Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Maafkan Mom

“Mommy! Haru tidak suka, mom selalu tidur diruang tamu!” 

Leira mengusap matanya dan menatap ke arah sumber suara, dia segera merapikan pakaiannya dan berjalan mendekati Haru dan Ibunya, dia tidak tahu jika ini akan membuatnya lebih kacau. 

Lagi-lagi dirinya bertindak seperti anak kecil, dia mengabaikan jika dirinya adalah seorang Ibu, Leira mendekati putranya, tersenyum dan mencoba membuat putranya tidak marah lagi padanya. 

“Haru sudah datang? Maaf, Mom janji--,” 

“Janji tidak akan melakukannya lagi? Mom selalu seperti ini, bagaimana Haru bisa tenang jika tinggal bersama Ibu?” Ucap Haru, walau putranya begitu sering memarahinya, ketahuilah dia berusaha bersikap dewasa di usianya.

Leira menatap kearah Ibunya, meminta bantuan untuk sedikit membuat Haru berhenti memarahinya, menyadari hal itu sang Ibu segera menggenggam tangan Haru, membawanya ke dalam kamar.

“Haru bilang ingin menunjukkan gambarmu, sekarang Ibu ingin melihatnya.” ucap Nyonya Song, dia mencoba mengalihkan amarah Haru dan menatap tajam arah putrinya.

Leira menghela nafas lega, dia menatap kearah dimana suara ponselnya terus berdering, dengan cepat kakinya melangkah dan meraih ponselnya.

“Tuan Han, seperti aku akan datang siang, banyak naskah yang sudah selesai revisi dan Haru hari ini libur, bisakah meminta orang lain?”

Leira menatap keluar jendela, hari ini cuaca begitu cerah, dia ingin mengajak Haru keluar tapi pekerjaan terus menutupi kebersamaan mereka, lalu tatapan teralihkan pada Haru dan Ibunya, kedua orang yang selalu ada disisinya. Alasan kuat kenapa Leira harus tetap bekerja.

“Terimakasih Tuan Han, aku pastikan akan membuatnya,” ucapnya, Leira meletakan kembali ponselnya. Dia mulai mengambil pakaiannya satu persatu di lantai, Leira segera mengambil kaleng bir dimeja. Dia lupa membuangnya dan akan menjadi masalah lainnya.

“Leira.” panggil sang Ibu.

Leira menoleh dengan cepat, dia hampir menjatuhkan kaleng ditangannya, dengan cepat segera membuangnya dan kembali merapikan naskah yang berserakan di meja ruang tamu.

“Semalam kau minum?” tanya Nyonya Song, dia membantu merapikan ruang tamu yang begitu berantakan, putri memang begitu sulit untuk disuruh merapikan, itulah alasan kenapa putranya begitu banyak bicara karena Ayahnya adalah pria yang rapi, sifatnya menurut pada Haru.

Leira menghentikan kesibukannya, sekeras apapun Leira menentang untuk berbicara dengan sang Ibu, tetap saja dia adalah seorang putri dan memiliki satu putra, dan terlebih selama ini Ibunya yang terus membantunya. 

“Ya, tapi aku tidak minum terlalu banyak, hanya dua kaleng.” ucap Leira, dia memasukkan lembaran di dalam box dan memastikan jika itu adalah naskah yang sudah selesai di revisi beberapa hari lalu, terkadang memang Leira masih sering bersikap seperti wanita yang belum menikah, tapi hingga detik ini Leira tidak pernah berpikir akan memberikan Haru pada mantan suaminya.

Nyonya Song tersenyum, dia mengelus rambut sang putri, dia tahu. Jika dulu bukan dibutakan karena kekuasaan mungkin putri masih bisa melakukan hal untuk dirinya sendiri, karena ulahnya putrinya harus menjadi seorang wanita kuat, bekerja dan merawat putranya. 

“Biarkan Haru tinggal bersamaku, tidakkan kau rindu bertemu dengan teman lamamu?”

Leira terteguh, ucapan sang ibu menepuk hatinya secara halus, seakan pintu gerbang tentang dunianya terbuka saat ini, Leira terdiam. Reaksi apa yang harus dia tunjukkan, untuk sekian lama dan waktu berlalu, kini Leira merasa jika dirinya kembali menemukan sikap sang Ibu yang dulu. 

“Aku menyesal setelah melihat perpisahan itu, aku juga merasakan bagaimana kau tetap menerima nam Jun, jelas-jelas pria itu tidak mencintaimu dan jika bukan karena perjodohan itu, mungkinkah sekarang hubungan kita tidak serenggang ini? Bagaimanapun kau tetap putriku.” Nyonya Song tidak melakukan hal apapun, dia sabar sampai menunggu Leira menoleh ke arahnya. 

Itu memang benar, walau Leira sering menitipkan Haru pada sang Ibu dan secara langsung sering berinteraksinya, nyatanya Leira tidak pernah mau cerita apapun padanya, entah itu kesehariannya dan bagaimana dirinya tetap menahan diri ketika terus bertemu dengan Nam Jun. Tidak, Leira tidak pernah melakukannya. 

Padahal dulu, apapun Leira akan bagi dengan sang ibu sebelum dirinya mengenal pria bernama Nam Jun, Leira pikir pertemuan mereka dan semua hal yang dilakukan pria semua begitu alami, tapi setelah jatuh cinta. Semua itu hanya itu membuatnya mau menerima perjodohan itu. 

Leira terluka dan hancur, dia bohongi oleh sang ibu dan juga fakta betapa brengsek pria itu. 

“Aku tidak membutuhkan itu, apapun yang telah terjadi tentang masa laluku, aku tidak akan pernah menyalahkan Haru, dia adalah putraku, anak dan ibu tidak akan pernah bisa dipisahkan.” 

Dia menghela nafas, bohong jika perasaan kecewa terhadap ibunya sudah hilang, tetap saja jika saat itu Ibunya tidak mendesak Nam Jun untuk menemuinya dan membuat dirinya jatuh cinta, mungkin saat ini Leira tidak akan membenci siapapun, dan akankah dirinya bisa percaya lagi untuk mencintai seseorang?

“Untuk saat ini atau bahkan beberapa tahun kedepan, aku hanya berharap Haru selalu bersamaku.” ucapnya, Leira meninggalkan ruang tamu dengan box berisi naskah, dia meletakkan benda itu di ruang perpustakaan mini miliknya.

Kakinya terhenti saat melihat Haru yang terdiam di dalam kamar, Leira melihat dari cela pintu dan mencari tahu apa yang sedang putranya lakukan.

“Apakah menyenangkan mempunyai Daddy? Haru ingin memiliki Daddy.” 

Samar-samar Leira mendengar itu, dia mengurung untuk melangkah masuk kedalam, ucapan Haru mengoreskan luka pada hatinya. Leira tahu, sekeras apapun dirinya mencoba menjadi ayah dan ibu untuk Haru, tetap saja tidak akan bisa disamakan dengan anak lain yang bisa menggenggam tangan kedua orangtuanya. 

‘Maaf Haru. Mom sangat jahat bukan? Mom harus bagaimana?’  Leira tahu, sejak Haru masuk sekolah dan memiliki banyak teman, pria kecil itu sudah menemukan perbedaan darinya dan temannya, Haru juga tumbuh tanpa kasih sayang dari ayahnya. 

Tangannya menghapus air mata yang akan membasahi pipinya, ini yang selalu menjadi titik terendah dimana Leira terus ingin menurunkan ego-nya, dia tidak bisa terus membuat putra jauh dengan ayahnya, tapi Leira tidak siap untuk kembali menerima masa lalunya, terutama tinggal di satu atap dengan pria itu.

“Mom, kenapa hanya berdiri disana?” 

Leira tersentak dengan suara Haru, dia segera mengalihkan pikirannya, bersikap biasa dan tersenyum ke arahnya, haruskan sekarang dia membiarkan Haru tahu siapa ayahnya, tapi dirinya  takut. Rumor tentang Nam Jun yang kembali karena dia tidak akan di berikan warisan jika dirinya tidak bisa memiliki anak, dia hanya takut jika kembali terluka, apalagi kini Haru ikut terlibat.

“Mom lupa sesuatu dan baru ingat jika sekarang Mom harus pergi ke kantor, Haru ingin ikut bersama Mom? Tapi Haru berjanji.” ucapnya, ide membawa Haru ke kantor terlintas begitu saja, lagi pula tugasnya tidak begitu banyak hari ini. 

Menyerahkan naskah dan menyerahkan beberapa dokumen ke Group Choi, setelah itu dia berencana untuk meluangkan waktu untuk mengajak putranya ke taman bermain, mencoba naiki wahana yang sudah lama tidak mereka kunjungi.

“Haru harus berjanji apa?” 

Leira mensejajarkan tubuhnya dengan Haru, dia berlutut dan memegang bahunya. Putranya sudah mulai tumbuh besar, rasanya baru kembali Haru dibuat terus berjaga karenanya dan bagaimana Leira begitu depresi saat Haru sakit, saat usianya tujuh bulan. Haru sering sekali mengalami gangguan pencernaan dan demam tinggi. 

“Janji, Haru tidak boleh nakal dan harus bersama Mom. Haru mengerti?” 

Haru mengangguk penuh antusias, tersenyum riang sampai gigi susunya terlihat, dengan senang hati memeluk tubuh sang Ibu. “Janji! Haru akan menjadi anak baik. Mom tahu bukan? Haru ini tidak pernah ingkar janji!” 

Leira tersenyum, apapun yang putranya lakukan akan selalu menjadi support system untuknya, Haru tempatnya untuk tetap berpikir betapa berharga kehadirannya dan kebersamaan mereka, menghilangkan bekas luka dengan segala tingkahnya, dan tempat dimana Leira selalu ingin cepat pulang.

“Baik, sekarang Haru ganti pakaian.” Leira membantu putranya membukakan pakaiannya dan mengambil pakaian yang baik untuk dikenakan ke kantornya.

“Mom, boleh Haru membawa buku gambar dan krayon. Bolehkan membawa beberapa mainan?” 

Leira tertawa lepas, siapa yang mengajarinya. Haru begitu sopan dan betapa menggemaskan dirinya saat merayu dirinya, dia sangat pintar membuat orang lain tidak pernah bisa melarang apalagi menolak keinginannya.

“tentu, tapi hanya beberapa.” 

Haru mengangguk paham, setelah selesai mengganti pakaian, Leira memilih untuk mengganti pakaiannya juga dan membiarkan Haru sendiri yang memilih pakaiannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel