Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 2 PRIA YANG HILANG

“Makhluk apa?” tanya Catalina pada burung pagi yang tampak ketakutan.

“Seekor makhluk berbulu. Dia menangkap dan memakan binatang apa pun yang ada di dekatnya.”

Burung itu lantas kembali terbang meninggalkan Catalina.

“Sungguh aneh, mungkin itu hanya beruang yang sedang kelaparan.”

Catalina melanjutkan langkahnya menuju meja makan. Dia melintasi tangga yang sisi kanan dan kirinya berdinding kaca. Sesekali Catalina masih merasa kagum dengan rumah yang dia tempati. Rumah itu memiliki design minimalis. Semua juga dirancang dengan sangat modern.

Kakeknya tentu adalah seorang yang sangat berpengatahuan luas. Rumah ini dibangun jauh sebelum Catalina lahir. Namun designnya sangat kekinian. Mungkin orang-orang kaya di masa itu memang memiliki selera tinggi dan melihat banyak tempat modern. Rumah ini pasti terinspirasi dari sebuah tempat yang pernah kakeknya datangi.

“Kau sudah melihat berita hari ini?” tanya Martha.

Wanita bertubuh gempal itu sedang sibuk menyiapkan makanan di meja. Catalina menarik sebuah kursi yang ada di meja makan. Bagi Catalina, Martha bukan sekedar pelayan. Beberapa bulan tinggal bersama, hubungannya lebih dari sekedar teman. Martha berusia lima belas tahun lebih tua dari Catalina. Kadang kala Catalina merasa Martha seperti ibunya.

“Ada yang penting? Akhir-akhir ini aku sibuk menulis novel terbaruku. Lagi pula berita di portal-portal itu kebanyakan hanya tentang politik juga para artis dengan skandal mereka.”

“Sudah lima hari seorang pemilik perusahaan terkenal menghilang. Spekulasi mulai berkembang. Banyak pihak yang mengatakan bahwa pria itu sengaja menghilang. Orang-orang kaya selalu saja melakukan hal-hal aneh.”

“Mungkin saja, dunia dan kesibukan kadang begitu menyesakkan.”

Aroma roti yang dengan toping daging kepiting dan udang menguar memenuhi seisi ruangan. Martha selalu bisa menyajikan makanan yang membuat Catalina tidak bisa menolaknya. Mata Catalina membulat dan antusias untuk segera memindahkan roti itu ke piringnya.

Sementara Martha duduk di hadapan Catalina dengan sebuah ponsel. Dia sedang berusaha mencari berita yang baru saja mereka bicarakan. Catalina mulai memindahkan roti ke piringnya. Dia memotong rotinya menjadi potongan kecil-kecil dia mulai menikmati makanannya.

Hari ini nafsu makannya kembali dengan sempurna. Setelah dia melihat Billy membuka mata. Luka di dada Billy yang selalu membuatnya khawatir pun telah sepenuhnya hilang. Kejadian yang aneh. Namun Catalina tidak ingin memikirkan lebih jauh. Baginya Billy sudah selamat dan itu membuatnya bahagia.

“Lihat ini, hari ini mereka akhirnya memberi pernyataan resmi. Ternyata pemilik Howard Company. Salah satu dari lima perusahaan terbaik di Amerika.”

Martha terus menggeser ibu jarinya. Mulutnya terus bergumam. Catalina tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang Martha katakan. Martha seperti berbicara dengan dirinya sendiri. Lalu tiba-tiba saja wajah Martha menegang. Matanya membelalak.

Dia menggunakan tangan lain untuk memperbesar tampilan gambar di ponselnya.

“Aku tidak bisa percaya ini. Apakah mataku salah?!” Tiba-tiba Martha terpekik.

Catalina melihat Martha sambil tersenyum. Pembantunya itu memang selalu ekspresif dalam menanggapi sesuatu.

“Wow Catlin, semoga ini tidak menjadi masalah untuk kita.”

Martha mengulurkan ponselnya kepada Catalina. Seketika senyum Catalina menghilang.

“Billy,….” Dia mendesis.

Catalina dan Martha saling berpandangan. Ternyata pria yang menghilang itu adalah pria yang tiga hari terakhir ada di rumah mereka.

“Boleh aku bergabung untuk sarapan?” sebuah suara membuyarkan ketegangan keduanya.

Tidak menunggu jawaban Catalina atau pun Martha, Billy langsung duduk di salah satu kursi. Martha memandang Billy dengan mulut ternganga. Sementara Catalina memandang pria itu dengan tatapan curiga.

Billy tidak mempedulikan pandangan kedua wanita itu. Dia mengambil sepotong roti dari piring besar dan langsung memasukkannya ke dalam mulut. Hanya dalam beberapa gigitan, roti itu pun menghilang. Billy mengambil lagi potongan kedua dan seterusnya. Hingga tersisa satu potongan saja di piring besar.

Dia lalu meraih gelas berisi susu di hadapan Catalina. Menegak habis isinya. Wajah Billy tampak bahagia.

“Makanan ini enak sekali. Mungkin karena aku memang sudah berhai-hari tidak makan.”

“Jadi kau adalah pemilik Howard Company?” tanya Catalina perlahan.

“Apakah itu penting. Sekarang aku adalah tamu di rumah ini.”

“Seluruh Amerika mencarimu. Kau bisa menjadi masalah besar bagiku.”

“Kau telah memberiku masalah sejak lima ratus tahun lalu. Sekarang aku telah menemukanmu. Tidak akan kubiarkan kau menjauh dariku.”

Catalina menoleh pada Martha. Wanita itu hanya mengangkat bahu. Dia tidak punya jawaban atas kebingungan Catalina.

“Kau ini sedang mengigau ya? Sejak tadi yang kau bicarakan selalu tentang lima ratus tahun lalu.”

Billy menggeleng, “Kau akan mengerti nanti. Aku hanya meminta satu hal darimu. Jangan pernah dekat dengan pria lain setelah hari ini.”

“Apa?! Kau gila ya? Memangnya kau siapa membatasi hidupku?” Catalina berteriak histeris.

Perkataan Billy baginya sungguh tidak masuk akal. Mereka berdua tidak punya hubungan apa pun. Permintaan yang sangat konyol.

“Percayalah Catalina, kau telah ditakdirkan untuk hidup selamanya bersamaku. Tanpamu, duniaku akan hancur.”

Belum hilang kebingungan Catalina karena perkataan Billy, tiba-tiba burung pagi kembali masuk dan bertengger di meja. Dia mematuk-matuk sisa roti yang ada di piring.

“Meski pun harus mati tapi setidaknya aku mati dalam keadaan kenyang.” Burung itu mengoceh tidak karuan.

Martha hanya mendengar kicauan dari burung itu. Catalina mendengar dan mengerti apa yang burung itu katakan.

“Kenapa kau ini? Jangan menyebarkan kabar yang membawa ketakutan.” Catalina mulai marah dengan tingkah burung kecil yang ada di hadapannya.

“Pagi ini dia telah menangkap seekor harimau. Dalam hitungan menit dia telah memakannya tanpa sisa. Dia sangat mengerikan.”

“Siapa dia yang kau maksud?” Billy bertanya pada burung kecil itu.

Sontak Catalina melihat ke arah Billy, “Kau bisa mengerti apa yang dia katakan?”

Billy tidak menanggapi perkataan Catalina. Dia justru kembali melihat ke arah burung itu. Menanti sebuah jawaban.

“Sosok berbulu hitam. Aku belum melihatnya sendiri. Seluruh penduduk hutan di daerah selatan mengatakan itu adalah werewolf yang berbahaya.”

“Sial! Lexus mengingkari janjinya!” Billy menggeram.

Sepasang mata biru Billy bersinar. Wajahnya memerah menahan amarah. Jari-jarinya mencengkeram meja. Dia berdiri, namun sedikit terhuyung. Tubuhnya masih lemah. Namun dia harus pergi untuk melindungi para penghuni hutan.

Billy melihat ke arah Catalina. Dia belum terbiasa dengan keberadaan wanita itu. Billy mendekat dan berdiri di samping Catalina. Suasana berubah tegang. Martha dan burung kecil itu terdiam. Mereka menunggu apa yang akan Billy lakukan.

Sementara Catalina duduk ketakutan dan tidak bergeming di kursinya. Dua mata biru billy bersinar indah. Namun menyiratkan sebuah amarah.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel