Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

07. Saling Bertengkar

Tari dan Dafa mengikuti asistennya itu pergi ke sebuah ruangan kelas.

Sampai di depan ruangan kelas itu, ada sedikit rasa gugup melanda hati Tari, namun dia buang jauh-jauh agar tidak terlalu ambil pusing.

 

Tari dan Dafa pun masuk dan melihat pemuda itu duduk dengan santai.

 

“Oh jadi bintang tamunya kamu, ayuk kita sudah terlambat nih, aku sudah datang menjemputmu, sekarang ayuk kita keluar!”

Mentari Khairunnafiza umur dua puluh tiga tahun pekerjaan sebagai seorang reporter tinggal bersama seorang kakak perempuan, emhh cukup menarik !” ucap pemuda itu.

 

“Sekarang Mas nya sudah tahu tentang saya, jadi nggak perlu saya memperkenalkan diri, ayuk Mas acaranya mau di mulai dan Anda sebagai bintang tamunya harus bersikap profesional!” sahut Tari tak tinggal diam.

 

Apakah kamu tidak ingin tahu siapa saya?” tanya pemuda itu.

“Nggak ... lagian nanti kan di atas panggung saya juga yang akan memperkenalkan kamu dengan mereka!” jawab Tari membuat Pemuda itu sedikit jengkel dengan jawaban Tari.

 

“Eh Din baru kali ada seorang gadis yang berani dengan Tuan Muda, biasanya kalau ada yang lihat Tuan pasti klepek-klepek kaya ikan mujair, tetapi aneh banget sama tuh cewek nggak mempan sama sekali!” ucap Fikri asisten pemuda itu.

 

“Benar juga Ri, tuh cewek oke kok cantik walau rambutnya seperti laki-laki, dan yang paling penting ada saingannya, bukankah itu yang disukai Tuan Muda seorang gadis yang pintar berdebat dengannya?” timpal Udin memperhatikan mereka berdua.

 

“Iya menurut ku sih mereka cocok, klop sebagai pasangan!” ucap Fikri lagi.

 

“Maaf Mas, perkenalkan nama saya Dafa, saya temannya Tari, begini Mas saya atas nama kru jika ada yang salah dari kami dan mengganggu kenyamanan Mas, kami minta maaf!”

 

“Anda tidak mau kan masalah pribadi berdampak jelek di hadapan khalayak ramai hanya karena satu masalah yang nggak jelas, nanti bisa-bisa Mas akan dianggap tidak menghargai waktu, sedangkan yang saya tahu Mas ini sangat disiplin waktu!” ancam Dafa secara halus.

 

“Baik saya tahu, tetapi semua bisa dengan mudah saya putar balikkan fakta, kalau reporter kamu ini tidak becus dalam bekerja!” tantangnya.

 

“Maaf maksud Mas nya ini apa? Apa salah saya?”

 

“Kita baru berkenalan hari ini, terus kenapa Mas nya sewot, di sini siapa yang salah?” tanya Tari dengan sorotan mata tajam ke arah Fajar.

 

“Kamu mau tahu salah kamu apa?”

 

“Pertama kamu tidak sopan, kedua kamu tidak meminta maaf, ketiga kamu sudah merusak rambut dan sepatu saya, dan yang keempat kamu sudah membuat hari saya hilang nggak mood alias bete!” seru Fajar dengan muka juteknya.

 

“Hello, Mas nggak sadar ya dari awal kita bertemu kamu yang tidak sopan memanggil orang, kamu kira saya pembantu kamu apa?”

Kedua untuk apa saya meminta maaf, kalau kamu yang mulai duluan, ketiga bukan aku yang merusak rambut dan sepatu mu itu kan nggak disengaja.”

 

“Lagian rambut kamu juga bisa diperbaiki, makanya pakai jell itu banyak-banyak kalau perlu dicatok sekalian biar kaku, dan sepatu mu tinggal semir lagi, susah amat sih!”

 

Yang ke empat sebenarnya saya juga nggak mood kalau kamu yang menjadi bintang tamunya, hanya karena kamu orang kaya punya banyak perusahaan bukan berarti kamu bisa seenaknya sama orang lain!”

 

“Hey Bung kamu pikir saya gadis lemah yang dengan gertakan mu aku terpengaruh, jika kamu kira aku takut kamu salah!”

“Walaupun aku dipecat dari kerjaan ini karena kamu, aku juga bisa membeberkan masalah kamu, yang sok arogan, ini yang namanya pebisnis ulung, pengusaha muda tetapi kesopanan tidak ada, miris banget!” tantang Tari tak mau kalah.

 

“Kamu perlu bukti, kamu kira aku main-main, baiklah saya sudah memberitahukan ke atasanmu, agar kamu di pecat hari ini juga, dan ini salinan surat pemecatanmu!” ucapnya dengan bangga.

 

“Tari pun melihat salinan surat pemutusan hubungan kerja dengannya melalui ponselnya yang dikirim langsung dari perusahaan tempat Tari bekerja, dia pun terkejut dengan tindakan pemuda itu dan langsung menghubungi pimpinannya namun beliau tidak mengangkat teleponnya.

 

“Tar, bagaimana ini kok jadi kamu di pecat sih, padahal masalahnya sepele loh, kamu minta maaf saja sama Fajar biar clear, dan Bos Firman bagaimana juga ini kok mau juga menuruti perintahnya, pengaruhnya besar banget Tar!” ucap Dafa merasa takut akan dipecat juga.

 

“Ada apa Nona Tari, kamu terkejut, kaget kenapa surat pemutusan hubungan kerja bisa dengan mudah saya dapatkan?”

 

“Saya kasih sedikit bocoran Bos mu itu Firman tepatnya Firman Ali Wardana itu adalah kakak saya, jadi dia sangat percaya sama saya karena saya adalah adik kesayangannya,” jawabnya dengan bangga.

 

Seketika Tari sedikit terkejut mendengar perkataan Fajar, dia baru sadar kalau nama belakang mereka sama, pantas saja Fajar dengan mudah mengetahu kehidupan Tari.

 

Namun bukan Tari namanya jika tidak menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri.

 

Dia pun tidak gentar jika memang harus di pecat tidak masalah, karena memang niat Tari juga ingin mengundurkan diri dari seorang reporter, karena ingin membantu kakaknya membesarkan usaha rotinya di Jakarta.

 

Baginya pengalaman sebagai reporter yang pergi dari kota ke kota lain merupakan suatu tantangan bisa meliput berita yang beraneka ragam, namun dia tidak ingin meninggalkan kakaknya sendirian terlalu lama.

 

“Kenapa, takut kamu, nggak sayang dengan pekerjaanmu, bukannya kamu sangat mencintai pekerjaan mu sebagai reporter?” ledek Fajar menyeringai.

 

“Hahaha ... kamu kira aku takut, sekarang kamu lihat apa yang bisa aku lakukan untukmu Fajar Ali Wardana yang terhormat!” ejeknya yang tak mau kalah.

 

“Tari langsung menyetel rekaman video perdebatan mereka, seketika itu juga Fajar tersentak kaget.

 

“Kamu kira aku bodoh Tuan Muda Fajar Ali Wardana, semua sudah aku rekam percakapan kita berdua kita lihat bagaimana pengusaha terkenal seperti kamu menekan seorang reporter untuk meminta maaf  dengan hal yang sepele ini!”

 

“Jika aku tekan sekali saja otomatis akan masuk di terinding topik dengan judul seorang reporter di paksa mengakui kesalahannya hanya karena rambut dan sepatu, keren nggak tuh!”

 

“Pasti orang berpikir masalah kok begini viral, tetapi kalau dia tahu bahwa yang diviralkan adalah seorang pebisnis ulung katanya, mau taruh di mana mukanya, apalagi dengan keluarga besarnya, terutama Ibu Nia Ramadhani Wardana, betul nggak?” ejek Tari.

 

“Jangan macam-macam kamu, kamu belum tahu siapa saya!” gertaknya.

 

“Kamu juga jangan macam-macam dengan saya, kamu juga belum tahu siapa Mentari Khairunnafiza”

 

Mereka bagai kucing dan tikus, mereka saling menata tajam membuat Dafa dan kedua asisten Fajar sedikit menahan tawa melihat mereka berdua.

 

“Lanjut ...! seru nih nggak usah di panggung lebih baik di sini berantemnya,” ucap Dafa tanpa disuruh dia pun merekam adegan mereka yang dipikir Dafa sangat romantis.

 

Tak lama kemudian Ibu Nia dan Pak Syamsudin datang menemui mereka berdua.

 

Melihat keduanya masih saling menatap beliau pun sempat terpukau dengan gadis reporter itu, karena baru pertama kali ada seorang gadis yang berani melawan anaknya.

 

Bu Nia pun menjadi ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai gadis ini, yang bisa membuat Fajar berisi tegang dan banyak berbicara dengannya.

 

“Pak siapa gadis ini, mengapa dia sangat marah dengan Fajar?” selidik Bu Nia sembari melihat mereka berdua dengan tatapan yang sulit diartikan

 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel