Pustaka
Bahasa Indonesia

Menikah Dengan Musuh

151.0K · Tamat
Afiqah laili
160
Bab
4.0K
View
8.0
Rating

Ringkasan

“Menikahlah denganku, atau perusahaanmu akan bangkrut detik ini juga.” Draco Arsya Giory. “What? Kita musuh dan kau mengajakku menikah?, yang benar saja?!.” Sera Capela Louwen. Tentang 2 perusahaan yang bermusuhan dari jaman dulu, salah satu dari mereka mengalami kebangkrutan. Arsya mengajak Sera untuk menikah, dan jelas Sera menolak nya. Bagaimana tak menolak, keluarganya dan keluarga Arsya saling bermusuhan. Sejak kecil Sera diajari untuk membenci Arsya, begitu juga dengan Arsya yang sejak kecil juga disuruh untuk membenci Sera. Apakah mereka akan menikah? Bagaimana tanggapan keluarga Sera jika mengetahui dia menikah dengan musuh keluarga Sendiri? Apakah mereka berhasil mencari tau tentang awal mula keluarga mereka bermusuhan?.

Tuan MudaRomansaBillionaireKeluargaFlash MarriageDewasaBaper

Awal Mula

20 tahun lalu

Dirumah yang sangat besar dan mewah nampak dua orang dewasa tengah bermain-main dihalaman belakang dengan 1 anak kecil laki-laki yang masih berumur 4 tahun. Mereka adalah anggota keluarga Giory.

Siapa yang tak mengenal marga itu?. Menempati posisi ke 2 sebagai keluarga paling kaya didunia hampir semua orang mengenalnya. Kini keturunan ke 5 keluarga Giory sedang menemai sang anak yang masih berusia 4 tahun.

"Arsya mau dedek, bunda," ucap sang anak yang bernama Draco Arsya Giory.

Sedangkan 2 orang dewasa itu bingung setelah mendengar penuturan sang anak. Tak biasanya Arsya meminta itu, dulu ia tak mau memiliki adek. Namun mengapa sekarang malah meminta adik?.

"Adik kan udah jadi dedek," ucap sang bunda yang bernama Reta.

"Betul tuh," timpal suami Reta yang bernama Alif.

Mendengarkan jawaban dari kedua orang tuanya, Arsya mengerucutkan bibirnya sebal namun dimata Alif dan Reta itu sangat menggemaskan. Reta mencubit pipi Arsya karena tak tahan melihat wajahnya yang lucu.

"Bunda, ayah. Arsya mau dedek pokoknya," ucap Arsya seolah-olah tak ingin dibantah.

Reta menatap sang suami dengan alis ditautkan, sedangkan Alif tak tau mau menjawab apa.

"Kalau Arsya punya adek, nanti adeknya sayang sama keluarga Louwen." Setelah berfikir cukup lama akhirnya Alif mengatakan itu.

Mendengar penuturan dari ayahnya Arsya menggeleng tegas. "Arsya ndak mau punya dedek," ucapan Arsya membuat Alif dan Reta tersenyum puas.

Namun tiba-tiba terdengar suara langkah kaki, Arsya dan dua orang dewasa itu menoleh keasal suara. Melihat siapa yang datang, Arsya pun berlari kearahnya.

"KAKEK ARSYA KANGEN," teriaknya sembari berlari kearah orang yang baru saja datang tadi yang tak lain adalah Wisnu orang tua dari Alif.

Wisnu menggendong tubuh Arsya. "Kakek juga kangen sama, Adek," ucapnya lalu berjalan kearah Alif dan Reta yang tengah duduk.

"Tumben kesini?" ucap Alif, tak biasanya Wisnu datang berkunjung tanpa memberitahu terlebih dahulu.

"Papa mau ngomong sama Arsya tentang 'Itu' dan kalian diam saja," ucap Wisnu sembari menatap anak dan menantunya satu persatu.

Wisnu mengubah posisi Arsya menjadi berhadapan dengannya, sedangkan Arsya hanya diam menurut matanya melihat kearah sang kakek. Wisnu menyuruh Arsya mendengarkan ucapannya, dan dia pun menurutinya.

"Arsya tau kan musuh kita siapa?" tanya Wisnu kepada Arsya, seketika Albi mengangguk.

"Kalau Arsya besar, Arsya harus bisa mengalahkan keluarga Louwen. Kita harus menjadi nomer 1," ucap Wisnu mengebu-ngebu.

Sedangkan Arsya mengangguk semangat. "Arsya akan menjadikan keluarga ini nomer 1," ucapnya semangat.

Wisnu mengacak rambut Arsya. "Bagus! Kamu akan menjadi cucu kakek yang hebat," pujinya.

"Arsya harus bisa mengalahkan Louwen dan Giory akan menjadi nomer satu. Keluarga Louwen lah yang membuat kita berada diposisi kedua," imbuh Wisnu.

Arsya mengelus lembut pundak tegap Wisnu. "Arsya akan membuat nama Louwen diurutan terakhir. Musuh akan tetap menjadi musuh dan Sera akan menjadi musuh Arsya selama-lamanya. Arsya akan menghancurkan Sera," ucap Arsya, mereka yang ada disana tersenyum puas.

Tak sia-sia mereka memanjakan Arsya, sekarang anak kecil itu sangat penurut. Mungkin satu perusahaan akan Wisnu berikan kepadanya karena telah menjadi anak yang penurut. Arsya pun ikut tersenyum puas mendengar kalimat demi kalimat yang terucap dari mulutnya.

Arsya tak tau jika ucapannya dimasa depan akan sangat berpengaruh. Arsya hanya tau jika musuh keluarga Giory adalah keluarga Louwen. Dari kecil ia sudah diajarkan untuk mengenal siapa musuh bebuyutan keluarganya.

"Keturunanku yang akan menjadi nomor satu. Dendam keluargaku akan segera terbalaskan berkat kehadiran Arsya," batin Wisnu dengan seringai nya.

Tentu saja tak ada yang menyadari jika Wisnu menyeringai, Reta dan Alif sibuk memuji-muji Arsya. Tak salah Alif memilih Reta menjadi menantunya, dia bisa memberikan dirinya cucu laki-laki yang tentunya akan menjadi penerusnya kelak.

****

Ditempat lain diwaktu yang sama juga terdapat beberapa orang dewasa tengah menemani anak perempuan berusia 4 tahun. Anak perempuan itu bernama Sera Capela Louwen yang merupakan cucu tunggal dari keluarga Louwen.

"Sera, sini sayang," panggil wanita dewasa yang tak lain adalah Citra, mama Sera.

Sera berlari kearah mamanya yang tengah duduk bersama keluarganya yang lain. Disana sudah ada kakeknya dan papanya, Sera duduk diantara opa dan papanya. Sedangkan Citra memilih untuk duduk disebelah suami.

"Sera, sekarang umur berapa?" tanya sang opa yang bernama, Fikri.

Sera mengangkat jarinya membentuk angka 4."Sera, umur 4 tahun Opa," Ucapnya.

"Pintar," puji Fikri dan mencium pipi berisi milik sang cucu.

"Sera, ngak boleh main sama Arsya lagi. Kalau ada Arsya, Sera ajakin berantem aja, jangan lupa kalau Sera udah besar harus bisa mertahanin kedudukan keluarga Louwen menjadi nomer 1. Sera, harus bersaing dengan keluarga Giory. Pokoknya keluarga Giory ngak boleh rebut posisi kita," ucap Fikri dengan mimik wajah serius.

Sedangkan Sera mendengarkan dengan seksama ucapan sang opa. Setiap kalimat yang opanya keluarkan Sera langsung mengangguk semangat.

"Sera, harus bikin posisi keluarga Giory berada diurutan paling dibawah," ucap papa Sera yang bernama Rama.

Sera mengangguk semangat. "Sera, akan buat keluarga Giory miskin. Sera juga bakal mengingat kalau mereka musuh keluarga kita. Musuh tetap musuh, kalau ketemu sama Arsya harus ngeluarin mata yang serem. Arsya adalah musuh Sera, dan Sera akan selalu benci sama Arsya," ucap Sera panjang lebar dengan nafas memburu.

"Pintar," puji mereka semua.

Sera turut tersenyum bahagia melihat seluruh anggota keluarganya menatap bangga kearahnya. Padahal ia sedikit tak paham dengan omongan yang keluar dari mulutnya.

"Sera mau janji sama papa?" tanya Rama dan langsung ditatap oleh Sera.

"Janji?" beo Sera tak paham.

"Sera harus janji akan menuruti kemauan kita apapun itu," jawab Rama.

"Sera janji," balas Sera tanpa berlama-lama lagi. Rama mengecup singkat kening sang anak, Sera pun merasa bangga kepada dirinya sendiri. Hanya dengan omongannya, papanya bisa sesayang ini kepada dirinya?.

Dari generasi pertama keluarga Giory dan keluarga Louwen memang bermusuhan. Kini Sera dan Arsya sebagai generasi yang ke 5. Mereka dari kecil sudah diajarkan untuk tak boleh jatuh cinta satu sama lain.

Mereka saling membenci, atas hasutan dari masing-masing keluarga. Bagaimanakah kisah mereka saat dewasa, apakah permusuhan itu akan tetap ada dari generasi ke generasi?.

Namun mengapa dari masing-masing keluarga tak mau memberitahu awal mula permusuhan ini? Jika Arsya dan Sera bertanya bukan jawaban yang mereka dapatkan, namun hanya sebuah pernyataan yang sama sekali tak bisa mereka serap artinya diusia yang masih kecil.

Mereka menginginkan penerusnya menjadi nomor satu, mereka ingin penerusnya menjadi seorang yang tak terkalahkan. Egois memang, namun itu sebuah kenyataan yang ada sejak generasi pertama. Baru kali ini, generasi Giory dan Louwen mempunyai keturunan laki-laki dan perempuan. Semua nampak seperti haluan, tanpa mereka sadari omongan mereka yang terlalu banyak akan berdampak kepada kehidupan Arsya dan Sera kelak.