06
"Bolehkah aku tahu? Apakah Nenek tahu nama rumah sakit tempat Nenek memeriksanya? Agar aku mudah menemukan, cucu Nenek," ungkap pemuda itu dengan penuh kepedulian. Nenek menggelengkan kepalanya lemah, wajahnya tampak bingung. Dia juga lupa nama rumah sakit tempat dia diperiksa.
"Lalu, ke mana Nenek ingin pergi sekarang?" Pemuda itu mengulurkan tangannya, hendak menemani wanita tua tersebut. Namun, Nenek menggelengkan kepalanya lagi, bingung. Setelah terdiam sejenak, dia bersuara serak, "Mau pulang..."
"Hmmm. Bolehkah saya melihat KTP Nenek, biar saya cek alamatnya dan akan saya antar," ucapnya sambil tersenyum hangat. Nenek mencoba mencari dalam ingatannya, namun ia juga lupa membawa tas berisi kartu identitasnya. Lalu dia menggelengkan kepalanya sekali lagi, penuh kepasrahan.
Pemuda itu menghela nafas, kemudian mengusap dahinya yang sudah basah oleh keringat. "Ini akan sulit... Tapi tak apa, biar aku bantu mencari cucu Nenek," ucapnya dengan tekad, lalu berjongkok. Mengerti maksud pemuda itu, Nenek naik ke punggung David dengan hati-hati.
"Siapa namamu?" tanya Nenek, ingin tahu siapa sosok penyelamatnya ini.
"Namaku David Lewis, tapi Nenek bisa memanggilku David saja," jawabnya sambil berjalan perlahan di sepanjang jalan yang sunyi. Angin malam yang sepoi-sepoi menambah rasa nyaman mereka, meski harus mengarungi petualangan yang tak terduga.
"Berapa usia kamu sekarang?" Nenek bertanya lagi, ingin lebih mengenal sosok David. Meski takut dan bingung, hati Nenek seolah ada yang menghembuskan kehangatan ketika bersama David. Dan dengan penuh harap, Nenek berdoa semoga mereka menemukan tujuan yang diinginkan, seiring dengan setiap langkah mereka yang semakin menyatu dalam malam.
"Baru saja 20 tahun berlalu, Nek. Ada apa maksudnya?" tanyanya heran.
"Tidak jauh berbeda dengan Usia Cucu nenek, hanya saja cucu nenek satu tahun lebih tua darimu," jelas sang nenek dengan wajah penuh nostalgia.
**
"Neeeeeek!" Suara wanita muda itu terdengar sangat cemas. Dia baru saja pergi sejenak mengambil nomor antrian, namun saat kembali ke tempat semula, neneknya tiba-tiba hilang tak berbekas.
"Nenek...di mana nenek?" teriak wanita itu dengan mata sembab sambil terus berjalan ke pinggir jalan dekat rumah sakit tempat neneknya menjalani pemeriksaan. Wanita muda itu terus berjalan sambil berteriak memanggil nama neneknya, penuh kepanikan dan kekhawatiran.
Sementara itu, di tempat lain, David mengajak seorang wanita tua untuk makan terlebih dahulu, lalu meminta sistem agar melacak keberadaan rumah sakit terdekat. Setelah menemukan lokasi yang dituju, David langsung menyatakan niatnya. “Saya sudah tahu lokasi rumah sakit terdekat, Nek. Biarkan aku mengantar Nenek ke sana,” ucap David dengan tegas.
"Oke!" jawab nenek itu sambil menyelesaikan makanannya.
"Sistem, bisakah aku mencairkan uang tunai?"
[Bisa, Tuan. Tinggal pilih mata uangnya, semua mata uang dunia bisa dicairkan.]
"Hebat... Sungguh menakjubkan, Sistem. Terima kasih banyak."
[Ding... Berikan pujian pada sistem untuk menerima hadiah sepuluh juta Dolar. Uang akan segera dikirim ke rekening Anda.]
[Dreeeeet...]
Dengan perasaan penasaran, David mengeluarkan ponselnya dan membaca pesan yang baru saja diterima.
[Selamat siang, kami dari Bank Permata akan menginformasikan bahwa rekening nomor 68251189 berhasil melakukan transaksi transfer sejumlah 1.000.000 pukul 10.30.]
Sejenak, David terpana dengan notifikasi dari Bank Permata yang baru saja diterimanya. Tak lama kemudian, wajahnya berbinar cerah, dan dia berkata dengan semangat, "Ini benar-benar luar biasa! Terima kasih sekali lagi, Sistem!" Meskipun tak ada balasan dari sistem, hati David masih saja bersorak gembira.
Selanjutnya, dengan langkah ringan, David menghampiri kasir dan membayar makanan mereka menggunakan uang tunai yang baru saja ditarik dari Inventory.
"Terima kasih sudah makan di tempat kami, ini kembaliannya dan notanya," ucap sang kasir dengan senyum lembut yang menawan, memperlihatkan deretan gigi putihnya sambil menangkupkan kedua tangannya. David tersenyum balik, merasa hangat oleh pelayanan yang diberikan.
Dengan langkah pasti, David berjalan menuju tempat nenek yang masih duduk di kursi tempat mereka makan tadi. Setelah berjongkok, nenek segera naik ke punggung David yang rela menjadi kaki untuk neneknya tersebut. "Pemuda yang berbakti," bisik beberapa orang di sekeliling yang menyaksikan tingkah David terhadap neneknya. Rasa hormat dan kekaguman melukiskan wajah mereka.
"Sulit lagi menemukan pemuda seperti itu. Oh, andai saja anakku seperti pemuda itu," gumam salah seorang ibu dengan raut muka sedikit sedih, mengingat kelakuan anaknya yang jauh berbeda dari David.
Tak menyadari pujian yang diterimanya, David fokus membawa nenek itu dengan hati-hati. Setelah beberapa menit berjalan, mereka akhirnya memasuki area rumah sakit. Rumah Sakit Ciputra Mitra Hospital terpampang dengan jelas di papan nama.
David melangkah gontai menyusuri lorong rumah sakit, sepasang mata letih mencari pintu masuk dan loket pendaftaran. Ketika akhirnya menemukannya, dia mendekati bangku panjang di sudut, lalu dengan penuh perhatian membantu sang nenek untuk duduk sambil menunggu sang cucu yang katanya sedang mengambil nomor antrian.
Meski telah cukup lama menunggu di situ, tak ada tanda-tanda sang cucu datang menjemput. Sang nenek, dengan jiwa sabar yang meluap-luap, mencoba untuk tidak terburu-buru. "Apa aku harus masuk ke dalam untuk bertanya ya," gumamnya, namun segera mengurungkan niat setelah berpikir lama.
Dalam ketidakpastian itu, David mengeluarkan ponselnya dan menatap layar yang menunjukkan waktu menunjukkan pukul 12.30. Tiba-tiba, seruan penuh emosi menghentikan segala keluh kesah: "Nenek!" seorang wanita berlari laju dari kejauhan, rambutnya terurai, wajahnya diliputi kegelisahan. Perlahan, wanita itu mendekat dan langsung memeluk erat nenek yang selama ini menjadi incarannya. "Nenek, dari mana saja kamu? Aku sudah mencari kemana-mana!" ucapnya sambil menyeka air mata, lega dan gembira tak terkira.
"Maafkan cucuku, aku lelah menunggu jadi aku ingin jalan-jalan. Namun aku lupa jalan pulang ke sini. Untung saja aku bertemu dengan seorang pemuda tampan yang juga sangat baik hati," tunjuk Nenek Sofia pada David yang berdiri anggun sambil bersandar pada pilar.
Wanita itu mengikuti arah tunjuk neneknya, dan dia menemukan wajah pemuda tampan yang pernah menolongnya. "David..." panggilnya, langkahnya terhenti sejenak sebelum mendekati pemuda itu.
David tersenyum melihat Larissa yang tersipu malu. Ia teringat akan wanita yang pernah memeluknya dengan lembut, kehangatan tubuhnya masih membekas di ingatannya. "Kamu Larissa, kan? Jadi, dia nenekmu?" tanya David dengan suara lembut dan tenang.
"Iya... dia nenekku, terima kasih banyak sudah membantu dan menjaga nenekku. Dan kau menolongku lagi, padahal yang kemarin saja aku belum sempat mentraktirmu. Sekarang jangan menolak, ya?" ucapnya dengan tulus. "Tapi, aku ingin mengecek kondisi nenekku dulu, bolehkan?" tanyanya lagi.
"Aku juga tidak ada kesibukan yang berarti, karena aku hanyalah pedagang," ujarnya sambil tersenyum. "Aku hanya pengangguran dalam gang," tambahnya dengan jujur.
David mengikuti Larissa bersama neneknya yang ternyata bernama Nenek Sofia, sambil berbincang akrab, mereka pun sampai di pintu ruangan tempat pemeriksaan akan dilakukan.
"Aku masuk dulu ya... jangan kemana-kemana," ucap Larissa sambil tersenyum manis, sungguh manis bak buah mangga yang menggoda. "Oke..." ucap David sambil menggerakkan tangannya membentuk isyarat.
Ding…
[Tugas membantu nenek yang tersesat telah diselesaikan. Selamat kepada tuan rumah telah mendapatkan Jam Tangan Richard Mille RM 56-02 dan saham 50% milik Ciputra Mitra Hospital.]
[Selamat, Tuan Rumah! Anda telah mendapatkan hadiah uang senilai Rp 50.000.000, keterampilan medis super, dan satu unit rumah di kawasan elit Pesona Modern.]
"Tampilkan status," ucap David, duduk di dekat pintu dengan penuh ketegangan. Hatinya berdebar kencang sambil memperhatikan layar biru yang tiba-tiba muncul di depannya.
Ding...
Nama Lengkap: David Lewis
Pesona: 13
Kekuatan: 14
Kecepatan: 11
Kecerdasan: 12
Keterampilan: Bela Diri Kuno (Aktif), Medis Super (Belum Aktif), Pembalap Super (Aktif)
Shop: Dapat Diakses
Inventori: Semua keperluan Tuan Rumah.
"Sistem, buka Shop!" David berkata penuh semangat.
Layar biru segera membuka Shop dan menampilkan berbagai pilihan menu yang telah tersedia untuknya. "Sistem, tambahkan poin kecerdasan dan kecepatan, gunakan dana yang ada. Jadikan kecerdasan ku lima dan kecepatan menjadi lima juga," pintanya dengan harapan besar.
"Silahkan, Tuan Rumah, bersabar sejenak. Sabar adalah kunci keberhasilan dan disayang oleh Tuhan." Sistem menjawab, mengajak David untuk lebih tenang dan fokus pada perubahan yang akan terjadi dalam hidupnya.
"Bagus sistem, Kau sangat mulia. lalu aktifkan keterampilan medis super. " ucapnya.
[Proses akan berjalan lama, karena Sistem terkendala masalah jaringan.]
"Apa...!! Apakah kau benar-benar membutuhkan jaringan? Jangan main-main denganku, sistem!” ucapnya kesal. Tiba-tiba, dering telepon mengalihkan perhatiannya dari rasa kesal yang melanda.
***
"Halo.... Selamat siang pak! Saya Juli, wakil presiden RS Ciputra Mitra. saya hanya ingin memberitahu Anda tentang saham yang Anda menangkan dari lelang tersebut, "Bolehkah saya bertemu dengan Anda untuk menandatangani serah terima saham tersebut?"
“Kebetulan saya di RS Ciputra Mitra, tinggal menentukan lokasi saja. Nanti saya ke sana” jawab David santai. padahal hatinya sudah gugup ingin melompat dari atas gedung kegirangan.
Sebelum berangkat, David mengetik pesan dan mengirimkannya pada Larissa bahwa dia ada urusan.
Setelah itu dia melihat notifikasi dari ponselnya, ada dua notifikasi yang belum dibuka, lalu dia mengklik pesan dari nomor baru yang menghubunginya tadi. "Aku menunggumu di restoran KAYU CINNANIS dekat rumah sakit," isi pesan itu
Kemudian David membuka notifikasi kembali [Selamat siang, kami dari Bank Permata memberitahu pemilik rekening dengan nomor 68251189 bahwa telah dilakukan transaksi transfer pada pukul 13.00 sebesar 5,000,000.]
David memasukkan kembali ponselnya ke dalam sakunya dan berjalan ke tepi jalan. setelah itu dia melihat sekeliling ke segala arah. Setelah lihat ada abang ojek yang nongkrong. Dia menyeberang jalan. Dia lupa mobilnya.
