9. Berusaha Lari
Alona melirik sinis ke arah pria yang sedang begitu santai memainkan gadgetnya tanpa merasa bersalah sama sekali karena menarik paksa Alona untuk ikut dengannya. Wanita itu sangat kesal dengan sikap pemaksa pria itu.
"Wajahmu akan cepat keriput jika terus kau tekuk begitu," sindir Wickley.
Alona mendengus, sekalinya berbicara ternyata isinya hanya hinaan. Wanita itu menautkan alis bingung ketika mobil mulai memasuki area rumah sakit. "Kenapa ke sini?" tanyanya heran.
Wickley tak menjawab selain keluar begitu saja dari mobil. Lagi-lagi Alona ingin menjambak rambutnya sendiri saking kesalnya.
"Simpan dulu sumpah serapahmu itu dan sekarang turun!" titah pria itu.
Alona terlonjak kaget, tak menyadari keberadaan pria itu yang sudah berdiri membuka pintu untuknya. Tapi, wanita itu tak mau repot-repot mengucapkan terimakasih karena yang dilakukan pria itu bukanlah sesuatu yang mengesankan.
Ketika Alona berjalan jauh di belakangnya, Wickley berdecak tak suka, dengan sigap ia menarik lengan wanita itu lalu merangkul pinggangnya erat.
"Apa yang kau lakukan?" pekik Alona panik. Pasalnya, mulai banyak mata yang menyoroti mereka sambil berbisik-bisik.
Wickley tak menjawab, hanya matanya saja yang melotot tajam ke arah gerombolan dokter muda yang sedang berbisik-bisik di koridor.
"Hey, kau harus mengambil nomor antrean," ucap Alona ketika Wickley dengan santai membuka ruangan dokter kandungan.
"Periksa dia!" Wickley duduk dengan gaya angkuh begitu selesai menyuarakan perintahnya. Seorang dokter cantik yang tadi masih berkutat dengan buku tebalnya mendongak, lalu tersenyum masam ketika matanya menemukan objek menyebalkan di sudut ruangan.
"Apa lagi kali ini? Ingin menggugurkan kembali?" tanya dokter itu sinis, seprtinya ia punya kehebatan super sehingga berani melawan monster satu ini.
Mendengar hal itu Allona terlonjak kaget, sontak langkahnya terayun mundur.
"Kau membuatnya takut, sialan!" desisnya Wickley tajam.
Pria itu berdiri hendak menarik Alona, tapi ditepis wanita itu dengan cepat.
"Kau ...." Wickley menipiskan bibir geram. "Jangan macam-macam, Alona!" desisnya.
"Kau yang jangan macam-macam! Ini bayiku, dan jangan coba-coba menyakitinya!" teriak Alona marah.
Wickley menaikkan sebelah alisnya sebelum tersenyum miring. "Maka dari itu kau harus diperiksa, Sayang."
"Tidak! Aku tidak mau."
Wickley yang notabennya bukanlah orang yang sabar merasa ini adalah ujian paling menyebalkan. "Ikuti perintahku atau--"
"Atau apa? Kau ingin membunuhku seperti kau membunuh istrimu?" sentak Alona emosi.
Wickley terdiam kaku, ada kilat kaget dan juga ... terluka di mata kelam pria itu.
"Aku tahu siapa dirimu Tuan Wickley Watson!" ucap Alona tegas. "Jangan coba-coba mengganggu bayiku karena tak akan pernah kubiarkan." Ucapan Alona tidak main-main, dia akan melindungi bayinya sekuat yang dia bisa.
Alona tersenyum puas melihat kebungkaman pria kejam itu, dengan langkah tegas dia berbalik hendak keluar dari ruangan itu. Namun, tak semudah itu Alona bisa bernapas lega karena dengan sigap Wickley mencengkram lengannya erat.
"Lakukan pemeriksaan pada janinnya, kirimkan hasilnya padaku!" ujar pria itu datar sambil berlalu meninggalkan ruangan.
Alona hampir saja menjerit kesal sebelum mendengar suara wanita yang sejak tadi menjadi penonton drama memalukan antara dia dan Wickley.
"Ehm, Hai. Aku ... Melanie." Ujar wanita itu ramah, berbanding terbalik dengan caranya menyambut kedatangan Wickley tadi.
"Oh, ngh ... hai. Aku Alona, Dok," sahutnya kaku.
Wanita itu tertawa geli. "Oh, No. Just Melanie, please."
Alona hanya menganngguk ragu tanpa mau memperpanjang hal ini lagi, dia ingin segera selesai dan cepat pergi. Meski tak ada Wickley di sini, tapi tempat ini tidak cukup aman untuknya.
"Baiklah, sepertinya kau sudah cukup bosan berada di sini, kita langsung saja. Silahkan berbaring," ucapnya tenang.
Alona meringis tak enak, apa terlalu jelas kelihatan di wajahnya bahwa dia ingin cepat-cepat pergi dari sini?
"Tak usah sungkan begitu, aku sudah terbiasa menghadapi para wanita Watson," ucapnya geli.
Alona mengernyit bingung, wanita Watson? Lalu seakan menyadari sesuatu, setelahnya ia mendengus. Hell, dia tak akan termasuk pada barisan wanita simpanan pria itu.
"Hm, aku lihat perkembangannya cukup baik, kau hanya perlu minum vitamin agar ia lebih sehat dan kuat, jangan terlalu memikirkan si berengsek itu. Ibu hamil harus selalu bahagia, " ucapnya seraya tersenyum.
"Oh, terimakasih." Alona duduk sambil merapikan bajunya.
"Yeah, kau sudah boleh pergi sekarang."
Alona menaikkan sebelah alisnya. "Hanya itu?" tanyanya.
"Hm, ya. Karena seperti perintah tuan arogan itu, bahwa versi lengkapnya harus kukirim kepadanya." Melanie tersenyum santai. "Kau bisa bertanya padanya nanti," ucapnya mengerling jahil.
Apa-apaan maksudnya? Bertanya pada pria kejam itu? Lebih baik dia periksa di tempat lain saja. Benar-benar!
Alona bernapas lega ketika keluar dari ruang pemeriksaan dan ia tak menemukan makhluk sadis itu di mana pun. Tampaknya pria itu meninggalkan dirinya di sini, Bagus sekali!
Oh, No. No. Ini bukan kesialan, tapi sebuah anugerah karena dengan begitu Alona bisa lepas dari cengkraman iblis mengerikan itu, meski Alona tahu ke mana pun dia pergi sudah pasti akan di temukan oleh pria itu. Huh, menyebalkan. Tapi apa salahnya mencoba? Alona tersenyum lebar.
Langkahnya mengayun dengan ringan menyusuri koridor rumah sakit, bukan menuju lobi depan, tapi menuju pintu keluar lewat bagian belakang. Kali ini ia akan mencoba peruntungannya.
Dengan mengendap Alona berjalan melewati pintu gerbang terakhir perjuangannya, setelah bersusah payah bersembunyi seperti seorang pencuri akhirnya Alona berhasil keluar dari lingkungan rumah sakit dengan aman sentosa. Huh, leganya ....
Kali ini otaknya mulai berpikir, ke mana arah dan tujuan selanjutnya. Alona membuka tas miliknya, dan sontak mengernyit karena tak menemukan dompet miliknya di dalam tas. Kepanikan melanda saat berulang kali mencari tak juga menemukan benda berharga itu. Dengan gusur ia membongkar semua isinya dan tak satu pun barang di dalamnya yang berbentuk persegi panjang alias dompet.
Alona mengerang kesal, untuk apa dia susah-susah kabur kalau begini akhirnya, bukannya mendapat untung tapi malah kesialan yang didapat. Kalau begini caranya bagaimana Alona bisa pergi, bahkan kembali ke apartemen saja ia tidak bisa. Ya, Tuhan ... cobaan apalagi ini. Ia yakin bahwa Wickley akan menertawakannya nanti.
___
Pria itu membanting kasar handphone miliknya setelah menerima telpon dari Joe, bodyguard yang bertugas menjaga Alona di rumah sakit, dan karena kelalaiannya, wanita itu tak ditemukan keberadaannya. Tugas yang begitu mendadak tak memungkinkan Wickley untuk menunggu Alona hingga selesai dan menugaskan seorang penjaga serta supir untuk mengantar Alona kembali ke apartemen, dan kabar yang baru saja diterima olehnya membuat kepalanya benar-benar memanas.
Wickley emosi bukan main karena acara kabur wanita itu, meski dia tahu kemana pun Alona pergi ia pasti akan menemukannya, tapi tetap saja sifat pembangkang wanita itu membuat darahnya mendidih seketika. Lihat saja, seberapa berani dia mengulangi kesalahannya setelah Wickley memberinya hukuman. Pria itu tersenyum sangat licik, lalu menyambar kunci mobilnya dan beranjak pergi.
Tunggu saja sayang ....
