Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 GOES TO VILLAGE

saat ini mereka sedang berada dikantin untuk membicarakan kelanjutan tugas lapangan yang akan mereka kerjakan diakhir semester ini, Angga yang ditunjuk menjadi ketua dalam kelompok ini memberikan ide.

" Ngga, lo yakin mau kesana, ga cari tempat laen kek , daerah lain gitu yakali kita kedesa yang katanya angker . " ucap Aryo seraya berkidik merasakan hawa tak enak dimulai awal pembicaraan mereka.

" ya, InshaAllah yakin yo, soalnya gue kenal sama pak Kades disana maklum tentangga gue dulu pas dikampung." jawab Angga yakin dan melihat berbagai ekspresi teman - temannya yang sedikit tidak yakin dengan keyakinannya itu dengan mantap memilih desa terpencil yang masih kekurangan jasa pendidikan tersebut.

" hemmm gue mah ikut - ikut ajalah Ga, gue sih selama kita ga macem - macem sama tempat baru ya ga bakalan ada apa - apa." sahut Dimas tegas sembari mengenggam tangan Luna yang sedikit merasa takut dan gelisah sedari tadi, mungkin Luna juga merasa tak yakin dengan keputusan mereka yang ingin berangkat mengerjakan tugas harus sampai kedesa terpencil yang konon katanya harus dihindari itu.

" iya , yakinin aja sama diri masing - masing kita, ga akan terjadi apa - apa kalau kita ga ganggu dan ga melakukan hal yang sudah dilarang disana, dan kita ini udah dewasa guys, kita bisa ngikutin aturan tanpa harus selalu diingatkan kan. kita hanya perluh menjaga sikap , perbuatan dan ucapan aja sih menurut gue." Angga kembali meyakinin semua sahabatnya dengan nasihat seperti biasa yang selalu menenangkan hati mereka.

" iya, gue setuju sama ucapan Angga . kita harus jaga sikap dan ucapan kita pas ditempat orang." kini Thania menimpali obrolan mereka , sembari merangkul Uchi yang terlihat enggan untuk bergabung dan mengikuti mereka pas tugas esok, tapi mau bagaimana lagi ini sudah tugas dan harus cepat diselesaikan apalagi tak ada tujuan jelas selain saran Angga .

" ok." sahut Uchi semangat dan semua menganggukan kepala nya setuju sembari tersenyum dan menolehkan kepalanya kearah Luna, " gimana bby.?" tanya Dimas sembari memandang Luna lekat seakan meyakinkan "ada aku bby.!" Luna menganggukan kepala nya dan tersenyum berusaha menghilangkan rasa takutnya serta kegelisaan yang dirasakan nya sejak tadi.

" ok fix semua udah setuju kan , besok kita bicarakan semua ke Pak Prayotno kalau kita akan berangkat ke desa yang berada di daerah puncak." final Angga.

namun setelah mereka mengangguk tiba - tiba Zidan protes karena sedari tadi tak ada yang menanyakannya , Ia yang sibuk dengan makanan didepannya tak terlalu fokus dengan apa yang dibicarakan teman - temannya tersebut lantas berteriak tak terima bahwa pendapatnyapun harus dipertimbangkan.

" weyyy, kalian kagak nanya gue gitu, gue daritadi diem lo ini ga ada niatan nanya kek gue setuju apa kagak ." protes Zidan sembari menyingkirkan piring siomay nya dan menyesap jus jeruknya yang tinggal setengah itu.

" alah lo daritadi orang sibuk diskusi, elo sibuk makan Dan.!" Aryo menggeplak kepala Zidan keras yang membuat sang empuh meringis sakit.

" astaga sakit elah yo, lo main geplak - geplak pala orang aja." tak tanggung - tanggung Zidan membalas Aryo dengan geplakan dan pukulan bertubi - tubi di tubuh kecil Aryo dan mengapit kepala Aryo menggunakan ketiaknya yaa Zidan adalah yang paling tinggi diantara mereka, Aryo hanya bisa pasrah dan meronta - ronta minta dilepas .

" woy woy udah udah apa - apaan sih lo, ketek lo bau anj*r.!!" teriak Aryo tak tahan.

"apaan lo ga bau juga . " seketika Zidan melepaskan Aryo.

" iya kalo ga gitu lo ga bakalan lepasin gue, gue tau kok gue ini imut - imut lucu banyak pen ngarungi gue buat dibawa pulang tapi ga gitu juga. " ucap Aryo percaya diri membuat ke lima sahabatnya bergidik ngeri ingin muntah.

" udah - udah kalian malah ribu.!" sahut Angga menengahi

" die yang duluan Ngga, eh btw omongan gue beneran ye ngapa gue kagak ditanya setuju atau enggak .?" celetuk Zidan lagi dengan wajah kesal menatap teman - temannya.

" alah ga ditanya juga elu ikut - ikut wae Dan." sahut Dimas sukses membuat Zidan merengut kesal .

" iye gue emang ikut - ikut wae anaknya, yang tampan mah diem sambil ngikut yekan." ucap Zidan kemudian membuat para sahabatnya tertawa .

***************

setelah kesepakatan mereka dilaporkan ke pihak dosen yang bertanggung jawab, kini mereka telah siap berangkat kedesa tersebut menggunakan mobil Angga , mereka berangkat pagi - pagi sekali agar diperjalanan dapat istirahat cukup dan sesampainya disana tak terlalu kesorean, karena mereka harus ke rumah pak Kades dulu barulah mereka akan menetap dirumah yang akan mereka tinggali selama tiga bulan kedepan.

"woi ngga, sudah beres ni ayo berangkat." ucap Aryo semangat, laki - laki bertubuh kekar , berwajah imut namun tidak terlalu tinggi ini adalah orang yang selalu paling bersemangat bila mengenai masalah perjalanan jauh.

"sip, ok ayo sebelum berangkat sebaiknya kita berdoa untuk keselamatan kita, berdoa menurut kepercayaan masing- masing. berdoa mulai......... selesai ." balas Angga

" Berangkat...................yuhuuuuuuuuuuuuuuuu....." mereka bersorak gembira sepanjang perjalanan , mereka semua tampak senang. sepanjang perjalanan mereka bernyanyi bersama untuk mengusir kejenuhan dan keberangkatan mereka kali ini adalah yang pertama kalinya , mereka akan datang menemui Pak Kepala desa yang akan menunjukkan rumah serta tempat dimana sekolah yang menjadi tempat mereka melakukan tugas mereka.

sesampainya didesa , Angga memarkirkan mobil mereka di lapangan luas tepat didepan rumah pak kades kemudian setelah semua nya turun dari mobil mereka sempat menghirup udara sejuk desa tersebut.

" haaaaaaaaa adem euy ," celetuk Aryo

" iya, ga kayak jakarta , sumpek .!" Zidan menimpali ucapan Aryo.

"enak kali yah, kalo tiap hari liat kayak gini , sawah , lapangan bola , pepohonan banyak pula." kali ini suara Thania terdengar walau dengan volume kecil mereka masih bisa mendengar dengan jelas. semua mengangguk membenarkan ucapan Thania.

" yaudah kita samperin rumah Pak Kades." ucap Angga kemudian memimpin jalan mereka.

" tapi, lo ngerasa kek hawa - hawa horror gak si Yo disini, mana rumahnya jauh - jauh gitu , ini pasti mereka ga suka hidup bertetangga. " lagi Zidan berkomentar yang membuat mereka baru menyadari bahwasanya memang rumah - rumah disana berjarak sekitar dua ratus meter permasing - masing rumah.

"hushhh jangan sembarang kalo ngomong , kita tuh didaerah orang lain . gabaik tauk.!" kali ini Uchi menyahuti ucapan Zidan yang ngaur pikirnya.

" mungkin aja memang mereka punya tanah kepemilikkan , taulah kalo orang desa kan suka berkebun, nah tanah mereka digunain buat berkebun, jadi rumah mereka berjarak ." ucapan Luna kali ini lebih masuk akal.

" noh dengerin lo, kebanyakan nonton horror sih lo, jadi ngalu nya ga jauh - jauh dari setan !" ucap

Aryo segera menarik tangan Zidan yang sok - sok an takut dibelakang mereka.

" Assalamu'alaikum." ucap mereka berbarengan, pintu dibuka dan terlihat lelaki paruh baya yang masih terlihat tampan walaupun sudah berambut putih menandakan dirinya sudah tak muda lagi. Pak Kades tersenyum dan membalas salam mereka.

" Wa'alaikumssalam , mari masuk nak Angga dan teman-temannya." balas pak kades seraya mempersilahkan mereka masuk.

"iya Pak terima kasih, ayok guys." ajak Angga kepada para sahabatnya.

"nak Angga, sudah tau sekolah nya kah .?" ucap Pak Kades setelah mempersilahkan mereka duduk dan menawarkan minuman .

" belum pak." Angga menggelengkan kepala nya tanda belum tau perihal sekolah yang menjadi sumber tugas lapangan mereka.

" Oh ya Pak , kedatangan kami kesini juga untuk meminta bapak menunjukkan tempat yang akan kami tempati selama berada disini." lanjut Dimas

pelayan mengantar teh untuk mereka

" iya saya sudah tahu, saya akan menyuruh pak Amir untuk mengantar kalian." tunjuk Pak Kades , Pak Amir merupakan tangan kanan pak kades sendiri.

saat mereka berbincang-bincang , luna meminta izin untuk ketoilet

" Pak mohon maaf, bolehkah saya permisi ketoilet.?" tanya Luna sembari berdiri dan melepaskan rangkulan teman nya Uchi, Uchi sendiri sudah menawarkan diri untuk menemani Luna tapi Luna menolak untuk ditemani, katanya tidak enak dirumah orang.

" ohya silahkan- silahkan , toiletnya ada disebelah sana.. nak Luna tinggal masuk dan belok kiri, jika ada pintu yang berwarna coklat itulah pintunya." tunjuk Pak Amir

saat Luna permisi ke toilet , kemudian pak kades melanjutkan pembicaraannya menjelaskan berbagai macam peraturan yang ada didesa ini.

pertama , mereka harus selalu bersikap dan bertutur kata yang sopan.

kedua mereka harus permisi dulu disetiap mau kemana-mana.

ketiga rajinlah beribadah dan keempat jangan sekali- kali panjang tangan, jahil, serta hal yang paling penting tidurlah tepat sebelum jam duabelas malam.

Uchi yang memang orang yang mempunyai jiwa kepo bertanya. " Pak kenapa kita harus tidur sebelum jam duabelas malam.?"

" banyak tanya si cebong ." cibir zidan ke Uchi, pria itu memang sangat hobi menganggu dan mengatai Uchi yang memang mempunyai tubuh mungil .

" apa lo, suka - suka gue kali..! dasar tiang listrik, bapak jerapah ...." balas Uchi mengatai Zidan, yang memang bertubuh paling tinggi dan kurus itu.

" gue itu tinggi nya normal, elo aja yang kependekkan. kayak kuda poni !" balas Zidan sengit membuat Uchi geram ingin mencakar - cakar wajah tanpa dosa Zidan.

" sudah- sudah jangan bertengkar." tambah Angga melerai

"haaaaaaa, kalian ini bagaikan kucing dan anjing saja." timpal Thania sembari menghelah napas jengah.

melihat kekacauan itu pak kades bersuara " cukup!! peraturan dan larangan itu memang sudah ada sejak dulu, cukup kalian ikuti saja dan jangan banyak tanya !" ucap Pak Kades mantap dan kemudian beranjak pergi, lalu menyuruh pak Amir untuk mengantar mereka ketempatnya.

tepat saat pak Amir mengiyakan perintah pak kades , Luna baru kembali dari toilet dengan wajah pucat pasih.

" kenapa lo Lun.?" tanya Aryo pada Luna

" enggak, enggak kenapa- kenapa kok.!" balas Luna gagap.

"bener kamu ga papa bby..?" tambah Dimas, namun Luna hanya diam dan berjalan menyusul Thania dan Uchi yang sudah berjalan didepan . membuat Dimas mengernyitkan dahinya bingung dengan tingkah Luna yang tidak seperti biasanya , cuek terhadap nya. apalah ini kenapa perasaan nya tidak enak dan gelisah melihat Luna enggan menatapnya.

sekarang mereka akan menempuh waktu satu jam dengan berjalan kaki menuju rumah mereka nanti yang akan mereka tempati . dan untuk kesekolahnya besok barulah mereka kesana karena hari pun sudah mulai beranjak sore matahari kian tenggelam diufuk timur memberikan semburat jingga yang indah dibalik pepohonan yang berdiri kokoh dikanan dan kiri dijalan yang mereka lewati sembari berjalan dengan santai dan bergandengan tangan, tentunya hanya para perempuan yang bergandengan tangan.

tak terasa hari mulai beranjak malam mereka harus bergegas sampai dirumah .

***********

tobe continue -

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel