Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4

Ini hari kelima Lyora bersama Chaldera serumah, sejak Cassandra ke Brisbanne menemui orang tuanya.

Dan belum ada tanda-tanda kapan Cassandra akan pulang. Dan selama lima hari Chaldera mengamati gadis yang kata adiknya dulu pernah menjadi sangat periang kini berubah jadi gadis yang pendiam.

Sejak terakhir Ly menangis di dadanya, gadis itu berubah semakin menghindarinya.

Pagi ini Chal kembali melihat Ly memasak, dan tak menyadari Chal yang sejak tadi mengamatinya.

Sejujurnya Ly gadis yang menarik. Ly adalah gadis yang berpostur tinggi semampai, dengan rambut legam khas wanita Indonesia dan kulit yang putih bersih.

Matanya yang lebar sering bergerak dan mengerjap cepat jika dia gugup dan resah.

Chal masih bersedekap menunggu Ly berbalik dan seperti biasa akan terkejut sesaat dan berwajah datar setelahnya.

"Ah kau Chal, kau tak bersuara dari tadi, maaf, lama menunggu? Kau lapar? Semalam kau tidur larut ya?" tanya Lyora yang segera berbalik dan bergegas menyiapkan bihun goreng seafood.

"Maaf aku belum berbelanja lagi, adanya ini Chal," ujar Ly lagi.

"Tumben banyak ngomong?" Chal meraih piring besar berisi masakan Ly.

"Kamu diam saja sih," ujar Ly dengan suara pelan.

Saat Ly akan berlalu Chal menarik lengannya.

"Makan dulu, temani aku, mau kemana?"

"Mau mandi," ujar Ly.

"Sepertinya kau sudah mandi kan?" Chaldera tetap menahan lengan Ly.

"Duduk temani aku makan, di sini nggak ada siapa-siapa kau tidak harus tampil cantik, kau sudah cantik sejak awal aku melihatmu," Chal melihat perubahan wajah Ly yang tiba-tiba kembali datar.

Ah Ly, kau tak mudah ditebak...

"Aku suapi?" Chal tersenyum saat wajah Ly memerah hanya dengan kata-kata itu.

Ly menggeleng dan tiba-tiba matanya berair.

"Kau mengingatnya lagi? Apa dia sering menyuapimu?" Chaldera menghentikan makannya.

"Hentikan Chal, kau selalu membuatku sesak," Ly berusaha menahan tangis, ia tak ingin terlihat rapuh di depan laki-laki yang baru lima hari ia kenal.

"Memang sulit Ly, tapi setidaknya jangan setiap tarikan napas, kita mengingat hal menyakitkan, kau jadi tidak bisa melanjutkan hidup," sekali lagi Chal mendekatkan garpu berisi gulungan bihun ke bibir Ly.

"Makanlah, aku mengkhawatirkanmu, kau memasak untukku tapi kau enggan makan, hmmmm?"

Ly membuka mulutnya dan menerima suapan bihun dari Al.

Apa yang kurang dari wanita ini hingga kekasihnya menghancurkannya dengan cara menyakitkan...

****

Halo Cas

Halo kakak, jangan diomelin terus Ly ya kak

Iyah, kamu nggak usah kesusu pulang

Eh kok bisa

Di sini kakak damai berdua

Hahahah awas kakak jatuh cinta sama Ly yaaaa

Nggak mau dianya ke kakak

Lah kalau Ly mau berarti kakak mau dong?

Huuuusss brisik, nggak pulang besok kan?

Lusa

Nggak usah pulang napa

Eh aku sidang tesis tahu

Chal menutup sambungan ponselnya dan tertawa pelan.

"Chal, ada yang ada yang mau aku tanyakan," tiba-tiba Ly muncul di depan kamarnya.

"Masuklah," sahut Chal.

"Nggak, di ruang makan aja,"

Akhirnya mereka berdua beriringan menuju ruang makan.

****

Terlihat Chal menjelaskan dengan sabar, dan berusaha konsentrasi karena pikiran Chal lebih tertuju pada wajah cantik Ly, yang meski hanya berbalut bedak tipis serta rambut yang dicepol asal, dia sudah bingung meredakan degup yang Chal sendiri tak mengerti apa maksudnya.

Setelah berakhir kisahnya dengan Emily tahun lalu, dia tak bermaksud lagi memulai dalam waktu dekat.

Tapi wanita yang baru lima hari dia kenal telah membangunkan sisi hatinya yang setahun ini ingin ia diamkan. Mulai berontak dan kadang berdegup tak karuan.

"Chal, ini perhitunganku, benar kan kalau konstruksinya kayak gini?" tanya Ly.

"Eh apa?"

"Ini lihat sendiri," ujar Ly dengan ekspresi wajah datar.

****

"Lepaskan gue, gue laporin lo ke polisi kalo lo nyakitin gue," teriak Anya saat Nayaka menarik dan memegang erat pergelangan tangannya.

"Ini hampir dua minggu, dan lo belum ada kabar, apa usaha lo buat balikin Ly, asal lo tahu, mamanya Ly sampe masuk rumah sakit," Nayaka berteriak dan mendorong Anya ke dinding ruang tamu.

"Biar, biar tahu rasa, kalo orang tuanya punya otak, telepon Ly, dudukkan, tahu-tahu main kawin aja, emang semua gak punya otak termasuk lo, siapa yang gak kaget kalo tiba-tiba pacar dan kakaknya nikah, dan akan segera punya anak, gue yakin, dia pasti mikir lo dah ena ena sama kakaknya," teriak Anya pada Nayaka.

"Brengsek lo," maki Nayaka.

"Lebih brengsek lo, laki-laki gak punya otak main iya aja, apa lo mikir perasaan Ly, waktu dia akhirnya tahu lo nikah meski pura-pura? Dia gak tahu kalo itu pura-pura, karena semua gak pake otak, goblok kok dipiara orang serumah"

Nayaka geram kemarahannya sampai ke puncak kepalanya. Ia dorong badan Anya ke dinding, namun Anya tak kalah akal meski ia tersudut, ia segera berpikir cepat, lututnya ia tekuk, ia arahkan ke pangkal paha Nayaka.

Nayaka mengaduh dan melepas cekikan di leher Anya, memegamg pangkal pahanya yang nyerinya terasa sampai ke perut.

Anya mendorong badan Nayaka dan cepat mengunci pintu rumahnya

****

"Ly, di mana kamu? Tidur Ly?" Chal mengetuk pintu kamar Ly, ia buka perlahan namun tak menemukan gadis penunggu jendela itu.

"Di mana tuh anak?"

Chaldera berjalan mengelilingi rumah yang tak begitu besar dan menemukan Ly yang duduk menekuk lutut memandang ke dalam kolam kecil di belakang rumah.

"Hei, kenapa di sini?" tanya Chal dan duduk bersebelahan dengan Ly yang saat menoleh, ia melihat mata itu memerah, meski tak menangis, tapi Chal melihat kesedihan di sana.

"Hari ini ulang tahunnya Chal, dan biasanya kami akan makan berdua, dia yang memasak dan kami akan berdua di apartemennya," ujar Ly dengan mata sedih.

"Menangislah jika kau ingin," Chal mendekati Ly, duduk lebih merapat dan meraskaan kembali harum tubuh yang selalu ia rindukan.

"Tidak Chal, aku hanya sedih kami berakhir seperti ini, aku takkan menangisinya lagi, cukup rasanya aku membuang percuma air mataku, aku menangisi hal yang tak seharusnya aku tangisi, aku harus kuat, aku sendiri Chal, tak ada siapa-siapa," suara Ly tercekat meski ia berusaha tabah.

"Aku di sini Ly, kau takkan sendiri, akan aku temani kau, aku memutuskan pindah ke negara ini, bekerja di sini, di dekatmu," Chal mengusap bahu Lyora.

Ly menurunkan tangan Chal di bahunya.

"Maaf," ujar Chal.

"Aku belum terbiasa," sahut Ly.

"Jangan menjanjikan apapun Chal, akhirnya aku harus percaya bahwa janji itu tidak harus ditepati, mama papa berjanji padaku, setelah selesai berkuliah, perusahaan papa akan diserahkan padaku dan mengijinkanku menikah dengan Nayaka, lalu Nayaka berjanji padaku untuk setia menungguku, dan setelah semua selesai, ia akan menikahiku, tapi apa yang aku dapat Chal? Pengkhianatan dari mereka semua, bahkan kakakku yang selalu tampak rapuh dan lemah, aku tidak mau percaya pada janji Chal, termasuk janjimu," ujar Ly, sambil matanya tak lepas dari kolam.

"Aku takkan pernah menyuruhmu percaya padaku, tapi ijinkan aku untuk selalu berada di dekatmu, menemanimu, dan melindungimu,"

Chal meraih tangan Ly, mengenggamnya dengan erat. Menatap mata wanita yang perlahan tapi pasti membuatnya kembali merasakan hangat di dadanya, saat sentuhan demi sentuhan membuat dadanya berdetak tak normal.

"Ijinkan aku, berada di sisimu, aku takkan menjanjikan apapun padamu, mentari pun kadang tak menepati janji akan hadir tiap pagi, saat awan gelap tiba-tiba datang menyelimuti,"

Ly menatap laki-laki tegap dihadapannya, ia takkan berani lagi berharap pada siapapun, karena orang-orang yang sangat ia sayangi saja mampu memberikan kesakitan yang amat dalam, apalagi pada orang yang baru ia kenal beberapa hari lalu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel