong. kan kamu suka ngorok."

"Ih, kok tau? kamu suka ngintip aku ya?" tebak Vania, tapi, tebakan Vania ini, membuat wajah Davin jadi tegang tiba-tiba, dia agak takut karena memang, dua bulan ini, Davin sudah menyewa sebuah rumah di depan rumahnya Vania dan Davin memang suka mengawasi Vania dari rumahnya itu.

"Aku cuma bercanda lagi. kok mukanya jadi tegang gitu?" tanya Vania sambil mengerinyitkan keningnya dan menatap wajah Davin penuh kewaspadaan.

"Gak kok. aku cuma teringat sesuatu," elak Davin.

"Ih....kok gitu sih, lagi ngomong sama cewek cantik, ternyata pikiran kamu kemana-mana. emang mikirin apaan sih? mikirin cewek lain ya?"

"Cewek lain? gak kok. aku cuma mikirin uang kost bulan ini yang belum terbayar. maklum, bulan ini, ada banyak keperluan," jawab Davin sekenanya, tapi, jawaban Davin ini, malah membuat Vania terdiam.

Vania merasa kasihan kepada nasib pria tampan di depannya ini. Vania tahu betul kalau gaji sebagai seorang petugas Cleaning Service, pastilah tidak terlalu besar dan mungkin tidak cukup untuk biaya hidupnya di Jakarta.

"Ehm, nanti, aku bantuin kamu ya? kamu terima ya?"

"Eh....oh...gak usah. aku gak apa-apa kok. minggu ini, semuanya pasti bisa ku atasi, jangan khawatirkan aku. ya?"

Vania cuma bisa menghela nafas saat melihat penolakan Davin ini, tapi, Vania sadar, kalau dia terlalu cepat menawarkan bantuannya ini, dan sebagai lelaki, Davin pasti menjaga harga dirinya untuk tidak mau menerima bantuan finansial dari wanita, sepayah apapun dirinya. Saat ini, walaupun uluran tangannya ditolak, Vania semakin simpati kepada Davin.

Selesai makan, mereka berdua kembali ke hotel untuk mengambil barang-barang mereka, karena mereka memutuskan untuk tidak memanfaatkan masa tinggal mereka di hotel itu.

Sesudah itu, mereka berduapun berpisah. Vania menumpang sebuah taksi online saat Davin melepas kepergian Vania di depan hotel.

"Sampai jumpa di kantor," kata Vania saat dia sudah duduk di dalam taksi online pesanannya. Davin pun mengangguk mengiyakan kata-kata Vania itu.

sebenarnya, Davin mempunyai rumah yang disewanya di depan rumahnya keluarga Vania, tapi, Davin masih belum ingin, Vania mengetahui hal itu, karena itu, Davin sengaja membiarkan Vania pergi dulu, barulah Davin berjalan ke basemen hotel untuk mengambil mobilnya yang diparkir disana.

Setelah itu, saat di basemen, Davin memperhatikan sekelilingnya dulu, setelah yakin, tidak ada orang lain, Davin pun masuk ke mobilnya. Davin yang bisa membeli mobil sekelas Lamborghini itu, hanya memakai mobil sekelas Avanza Veloz untuk transportasinya. itupun, dia tetap sembunyi-sembunyi saat membawa mobil itu, saat ke kantor, dia akan memarkir mobil itu di gedung lain yang berdekatan dengan kantornya, setelah itu, barulah dia berjalan kaki ke kantornya.

Sejak enam bulan lalu, saat mulai kerja sebagai seorang petugas Cleaning Service di PT. Agung Pratama, Davin sudah menetapkan targetnya, untuk dia jadikan sebagai calon cinta sejatinya, yaitu Vania, karena itu, secara diam-diam, Davin mulai mencari tahu semua hal tentang Vania.

Davin bahkan sudah menyewa sebuah rumah di depan rumah Vania, yang berada di sebuah kompleks perumahan di daerah Ciputat dan Davinpun  tinggal di depan rumahnya Vania itu.

Selama tinggal disana, Davin tidak pernah menunjukkan wajahnya ke Vania dan keluarganya, Davin memilih mengawasi Vania, pujaannya itu, dari jauh. saat berada di kantor, sebenarnya, beberapa kali Davin ingin mendekati Vania, tapi, semuanya menjadi sukar, saat Ardy muncul dan mulai mendekati Vania.

**

Hari Senin pagi, begitu Davin melapor kepada supervisornya kalau dia sudah siap bekerja, sikap Heru, supervisor di bagian Cleaning Service itu, terlihat lain daripada yang kemarin-kemarin.

"Davin. kamu bersihkan toilet di lantai delapan, cepat!!!" perintah Heru.

"Tapi, itu kan tugasnya, Anto, pak," bantah Davin. karena memang biasanya, Davin cuma bertugas membersihkan dan mengepel lantai kantor dan tidak pernah bertugas membersihkan toilet. karena, dari awal Davin masuk ke tempat kerja ini, dengan kesepakatan, dia tidak perlu membersihkan toilet, tapi, saat ini, Davin tetap disuruh kesana."

"INI PERINTAH!!! KAMU MAU BANTAH AKU HEH!!!" teriak Heru geram.

"Tapi, aku memiliki perjanjian kok dengan agen yang membawaku kerja disini, dimana aku tidak perlu---"

."Aku tidak peduli!!! kalau kamu gak lakukan, silahkan pergi dari sini!!!" kata Heru dingin.

Akhirnya, Davin terpaksa pergi ke toilet untuk membersihkan toilet itu. betapa kagetnya saat dia masuk disana, dia melihat, lantai toilet sudah penuh kotoran manusia yang berserakan, bahkan ada yang menempel di dinding.

Di kaca toilet selain ada kotoran, juga, ada sebuah tulisan yang berbunyi,

"INI BUAT KAMU DAVIN!!! BERSIHKAN SEMUANYA. INI BALASANKU BUATMU KARENA BERANI BERSAING DENGANKU!!! TTD. ARDY."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel