Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 2 Siasat Untuk Melarikan Diri

Paula dan Mikha, mulai ke luar dari rumah itu melalui pintu belakang. Beruntungnya mereka, tidak ada seorang pun yang berada di dalam sana. Sehingga dengan leluasa keduanya dapat ke luar dengan cepat.

Kedua gadis itu lalu berlari-lari kecil menyusuri jalan setapak di belakang rumah itu. Paula yang tidak biasa berlari kencang mulai merasakan kelelahan.

"Mikha, aku capek. Bisakah kita berhenti sejenak?" keluhnya kepada temannya.

"Paula, kamu kok cepat banget kelelahannya? Padahal kita baru juga jalan sebentar." Lalu Mikha mencoba memberi semangat kepada Paula untuk lebih cepat berjalan.

"Ayo ... kita harus cepat Paula. Nanti pencurinya bisa saja menyusul dan mengejar kita." seru Mikha sambil menggandeng tangan Paula dan membantunya untuk berjalan.

Namun Mikha menjadi tidak tega melihat Paula yang terlihat sangat lelah.

"Baiklah kita istirahat sebentar," ucap Mikha. Lalu mulai memapah tubuh Paula di bawah sebuah pohon yang rindang, untuk berteduh di sana.

"Terima kasih, Mikha. Kamu sangat baik kepadaku. Haus ... aku sangat haus," lirihnya lemah.

Mikha menjadi semakin kasihan melihat kondisi Paula yang sedang kehausan. Dia pun mulai melirik ke kiri dan ke kanan untuk mencari sumber air. Namun tidak ada.

Dengan sangat menyesal Mikha berkata,

"Paula ... maafkan aku. Di sini tidak ada air. Bagaimana kalau kita berjalan kembali." serunya lagi.

"Tapi aku sangat capek. Aku tidak sanggup untuk melangkah. Pergilah sendiri." ucap Paula, pasrah.

"Tidak Paula! Aku tidak mungkin meninggalkanmu!" serunya kepada gadis itu.

Lalu dengan cepat, Mikha kembali memapah tubuh Paula, dan mengajaknya untuk kembali melangkah.

Sementara sang pencuri. Terpaksa kembali ke rumah kosong itu karena dia tidak mendapatkan mangsa baru. Pria itu berniat menjual keduanya dulu untuk mendapatkan uang yang banyak.

Namun alangkah terkejutnya dia saat sampai di rumah itu. Kedua gadis tadi telah hilang.

"Sial! Mereka ke mana!" geramnya sendiri.

Lalu pria tersebut pun mulai mencari di sekeliling rumah itu. Dia pun akhirnya menyadari jika kedua gadis kecil itu melarikan diri melalui pintu belakang.

Dengan segera dia berlari dan mulai mengejar keduanya. Karena langkahnya yang panjang, sang pencuri dapat menemukan mereka dengan cepat. Dari kejauhan pria itu dapat melihat kedua gadis cilik itu sedang berlari.

"Hei! Berhenti! Kalian mau ke mana!" teriak orang itu.

Suara sang pencuri yang menginginkan mereka untuk berhenti berlari, juga ikut didengar oleh Mikha dan Paula.

"Paula, ayo ... kita harus lebih cepat larinya!" seru Mikha kepada sahabatnya.

Namun Paula yang sangat kelelahan sudah tidak dapat berlari lagi. Dia pun berkata kepada Mikha.

"Mikha ... sepertinya aku sudah tidak kuat lagi. Berlarilah sendiri. Segera cari bantuan!" Jangan pedulikan aku." seru Paula cepat.

"Aku tidak mungkin meninggalkanmu sendiri di sini, Paula! Nanti kamu bisa ditangkap olehnya." Mikha tetap saja khawatir. Dia tidak tega meninggalkan Paula.

"Mikha, segeralah pergi. Cari bantuan secepatnya. Aku akan mengalihkan perhatiannya. Selagi masih ada waktu!" Paula tetap mendesak Mikha untuk secepatnya meninggalkan tempat itu.

Pencuri itu semakin dekat kepada mereka. Mau tidak mau, Mikha terpaksa mengikuti apa yang dikatakan oleh Paula.

"Baiklah, aku akan segera pergi dari sini. Tapi kamu tetaplah bertahan. Aku akan mencari bantuan secepatnya, dan akan segera menjemputmu di sini." Mereka pun kembali saling menautkan jari kelingking dan berjanji untuk selalu bersama-sama dan saling terhubung di mana pun mereka berada nantinya.

Secara spontan, Paula memeluk Mikha dengan erat sebagai tanda perpisahan. Entah kenapa dia merasakan jika dirinya pasti akan sangat merindukan Mikha.

"Hei! Jangan lari kalian!" Pencuri itu, ternyata sudah benar-benar berada di belakang mereka.

Kedua gadis itu saling menganggukkan kepala pertanda mereka akan memulai rencana yang telah disusun.

Keduanya berlari berlawanan arah. Paula berlari di daerah yang sedikit terjal. Semetara Mikha yang energik memilih berlari ke jalan raya.

"Hei! Apa yang kalian lakukan!" teriak pencuri itu lagi.

Dia seketika Menjadi bingung. Hendak mengejar siapa terlebih dahulu. Kemudian pencuri itu menganalisa dan mengamati cara berlari kedua gadis itu. Akhirnya dirinya memutuskan untuk mengejar gadis yang berlari di daerah terjal. Karena sepertinya gadis itu mulai kelelahan.

"Tunggu! Mau ke mana kamu!" Teriakan pencuri itu, mengagetkan Paula yang kelelahan. Dia pun terjatuh berguling-guling dari bukit terjal berumput itu sampai ke tepi danau.

Darah segar seketika mengucur dari kepala dan wajah anak itu.

Bersamaan dengan itu, beberapa orang yang sedang duduk santai di pinggir danau buatan itu, mulai mengerumuni sang gadis dan mencoba untuk membawanya ke rumah sakit untuk melakukan pertolongan pertama.

Anak lelaki yang tadi bersama Paula dan menjanjikan akan memberinya coklat, juga ikut menyaksikan tubuh gadis itu yang penuh dengan darah.

Dia seakan tak percaya melihatnya. Anak laki-laki itu mencoba menjauh dari kerumunan orang dan berlari sekencang mungkin saat melihat tubuh Paula mulai diangkat dan dimasukkan ke sebuah mobil untuk dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Sementara sang pencuri terlihat mengepalkan tangannya saat melihat tubuh gadis itu penuh dengan darah.

Dia beberapa kali terlihat mengumpat.

"Sial! Sial! Sial! Gagal sudah aku mendapatkan uang yang banyak!" kesalnya lalu mencoba mencari jejak gadis yang tadi berlari ke jalan raya namun tidak dia temukan juga.

Mikha terus saja berlari, mencari bantuan untuk menyelamatkan Paula. Namun disaat dirinya berlari saat ini, tiba-tiba saja Mikha merasakan kesedihan yang mendalam. Sampai-sampai dia menitikkan air matanya.

"Kenapa aku menjadi menangis begini?" tanyanya dalam hati.

Mikha seorang anak yang periang. Dia sangat jarang menangis dan bersedih. Mikha tiba-tiba mengingat Paula.

"Semoga Paula baik-baik saja dan bisa bertahan lebih lama lagi." Doa Mikha dalam hati.

Dia pun memutuskan untuk lebih cepat berlari saat ini.

"Aku harus cepat! Aku tidak mau terjadi sesuatu kepada Paula!" Sambil berlari, Mikha melirik ke kiri dan ke kanan namun tidak ada seorang pun yang bisa dia mintai tolong.

Lalu tanpa di duga sebuah motor melintas kencang dari arah depan. Mikha yang berlinang air mata, tidak menyadarinya sama sekali. Dia pun terlempar jatuh ke tepi jalan. Kepalanya terbentur batu di pinggir jalan.

"Bro! Kita menabrak anak itu!" seru orang yang membawa motor kepada temannya.

"Iya, Bro. Ayo kita segera membawanya ke rumah sakit."

Orang yang menabrak Mikha segera turun dari motornya. Dengan dibantu oleh temannya, mereka pun membawa Mikha ke rumah sakit.

Tanpa pikir panjang lagi keduanya segera melajukan motor mereka ke sebuah rumah sakit.

"Bertahanlah gadis kecil! Bro! Lebih cepat lagi bawa motornya." seru pria itu. Sementara Mikha telah pingsan dan tidak sadarkan diri saat ini.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel